Pendidikan Agama itu Perlu (Dengan Catatan)

Ada hal mengenai pendidikan agama yang saya merasa sangat beruntung.

Guru-guru ngaji saya, khususnya semasa saya remaja, juga rutin mengajak belajar tafsir Quran dan hadits dari berbagai aliran pemikiran meski latar belakang Nahdlatul Ulama sangat kuat.

Bahkan mereka mendorong saya berani berbeda pendapat asal disertai basis pemikiran yang jelas. Alasannya, mereka mengakui tidak mengetahui segalanya, tidak palu gada. Tidak semua ilmu mereka kuasai. Sebagai contoh, ilmu kedokteran dan ilmu lingkungan, mereka menganggap Ibu saya jauh lebih pakar. Lainnya, ilmu kimia dan teknik nuklir, alm. Bapak saya dianggap jauh lebih mumpuni.

Sedari awal, saya diajari bahwa perbedaan pemikiran adalah nyata. Perbedaan tafsir adalah nyata. Bahkan urusan perbedaan ajaran sudah ada sejak urusan wudhu yang masuk bab pengantar, misal ada perbedaan cara wudhu dan perbedaan penyebab batal wudhu. Perbedaan tersebut akan semakin terasa saat memasuki bab lanjutan, misal perkawinan, pakaian, pekerjaan, dst.

Sayangnya saya merasa saat itu ilmu dari mereka kurang saya seriusi. Namun meski demikian, mungkin ilmu dari mereka yang menjadi penyelamat saya saat mencicipi ekstrim kanan. Saya meski sempat mengucapkan kata-kata sangat merendahkan kepada sesama yang saya anggap kurang kurang sesuai idealisme saya saat itu, saya tidak keterusan karena sikap skeptis dan rutin mempertanyakan sudah terpatri dalam pikiran.

Guru-guru ngajiku, terima kasih banyak atas ilmu yang sudah kalian berikan kepada saya yang lebih dari sekedar membaca Quran, tajwid, dan belajar Bahasa Arab. Sekali lagi, terima kasih 🙏🏼.

Depok, 24 Agustus 2019

Andika Priyandana

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s