Prospek Bisnis Mens Sana In Corpore Sano di Indonesia

Generasi Emas 2045 adalah mimpi setinggi langit multi dimensi bangsa Indonesia yang di antaranya berkenaan dengan kesehatan dan kebugaran. Bisakah kita mencapainya?

Relay Race – sumber Pixabay – ThomasWolter

Jika bukan mencapainya, mampukah kita melebihi impian 2045? Tahun 2045 menjadi sangat spesial karena itulah tahun saat Indonesia genap berusia 100 tahun dan Indonesia berharap mendapatkan puncak bonus demografi pada 2045. Itulah tahun yang digadang-gadang pemerintah, teknokrat, para pemangku kepentingan, dan masyarakat umum agar Indonesia mendapatkan bonus demografi berupa 70 persen dari total penduduk Indonesia yang berusia produktif.

Usia produktif ini masuk kategori usia kerja secara legal yang berarti, para penduduk usia produktif ini diharapkan bisa menghidupi diri sendiri, bisa menghidupi keluarganya, dan memberikan sumbangsih kepada negara antara lain melalui pajak. Lalu yang terpenting, negara menjalankan kewajiban kepada generasi produktif ini dengan biaya lebih kecil daripada yang generasi produktif ini berikan kepada negara. Jadinya, pemasukan negara lebih besar daripada pengeluaran negara sehingga negara mengalami surplus pendapatan.

Namun, mendapatkan generasi muda produktif dalam konteks Indonesia adalah hal maha sulit. Begitu banyak faktor independen yang terlibat di dalamnya, mulai dari pergeseran ekonomi konsumsi menjadi ekonomi produksi, mengubah tradisi ilmiah –rasional lemah menjadi ilmiah-rasional kuat, hingga kualitas kesehatan SDM Indonesia agar dapat menciptakan waktu produktif sebanyak mungkin.

Mens sana in corpore sano

Mens sana in corpore sano. Sudah lama kita mendengar istilah Latin berusia ribuan tahun tersebut. Kita rajin mendengarnya di sekolah saat pelajaran olahraga. Secara filosofis, mens sana in corpore sano dapat dipahami bahwa badan yang sehat dimulai dengan pikiran yang sehat. Tanamkan pikiran untuk menikmati kehidupan dan ketahui pula bahwa ada pula kematian. Kelola emosi, antara lain cinta, amarah, bahagia, dengki, dan syukur. Karena pikiran yang sehat turut membentuk jiwa dan tubuh yang kuat,

Sehubungan dengan sehat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Maret 2019) menyatakan sudah melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat pada tataran SDM, pemerataan fasilitas kesehatan, pemerataan tenaga kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun, upaya peningkatan kesehatan, sekaligus kebugaran, masyarakat tidak bisa dilakukan hanya di sisi pemerintah. Pihak swasta hingga masyarakat umum perlu ikut terlibat dalam aktivitas tersebut.

Blog Andika Priyandana – Percentage of Middle Class ASEAN 2010 – 2020F

Dari pihak swasta (pelaku bisnis), tindakan pemerintah meski mungkin dianggap belum optimal oleh sebagian pihak, dapat dilihat sebagai langkah menguatkan fondasi masyarakat yang menjadi basis konsumen industri kesehatan, kebugaran, dan produk-produk yang berkaitan, misalnya suplemen kesehatan dan aplikasi kebugaran.

Jika kita menilik data Bappenas dan Bank Dunia (2012), diprediksi per 2020 jumlah kelas menengah Indonesia (menengah bawah, menengah, dan menengah atas) berjumlah 215 juta jiwa. Meski data tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan kondisi per 2019, data tersebut sudah memberikan gambaran cukup jernih mengenai potensi ekonomi kelas menengah di Indonesia sebagai pasar terbesar dan paling berkembang di Asia Tenggara.

Berarti dalam konteks industri kesehatan dan kebugaran, sudah ada beberapa prediksi awal yang dapat dibuat. Semakin banyak konsumen Indonesia yang membelanjakan uangnya tidak sekedar untuk kebutuhan primer dan fungsional, tetapi juga sudah ada yang membelanjakan uang untuk kebutuhan sekunder dan tersier melalui produk-produk bernilai tambah.

Berarti prediksi pertama yang bisa kita ambil adalah, industri nutrisi yang menjadi bagian dari industri kesehatan dan kebugaran memiliki basis konsumen yang bertumbuh karena semakin banyak konsumen dengan kepedulian tinggi terhadap kesehatan dan penampilan.

Prediksi kedua yang bisa kita ambil adalah pertumbuhan fasilitas pusat kebugaran yang tersedia di kota-kota besar yang terus meningkat. Kasus merger Celebrity Fitness dan Fitness First Asia tahun 2017 memiliki tujuan peningkatan skala, jangkauan, dan efisiensi. Hal tersebut dapat dikatakan berani dan berisiko tinggi, khususnya dalam konteks pasar Indonesia yang mana penetrasi pusat kebugaran baru 0,1 persen dan di bawah rata-rata keanggotaan di Asia Tenggara sebesar 4,2 persen (International Health, Racquet, and Sportsclub Association (IHRSA), 2017).

