Marketing Kala Pandemi

Pandemi COVID-19 sudah membawa krisis multi-dimensi ke negara Indonesia. Bagaimana marketer menyikapinya?

Pasca runtuhnya orde baru, Indonesia sudah dan sedang mengalami tiga krisis pada tahun 1997/1998, 2008, dan 2020. Jika kita mengalami krisis ekonomi pada 1997/1998 dan 2008, kini kita mengalami krisis yang lebih dari sekedar krisis ekonomi. Hal yang sangat membedakan krisis 2020 dengan krisis 2008 dan krisis 1997/1998 adalah adanya unsur kemanusiaan dan nyawa manusia (Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, 30 Maret 2020).

Karenanya, bisa dikatakan Indonesia mengalami krisis terberat dalam 50 tahun terakhir karena krisis 2020 tidak sekedar berakar pada masalah keuangan. Akibatnya, pengukuran batas bawah krisis menjadi sangat sulit dan tidak heran jika prediksi batas bawah penurunan IHSG dan batas bawah pelemahan Rupiah terhadap kurs asing bisa meleset berkali-kali.

Akibat krisis ini, kita sudah bisa melihat penurunan pendapatan sangat signifikan di berbagai industri yang salah satunya industri pariwisata. Industri-industri lainnya yang berhubungan dengan pariwisata turut terkena imbas secara telak. Kita bisa melihat hotel kosong melompong di berbagai titik pariwisata. Kita bisa mengetahui betapa sepi bandara dan kursi pesawat terbang. Kita bisa merasakan kesunyian restoran dan mal dibandingkan dengan Januari dan Februari 2020.

Mau tidak mau, para pemilik dan pengelola bisnis, termasuk marketer, harus berpikir keras mengatasi masalah ini. Pengorbanan harus dilakukan agar bisnis tetap berjalan dan pengorbanan tersebut mungkin sangat menyakitkan. Misal harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau merumahkan karyawan serta karyawati dalam kurun waktu bulanan.

Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus tetap dipertahankan selama pandemi COVID-19, ingat bahwa marketing berorientasi pada pelanggan. Berarti, kita harus tetap melakukan marketing namun dengan cara berbeda. Tujuan kita mungkin harus bergeser dulu dari menciptakan ketertarikan konsumen untuk melakukan transaksi ke arah menjaga agar konsumen tetap teringat dan mengetahui manfaat produk-produk kita, meski belum melakukan pembelian.

Ingat bahwa konsumen kita tetap memiliki masalah. Karenanya, konsumen kita tetap memerlukan bantuan. Mereka yang membuat bisnis tetap berjalan. Mereka pada akhirnya bukan sekedar membeli produk, tetapi membeli kepercayaan akan solusi yang ditawarkan perusahaan. Adagium tersebut dalam dunia Business-to-Business, Business-to-Customer, hingga Business-to-Government.

Maka, simpan baik-baik daftar data konsumen, baik surel, nomor telepon, dan alamat rumah. Lakukan komunikasi dengan mereka melalui kontak tersebut. Jika konsumen mengizinkan, lakukan komunikasi panggilan video. Bagaimana pun, menjaga asupan informasi kepada konsumen jauh lebih baik daripada diam total selama pandemi COVID-19. Diam total akan menempatkan perusahaan ke dalam posisi yang lebih buruk. Bahkan, prospek dan konsumen sebenarnya ingin melihat langkah-langkah perusahaan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Perusahaan akan mampu menjaga citra positif perusahaan dengan menumbuhkan rasa percaya dalam diri konsumen.

Jadi, coba lakukan lima langkah marketing berikut selama masa pandemi COVID-19:

Pertama, pikirkan makna pesan kepada konsumen. Hindari melakukan bisnis seperti biasa karena situasi bisnis memang sedang tidak biasa saja. Bisnis bukan terdiri dari mesin tapi terdiri dari kumpulan manusia dengan emosi yang dinamis. Maka, saat berkomunikasi dengan konsumen, pastikan kita memikirkan baik-baik cara berkomunikasi layaknya kita berkomunikasi dengan sesama dalam dunia nyata.

Pastikan ada penekanan empati dan kepedulian terhadap konsumen dan masalah pandemi COVID-19 di atas segalanya.

Kedua, pikirkan kembali kebutuhan dan tantangan konsumen. Cek ulang kebutuhan konsumen selama pandemi. Salah satu contoh simpel adalah kebutuhan tatap muka dan bersalaman tangan usai diskusi berganti menjadi komunikasi melalui panggilan video dan tanpa jabat tangan. Ketahui juga kebutuhan dan tantangan lain yang perlu dilakukan dan bisa dilakukan perusahaan.

Kunci marketing yang hebat adalah pemahaman kebutuhan konsumen, mengetahui seberapa jauh kita mampu memenuhi kebutuhan tersebut, dan menemukan titik temu.

Ketiga, poles ulang penampilan digital. Masa pandemi COVID-19 adalah masa terbaik melakukan digitalisasi perusahaan karena memang menjadi keharusan. Situs yang kita miliki, aplikasi yang kita kembangkan, media sosial yang kita kelola, dan iklan digital yang kita jalankan kini ada di pintu depan.

Jadi, pastikan situs kita memberikan informasi yang berguna dan dibutuhkan konsumen di tengah pandemi COVID-19. Pastikan situs kita mengomunikasikan semua yang perlu diketahui konsumen jika ingin berkomunikasi dan berinteraksi dengan perusahaan. Coba habiskan waktu lebih banyak dengan social media marketing dan search engine optimization, lalu sesuaikan keduanya dengan situasi kondisi terkini.

Keempat, pikirkan ulang taktik marketing. Jaga agar anggaran beriklan, khususnya di kanal digital, tetap ada meski tidak sebesar sebelumnya. Minimal, saat konsumen terbatas dalam mobilitas, mereka tetap mudah menemukan perusahaan dan produk yang dibutuhkan saat berselancar di internet.

Sebagai penutup, tetap waspada terhadap kondisi internal dan eksternal, termasuk kebijakan-kebijakan pemerintah sehubungan dengan pandemi COVID-19. Tekanan pandemi COVID-19 berefek kepada biaya operasional perusahaan dan pendapatan perusahaan. Lalu, masih ada tekanan pajak. Maka, coba ketahui segala insentif yang dikeluarkan pemerintah. Misal pembebasan biaya listrik golongan tertentu, keringanan pembayaran pajak, serta pemberian insentif kepada industri-industri tertentu.

Gadis Indonesia meruak asap – karya Doddy Sudibia

Siapkan nafas panjang, termasuk kekuatan finansial, karena krisis yang diakibatkan pandemi COVID-19 tidak akan selesai dengan segera. Lalu, ingat baik-baik bahwa manusia paling mengingat sesamanya yang tetap memberikan kontribusi positif kala krisis.

Depok, 7 April 2020

(Andika Priyandana)

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Mei 2010

One thought on “Marketing Kala Pandemi

  1. Ping-balik: Menyiapkan Bisnis Menuju Kenormalan Baru | WebLog Andika Priyandana

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s