From Jogja With Love

Menghidupkan kembali pariwisata kala pandemi COVID-19, bagaimana caranya?

Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus beradaptasi dengan pandemi covid-19. Kita tidak bisa terus menerus berdiam diri di rumah. Tindakan berdiam diri tersebut semakin terasa sulit dilaksanakan dalam budaya Indonesia yang terbiasa berkumpul, berbicara, dan saling berinteraksi dalam jumlah banyak.

Maka dengan akar budaya sedemikian mengakar, suka tidak suka kita harus memahami kenapa banyak pelanggaran PSBB di berbagai wilayah di Indonesia. Jika PSBB, apalagi karantina massal, dieksekusi paksa,  bisa jadi muncul depresi sebagaimana sudah terjadi pada negara-negara yang sudah menerapkan karantina massal dan memiliki budaya individu yang lebih kuat daripada Indonesia.

Jadi hal terbaik yang bisa kita kerjakan saat ini adalah adaptasi dengan titik keseimbangan baru. Dalam konteks pariwisata, berarti melakukan kegiatan wisata dengan menjalankan protokol keamanan covid-19, misal jaga jarak dan selalu menggunakan masker saat di ruang publik.

Namun, bagaimana dan dari mana kita memulainya? Yogyakarta atau biasa disebut Jogja, dapat menjadi contoh yang baik.

Yogyakarta terasosiasi sebagai kota budaya dan kota pelajar sejak lama. Audiens kota Yogyakarta, baik penduduk, pendatang, maupun pelancong sudah familiar dengan sebutan tersebut. Yogyakarta juga menjadi kota tujuan wisata ternama di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Berarti, kita sudah memiliki modal kuat untuk melakukan studi dan eksekusi pendahuluan untuk menghidupkan kembali pariwisata Indonesia pada skala kecil sebelum melakukannya pada skala nasional.

Untuk keperluan eksekusi tersebut, kita bisa menerapkan konsep berpikir melalui Hierarchy of Effects Model. Hierarchy of Effects Model terdiri dari Awareness >> Knowledge >> Liking >> Preference >> Conviction >> Purchase. Awareness dan Knowledge dapat dikategorikan ke dalam cognitive. Liking, Preference, dan Conviction dikategorikan sebagai affective. Purchase dikategorikan sebagai conative.

Audiens domestik dan internasional banyak yang sudah mengenal dan mengetahui Yogyakarta. Kemudian karena tulisan ini berfokus pada studi dan eksekusi pendahuluan, kita mengutamakan audiens domestik dahulu. Karena secara kognitif (Awareness dan knowledge) sudah sangat banyak audiens domestik mengetahui Yogyakarta, kita bisa menghemat waktu dengan langsung masuk tahapan affection (liking + preference + conviction).

  • Kemudian agar artikel ini jauh lebih fokus, konten hanya membahas:
  • Konsumen domestik Jogja (sudah mengetahui Jogja),
  • Kegiatan yang menyentuh sisi emosi (affective) konsumen domestik Jogja, khususnya liking,
  • Pelaku pariwisata Jogja sebagai penyedia jasa,
  • Hal yang dilakukan pelaku pariwisata Jogja sebagai penyedia jasa untuk menyentuh sisi emosi (affective) konsumen domestik Jogja, khususnya

From Jogja with Love

Pada Sabtu malam, pukul 19.00 s.d. 21.00, sebanyak 58 hotel di Jogja secara serempak menyalakan lampu berbentuk lambang hati (cinta). Kegiatan tersebut bertajuk “From Jogja with Love” adalah aksi solidaritas dan kepedulian bersama pelaku pariwisata di Jogja terhadap kondisi pariwisata Jogja yang terdampak berat oleh pandemi covid-19.

Untuk keperluan pengumpulan dan analisis data, saya bekerja sama dengan social media monitoring tool Drone Emprit Academic (DEA) yang disediakan Universitas Islam Indonesia. Saya mengambil data obrolan Twitter sepanjang tanggal 3 April 2020 hingga 10 April 2020. Data yang saya ambil adalah:

  • Buzzer Map,
  • Buzzer Cities,
  • Sentiments,
  • Top 5 Hashtag,
  • Top 5 Most Retweeted,
  • Social Network Analysis.

Buzzer Map

Buzzer Map From Jogja with Love

Data “From Jogja with Love” mengumpulkan 1.465 cuitan selama periode 3 April 2020 hingga 10 April 2020. Jika per 3 April 2020 terdapat nol cuitan, maka per 4 April 2020 langsung melonjak menjadi 610 cuitan dan mencapai puncak pada 5 April dengan 817 cuitan. Kemudian jumlah cuitan turun drastis menjadi 33 cuitan per 6 April dan terus menurun.

