Curhat agak tersensor dari para pemilik perusahaan dan praktisi Sumber Daya Manusia (Human Resource) yang perlu diketahui para pencari kerja dan tenaga kerja level pemula.
Sebelumnya dalam artikel Curhat Pemberi Kerja kepada Dunia Akademisi, saya sudah berjanji akan membuat tulisan mengenai Curhat Pemberi Kerja tentang SDM Indonesia. Inilah artikel tersebut dan semoga tidak ada yang merasa terhenyak dengan yang saya sampaikan karena ada kosakata-kosakata yang tidak saya sensor dan ada pula yang agak disensor.
Contoh curhat-curhat pemberi kerja dan divisi SDM yang saya ketahui langsung
Contoh-contoh curhatan saat proses seleksi tenaga kerja:
- “Resume yang ada di situs info lowongan kerja XXX isinya banyakan sampah!”
- “Banyak pencari kerja yang menilai diri sendiri ketinggian, padahal mereka terlalu sampah buat dipekerjakan.”
- “Banyak yang jago moles CV, ternyata pas wawancara membleeee!”
- “Menolak wawancara dan maunya langsung kerja. Bilangnya yakin pasti kompeten. Gila ya?”
- “Dia ngga lulus SMA tapi minta gaji setara S1. Emangnya duid tumbuh di pohon?”
- “Dia berkali-kali miskol gue , nanya gue berkali-kali urusan wawancara. Emang kerjaan gue ngurus dia doang?”
- “Belum mulai kerja udah minta ngga megang anjing, ngga ngurus kotoran hewan, de el el. Ini klinik hewan! Ngapain cari kerjaan di sini kalau ngga suka dari awal???!!!”
- “Eneg parah. Dia di medsos ngejelekkin perusahaan gue. Ngatain ngga humanis, ngga manusiawi, dll, pasca gue nyatakan ngga lolos wawancara. Terus ditambah ngeluh susah cari kerja, dll. Padahal emang kualitasnya aja lebih jelek dari limbah!”
- Dst
Contoh-contoh curhatan saat masa percobaan dan masa kerja:
- “Dengan alasan rumah jauh, mau ngatur-ngatur jam kerja. Yaelah, segala risiko kan udah disampein pas wawancara.”
- “Sering minta libur dengan alasan urusan pengabdian ke ormas dan urusan agama. Emang ini perusahaan punya neneknya?”
- “Berkali-kali minta nambah jam istirahat, misal dari sejam jadi dua jam dengan alasan ibadah. Agama gue sama kayak agama dia dan ngga ngelunjak gitu juga urusan jam istirahat.”
- “Pas kerja sok serba nasehatin orang-orang lain yang punya nilai berbeda sama dia. Dia mandang dirinya adalah yang paling benar dan yang baik adalah yang seragam. Ini tempat kerja plural. Ngga suka ya ngga usah ngelamar dari awal!”
- “Saat wawancara sudah disampaikan semua tanggung jawab, prosedur, gaji, dan insentif. Pas percobaan masih aja ngotot.”
- “Di resume dan pas wawancara kelihatannya oke. Pas percobaan ternyata kinerjanya jauh dari harapan.”
- “Berani bener ngomong ke gue lagi gak mau diganggu pas nonton Yutub, tidur, dll, padahal itu jam kerja.”
- Dll
Jadi, sesuai dengan artikel saya sebelumnya yang berjudul Curhat Pemberi Kerja kepada Dunia Akademisi, memang ada jurang yang lebar antara kebutuhan tenaga kerja dan kemampuan tenaga kerja dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Akhirnya terjadilah fenomena sangat banyak lapangan kerja dan di saat sama, sangat banyak pengangguran.
Masukan untuk para pencari kerja dan tenaga kerja Indonesia level pemula
- Pelajari ilmu-ilmu yang mungkin tidak kalian dapatkan di bangku sekolah dan kuliah, antara lain Design Thinking, Kepemimpinan, Kerja Tim, Komunikasi, dll. Ilmu tersebut bisa kalian peroleh melalui magang kerja, organisasi kampus, portal belajar daring, kursus bisnis, dst,
- Jika kalian berminat pada bidang kerja tertentu, misal dunia digital, namun pelajaran formal yang kalian terima kurang mencukupi, belajarlah mandiri. Kalian bisa juga mengambil kursus-kursus yang memberikan ilmu di bidang yang kalian butuhkan,
- Jangan kebanyakan mengeluh jika kalian sulit dapat kerja. Evaluasi diri sendiri terlebih dahulu apa penyebabnya. Mungkin kurang kompeten, kemampuan tidak nyambung dengan kebutuhan, dll,
- Jika kalian ingin menjadi talenta sulit digantikan di bidang tertentu, maka perbanyak belajar konsep dan praktik di bidang tersebut. Misal kalian ingin jadi talenta bidang rantai pasok, namun kalian banyak menghabiskan waktu dalam dunia seni rupa. Tentu saja kalian akan kesulitan menjadi talenta bidang rantai pasok.
- Jika kalian merasa gelar S2 sangat penting dalam dunia kerja dan karenanya selesai S1 langsung ambil S2, kalian salah!!! S1 dengan pengalaman kerja dua tahun jauh lebih dihargai daripada lulusan S2 tanpa pengalaman kerja. S2 tanpa pengalaman kerja berarti harus dilatih lagi dan ibarat jago baca buku manual, tetapi rendah kemampuan praktik. Dan… S2 tanpa pengalaman kerja biasanya mendapatkan gaji sama dengan S1.
- Sudah tahukah kalian, ada perusahaan melihat D3 lebih kompeten dalam bekerja dan dapat dipercaya daripada S2 dari luar negeri? Dalam kasus yang saya ketahui, S2 yang dimaksud minim pengalaman kerja.
- Jaga baik-baik latar belakang kalian. Pengecekan integritas misal keaslian ijazah, masuk daftar hitam BI atau tidak, ada catatan kriminal atau tidak, pengecekan referensi di perusahaan sebelumnya di luar nama yang diberikan kandidat, benar-benar ada!
- Ketahui bahwa banyak pemberi kerja menganggap pengecekan medsos sudah lebih penting daripada ngecek ijazah. Medsos dengan konten meluap-luap tanda ketidakstabilan mental, ketidakmatangan emosi, dan bahkan berbahaya bagi reputasi perusahaan,
- Kalian menulis tiga orang sebagai pemberi rekomendasi? Pemberi kerja sangat mungkin tidak menelepon ketiganya karena kemungkinan besar informasi invalid. Kemungkinan yang dihubungi adalah individu di luar tiga nama tersebut, tetapi dari perusahaan sama,
- Kalian ngga usah merasa rajin dan punya produktivitas tinggi. Kenyataannya, banyak yang melihat produktivitas pekerja Indonesia cenderung rendah saat dibandingkan dengan negara lain. Ada petinggi SDM menyatakan, susah mencari tim kerja dengan etos bagus di Indonesia. Jadi, pastikan selalu koreksi diri dan jika memungkinkan, cari rujukan ke perusahaan lain baik di dalam dan luar negeri dengan reputasi talenta yang baik.
Sementara, sepuluh masukan di atas sudah mencakup garis besar pengetahuan yang saya dapatkan dari teman-teman pemilik bisnis dan petinggi SDM di perusahaan di Indonesia. Latar belakang mereka antara lain dari perusahaan pemula (Start-up), UMKM, perusahaan lokal skala besar, dan perusahaan multinasional.