Menjadikan Ekonomi Sosial Ekologi Sebagai Inspirasi Bisnis dan Gaya Hidup

Menjadikan konsumsi dan produksi berkelanjutan sebagai sumber ide bisnis dan gaya hidup. Bagaimana caranya? 

Dunia, termasuk Indonesia, memiliki setumpuk masalah yang berhubungan erat dengan perilaku manusia sehari-hari. Sebagai contoh, Indonesia adalah produsen sampah makanan terbesar kedua dunia (The Economist Intelligence Unit, 2016) dan di saat yang relatif berdekatan, Indonesia memiliki masalah kelaparan tingkat serius yang perlu dihadapi.

Global Hunger Index (2018) menyatakan bahwa indeks kelaparan Indonesia mencapai skor 21,9 dan berada pada tingkat serius untuk ditangani 

Contoh lainnya adalah perilaku boros energi masyarakat Indonesia. Kementerian ESDM (2017) menyatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang boros dalam penggunaan energi. Salah satu penyebab boros energi di Indonesia, masih menurut Kementerian ESDM, adalah perilaku penggunaan energi yang tidak efisien dan tidak sesuai kebutuhan.

Padahal di saat sama, Indonesia ada dalam ancaman krisis energi. Indonesia saat ini sudah menjadi pengimpor minyak bumi bersih (nett importer) dan dari prediksi cadangan minyak bumi sebesar 9 miliar barel, diperkirakan habis dalam 18 tahun ke depan.  

Dari paparan ringkas data tersebut, Indonesia dipastikan memiliki masalah konsumsi dan produksi berkelanjutan. Padahal produksi dan konsumsi berkelanjutan adalah daya dukung pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia. Maka, perlu ada perubahan perilaku masyarakat Indonesia dari perilaku boros dan tidak sangkil menjadi berperilaku konsumsi dan produksi berkelanjutan.  

Untuk mendukung masyarakat melakukan proses perubahan perilaku, diperlukan basis konsep antarkeilmuan untuk mengakselerasi konsumsi dan produksi berkelanjutan melalui sudut pandang ekonomi sosial ekologi.

Keilmuan-keilmuan yang diperlukan yaitu:

Bioeconomy yang memelajari hubungan kompleks antara kemakmuran manusia, ekonomi, dan sistem biofisikal;

Ekonomi sirkular yag bertujuan meminimalkan jumlah dan memperpanjang daur hidup sumber daya yang diambil dari lingkungan serta memroduksi lebih sedikit sampah dan polusi;

Ilmu konsumen yang meriset faktor ekonomi, psikologi, dan sosiologi untuk membentuk kebijakan tepat guna. Melalui keilmuan ini, pola konsumsi individu tercetak dalam konteks benda, budaya, dan sosial.;

Teknologi yang menggunakan infrastruktur teknologi modern untuk menyediakan sumber daya yang menjadi basis perubahan sistem politik dan sosial ekonomi secara drastis.;

Budaya yang memiliki beberapa peran dalam konsumsi dan produksi berkelanjutan. Peran pertama, budaya secara luas, adalah kumpulan kepercayaan dan kebiasaan yang memengaruhi pengambilan keputusan dalam kelompok manusia. Peran berikutnya adalah penentuan strategi mikro yang di dalamnya termasuk perubahan perilaku konsumsi (mis: pencegahan sampah), perubahan perilaku pengguna (mis: berbagi, memerbaiki, mengelola), dan perubahan pola membuang (mis: menyumbang, menjual, mendaur ulang).   

Menerapkan konsumsi dan produksi berkelanjutan dalam dunia bisnis dan keseharian 

Dunia sudah mengarah ke proses bisnis bisnis dan model bisnis yang mengutamakan mangkus dan sangkil dari sudut pandang yang benar-benar berbeda. Sebagai contoh penggunaan kamar pribadi bersama, penggunaan kendaraan pribadi bersama, hingga penggunaan ruang penyimpanan barang bersama. Model bisnis tersebut biasa disebut sharing economy 

Ilmu yang memelajari peran konsumen dalam disiplin konsumsi dan produksi berkelanjutan juga dapat menjadi masukan dan memberikan inspirasi model-model bisnis. Model-model bisnis tersebut dikembangkan dengan memerhatikan pola konsumsi, pola perilaku, dan kemampuan bertindak konsumen baik secara individu maupun kelompok, serta kontribusi dan tanggung jawab mereka terhadap transformasi sosial ekologi 

Sebagai contoh, ilmu ekonomi mikro konvensional melihat individu sebagai pencari keuntungan maksimal yang diperhitungkan melalui untung rugi yang didapat, lalu menentukan tindakan yang memberikan mereka manfaat tertinggi. Melalui hal ini saja, pebisnis sudah dapat memahami potensi yang ada dengan memarketingkan konsumsi dan produksi berkelanjutan.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang menjalankan model bisnis berbagi tumpangan kendaraan menginformasikan terlebih dahulu masalah-masalah yang mungkin timbul dengan mengutamakan kepemilikan kendaraan pribadi dan bepergian menggunakan kendaraan pribadi, misal biaya bensin, biaya tol, hingga biaya parkir. Kemudian memberikan solusi melalui komunikasi marketing bahwa layanan jasa yang ditawarkan memberikan solusi pengurangan biaya-biaya atas kepemilikan kendaraan pribadi 

Selain urusan kendaraan pribadi yang banyak memakan energi, konsumsi dan produksi berkelanjutan dapat pula dijalankan dalam konteks produksi dan konsumsi pangan berkelanjutan, sebagai contoh pertanian kota dan pengolahan sampah makanan yang dapat dijalankan dengan model bisnis berorientasi sosial dan memiliki penyandang dana utama berupa penunjukkan langsung pemerintah atau dana tanggung jawab sosial perusahaan.  

Pertanian kota dapat dijalankan dengan beberapa tujuan sekaligus, yaitu penghijauan kota dan memenuhi kebutuhan pangan tertentu (misal sayuran dan buah) yang kemudian didistribusikan ke wilayah yang berdekatan. Agar penduduk kota tertarik terlibat dalam pertanian kota, dapat diberikan insentif berupa ketersediaan peralatan perlengkapan sekaligus pengambil produk pangan saat siap panen. Pelaksana insentif dapat berupa perusahaan swasta yang didanai oleh pemerintah 

Sedangkan pengolahan sampah makanan dapat dilakukan dengan layanan ambil sampah secara gratis oleh perusahaan swasta yang pendananya dapat dari pemerintah atau dana tanggung jawab sosial perusahaan. Layanan ambil sampah secara gratis sudah dapat menjadi insentif menarik bagi warga agar turut berpartisipasi.

Kemudian agar tingkat partisipasi lebih tinggi, dapat pula ditawarkan jasa penyaluran makanan-makanan yang mendekati kadaluarsa tapi tidak bakal dikonsumsi dalam waktu dekat. Perusahaan swasta dapat menginformasikan bahwa makanan tersebut didistribusikan kepada kaum yang lebih membutuhkan untuk dikonsumsi secara langsung dalam 24 jam.  

Selain contoh-contoh di atas, masih banyak contoh lain yang dapat diterapkan untuk mendukung konsumsi dan produksi berkelanjutan dengan model simbiosis mutualisme. Batasnya adalah sejauh mana ide manusia dapat berkembang. 

Depok, 14 Oktober 2019

(Andika Priyandana; dari berbagai sumber) 

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi November 2019

2 thoughts on “Menjadikan Ekonomi Sosial Ekologi Sebagai Inspirasi Bisnis dan Gaya Hidup

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s