Pada peta, jumlah cuitan tersebut terlihat terakumulasi di Jogja yang kemudian sebaran cuitan terlihat dari Aceh hingga Sulawesi Utara. Berarti petunjuk awal menyatakan audiens kampanye “From Jogja with Love” didominasi penduduk Jogja, kemudian orang-orang yang memliki ketertarikan dan ikatan dengan Jogja.

Buzzer Cities

Buzzer Cities From Jogja with Love

Sesuai peta Buzzer, jumlah cuitan kampanye “From Jogja with Love” memang terakumulasi di Yogyakarta (318 cuitan), kemudian disusul Sleman (70 cuitan), Jakarta (22 cuitan), Semarang, (16 cuitan), dst.

Sentiments

Sentiments From Jogja with Love

Hal yang menarik dan sangat positif dari kampanye “From Jogja with Love” adalah 99 persen menunjukkan sentimen positif. Jika ada yang bertanya, kok tidak 100 persen? Jawaban saya adalah untuk menyesuaikan dengan kaidah statistik.

Top 5 Hashtag

Tagar-tagar yang menyertai kampanye “From Jogja with Love” adalah #JogjaGuyubSesarengan (767 mentions), #FromJogjaWithLove (16 mentions), #JogjaBisa (11 mentions), #TopNews (10 mentions), dan #staysafe (8 mentions).

Berdasarkan data ini, kita mendapatkan tambahan informasi bahwa mayoritas audiens kampanye “From Jogja with Love” terindikasi etnis Jawa atau memahami Bahasa Jawa.

Top 5 Most Retweeted

From Jogja With Love, sebanyak 58 Hotel di Jogja malam ini pukul 19.00-21.00 serempak menyalakan lampu berbentuk love. https://t.co/DWnNL8oesp |@iniriyo (Merapi News @merapi_news, 4/Apr/2020 21:09 WIB)

“From Jogja With Love” adalah sebuah tajuk dari aksi solidaritas dan kepedulian terhadap kondisi pariwisata Yogyakarta akhir-akhir ini dari para penggiat dunia perhotelan Yogyakarta. #JogjaGuyubSesarengan https://t.co/5mzfFHATPI (jogja24jam @Jogja24Jam, 4/Apr/2020 21:22 WIB)

Cuitan From Jogja with Love – Jogja24jam

Malam Minggu ini berlangsung aksi “From Jogja With Love” Aksi solidaritas dari hotel2 di Jogja ini berupa sinyal tanda cinta yg dilakukan dengan menyalakan lampu kamar hotel pada masing2 hotel hingga membuat bentuk hati/cinta. #JogjaGuyubSesarengan https://t.co/EmfkEELLn8 (JOGJA / YOGYAKARTA @YogyakartaCity, 4/Apr/2020 21:30 WIB)

“From Jogja With Love”, Tebing Breksi malam ini menyalakan tanda cinta sebagai tanda solidaritas bersama pelaku pariwisata di Jogja atas pagebluk corona. #JogjaGuyubSesarengan https://t.co/g1uwSMnxFY (Humas Pemda DIY @humas_jogja, 4/Apr/2020 21:34 WIB)

Cuitan From Jogja with Love – Humas Pemda DIY

Malam ini berlangsung aksi kampanye “From Jogja With Love” dari para pelaku pariwisata di Jogja, #JogjaGuyubSesarengan https://t.co/rlPdT8Fumu (jogja24jam @Jogja24Jam, 4/Apr/2020 21:21 WIB)

Social Network Analysis

SNA From Jogja with Love

Senada dengan tangkapan sentimen, Social Network Analysis menunjukkan kampanye “From Jogja with Love” serba hijau alias serba positif. Namun yang saya sayangkan, masing-masing aktor berpengaruh (@merapi_news, @Jogja24Jam, @YogyakartaCity, dst) terlihat membentuk klaster sendiri-sendiri. Kurang terlihat sinergi sebagai satu kesatuan yang sebenarnya bisa ditunjukkan dalam tindakan saling ReTweet satu sama lain.

Penutup

Secara keseluruhan, potensi jangkauan kampanye “From Jogja with Love” mencapai 3.036.524. Saya tidak mengetahui apakah penggagas kampanye menetapkan target jangkauan. Jika menetapkan, berapa besarannya juga tidak saya ketahui. Meski demikian, saya menyatakan besaran jangkauan tersebut untuk skala Jogja sudah sangat baik.

Jika ada keinginan untuk menerapkan kampanye serupa dalam skala nasional, akan lebih baik jika para pemangku kepentingan saling terlibat dan saling sinergi di segala lini, mulai dari dunia medsos hingga dunia nyata. Hal terpenting, lakukan secara berkelanjutan.

Depok, 23 Juni 2020

Andika Priyandana

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s