Dari prediksi kedua, kita dapat menghubungkannya dengan prediksi pertama mengenai pertumbuhan industri nutrisi. Baik pria dan wanita yang menggunakan jasa pusat kebugaran tentu memiliki masalah yang ingin dituntaskan, misal berat badan berlebih, berat badan kurang, pengurangan massa lemak, hingga membentuk otot. Vitamin, suplemen, dan produk diet dapat membantu penuntasan masalah tersebut, khususnya bagi masyarakat urban golongan menengah dan menengah atas.

Lalu prediksi ketiga adalah pertumbuhan jasa katering sehat. Pertumbuhan jasa katering sehat berarti menjual menu-menu yang berhubungan dengan menjaga kadar glukosa dalam tubuh, menjaga kadar lemak dalam level sehat, menurunkan berat badan, menaikkan berat badan, hingga meningkatkan kebugaran. Berarti, ada menu-menu untuk segmen konsumen ketogenik, segmen konsumen keto-fastosis, menu berbasis golongan darah, segmen vegetarian, menu diet paleo, dan masih banyak lagi.

Prediksi keempat adalah peningkatan jumlah aplikasi kesehatan dan kebugaran yang menyasar pasar Indonesia. Khusus prediksi ini, tentunya cukup jelas jika melihat pertumbuhan warganet Indonesia yang signifikan hingga mencapai sekitar 150 juta per 2018 (e-Conomy SEA 2018). Kemudian, kebiasaan warganet Indonesia mengakses Google (situs #1 paling banyak diakses) dan Facebook (situs #2 paling banyak diakses) membuat industri kesehatan dan kebugaran semakin mudah melakukan penetrasi.

Generasi langgas dan generasi Z

Gadis Indonesia cantik – sumber Pixabay – Afik_eleck

Generasi langgas dan generasi Z adalah generasi usia produktif serta diharapkan berperan signifikan mencapai Generasi Emas 2045. Berarti, kita perlu mengetahui profil generasi langgas dan generasi Z, yaitu geografi, demografi, psikografi, dan perilaku konsumsi mereka.

Kemudian, karena generasi langgas dan generasi Z sangat melek internet, kita bisa membuat analisis awal mengenai seberapa jauh industri kesehatan dan kebugaran sudah melayani mereka. Kita bisa mengecek aplikasi Google Play dan mengetikkan “fitness indonesia”. Hasilnya, kita bisa menemukan lebih dari 30 produk aplikasi dengan ragam layanan, antara lain akses pusat kebugaran, layanan pelatih pribadi, penyimpan data olahraga, panduan olahraga mandiri, panduan angkat beban, penghitung kalori, yoga, dan pelatihan penurunan berat badan.

Dari berbagai varian tersebut, ada produsen yang menjadikan aplikasi sebagai produk utama, ada pula yang menjadikan sebagai jembatan dengan produk riil. Sebagai contoh, salah satu aplikasi ternama asal Jerman memberikan panduan berlatih tanpa perlu datang ke pusat kebugaran, tanpa peralatan, dan tanpa perlengkapan. Semua latihan bisa dilakukan di rumah, di kantor, atau tempat khusus dengan luas ruang berlatih yang minimal. Jika konsumen ingin mendapatkan jadwal latihan yang terprogram, sesuai dengan kebutuhan, hingga menu yang tepat sesuai dengan tujuan, konsumen dapat mendaftar ke layanan premium aplikasi tersebut. Khusus menu, karena aplikasi ini menjadi produk utama, berarti konsumen dapat memasak sendiri atau memesan katering yang sudah mengetahui menu tersebut.

Selain aplikasi tersebut, Google juga menyediakan aplikasi sendiri yang menyediakan jasa kebugaran. Melalui aplikasi tersebut, sepanjang terkoneksi dan konsumen rajin mendata proses olahraga, aplikasi tersebut dapat memberikan masukan apakah skor jantung kita sudah sesuai dengan skor minimal menurut the American Heart Association. Pendataan proses olahraga dapat dilakukan dengan mencatat jenis aktivitas olahraga yang kita lakukan dengan ragam yang sudah tersedia di Google, misal bela diri, angkat beban, aerobik, bulu tangkis, gowes, dan berkuda.

Untuk aplikasi yang menjadi jembatan dengan produk utama, kita bisa menemukan aplikasi yang berkorelasi kuat dengan jenama pusat kebugaran ternama di Indonesia. Melalui aplikasi tersebut, kita bisa mengetahui jadwal operasional cabang-cabang yang ada di Indonesia, jadwal program latihan yang tersedia, hasil berlatih dengan pelatih pribadi, termasuk siapa saja pelatih-pelatih yang sedang “menjaga” cabang tertentu.

Jadi secara keseluruhan, kita bisa melihat bahwa industri kesehatan dan kebugaran akan memberikan pendapatan yang semakin moncer. Kemudian khusus aplikasi kesehatan dan kebugaran yang menjadi produk utama, dengan teknologi terkini tentu belum bisa mengukur pengeluaran energi secara akurat 100 persen. Meski demikian, masalah ini menunjukkan adanya peluang perbaikan dalam konteks industri 4.0 yang mau tidak mau, harus kita hadapi.

Sekarang pilihan kita adalah, mau jadi produsen atau konsumen?

Depok, 17 Juni 2019

(Andika Priyandana)

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Juli 2019

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s