Curhat agak tersensor dari para praktisi Sumber Daya Manusia (Human Resource) yang perlu diketahui dunia akademisi.
“Indonesia sudah memasuki era yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kini, sangat banyak lowongan kerja tersedia, sangat banyak tenaga kerja yang tersedia, tetapi sangat sedikit dari tenaga kerja yang tersedia tersebut layak mengisi lowongan kerja yang tersedia.”
Saya mendengarkan ucapan tersebut dari tokoh SDM senior ternama dalam forum yang dihadiri para praktisi SDM lokal dan global. Beliau dihormati oleh para pelaku SDM Indonesia dan antara bangsa, serta sudah menempati posisi pucuk yang berkenaan dengan SDM di berbagai perusahaan multinasional. Jadi jika melihat latar belakang dan kredibilitas tinggi yang dimiliki tokoh tersebut, tentu ucapannya sangat layak ditanggapi secara serius.
Secara umum, saya sebenarnya sudah mendengar isu tersebut sejak delapan tahun lalu, lapangan kerja tersedia, tenaga kerja tersedia, tetapi sedikit dari tenaga kerja tersebut yang layak mengisi lowongan kerja yang ada. Tetapi dalam dua hingga tiga tahun terakhir, permasalahan ini sepertinya bertambah parah di Indonesia.
Permasalahan ini terdapat di level bawah mulai dari tenaga kebersihan kantor hingga level manajerial dan direksi, mulai dari level lulusan baru hingga level berpengalaman. Kemudian jika menilik akar masalah, secara garis besar dapat dilihat pada dua faktor, yaitu:
- Dunia akademisi
- Sumber daya manusia Indonesia
Namun untuk memberi fokus artikel ini, saya hanya membahas yang dibicarakan para praktisi SDM profesional mengenai dunia akademisi.
Banyak sekali dunia akademisi yang menutup telinga dan tidak mau mendengar industri
“Yang dibutuhkan perusahaan adalah SDM-SDM dengan kemampuan XXX, tetapi dunia akademisi mengajarkan YYY kepada SDM-SDM tersebut. Begitu perusahaan menolak menerima SDM-SDM tersebut karena tidak sesuai kompetensi, perusahaan (dan praktisi SDM) disalahkan.”
Penyampaian tersebut sebenarnya menggambarkan suatu hal simpel, tetapi sulit dipahami dan sulit dilaksanakan. Ingat simpel berbeda dengan gampang!!
Jadi, supaya ada kesinambungan proses perpindahan dari dunia akademisi ke dunia kerja, dunia akademisi harus mendengarkan apa yang diinginkan audiens. Yang dimaksud audiens di sini adalah para pemberi kerja, perusahaan, industri, dan tentunya para praktisi SDM. Jika ada kerja sama, yang tentu harus semakin diperkuat jika sudah eksis, antara industri dan akademisi, kerja sama tersebut harus berbasis data pasar.
“Saya sudah banyak bertemu dengan dekan-dekan universitas papan atas seIndonesia dan merasa menderita. Para dekan ini banyak yang kaku dengan pendirian yang sangat akademis, sangat teoritis, dan tidak dapat diaplikasikan dalam dunia bisnis. Akibatnya saat merekrut, kami masih harus melatih ulang yang berarti keluar biaya lagi.”
Akibat dari sikap kaku banyak akademisi, maka sangat dipahami jika kasus “Sangat banyak lowongan kerja tersedia, sangat banyak tenaga kerja yang tersedia, tetapi sangat sedikit dari tenaga kerja yang tersedia tersebut layak mengisi lowongan kerja yang tersedia” semakin menjadi-jadi beberapa tahun terakhir.
Padahal sebagai bagian dari proses menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, bukan hal sulit menambah mata pelajaran / mata kuliah seperti:
- Kepemimpinan
- Design thinking
- Kerja tim
- Komunikasi
- Dll
Bahkan sebagai bagian dari penyesuaian dengan kebutuhan industri, sudah ada institusi pendidikan di luar Indonesia menyediakan pelajaran-pelajaran yang mungkin terdengar aneh tapi memang berguna di bisnis, yaitu pelajaran tata krama meja makan dan pelajaran golf. Di Indonesia jikalau ada, besar kemungkinan institusi pendidikan yang menyediakan masih sangat terbatas.
———-
Hal-hal yang sudah saya sampaikan di atas, meski tidak mendetail dan sudah tersensor, seharusnya sudah bisa menjadi pengetahuan bersama. Jika ada pembaca blog saya yang berasal dari dunia akademisi, akan menjadi sebuah kebaikan bersama jika kita sama-sama mencari dan mengerjakan solusi penyediaan SDM yang kompeten untuk mengisi lowongan kerja yang banyak tersedia.
Bagi para pembaca yang masih SMA/SMK, sedang kuliah, atau sedang mencari kerja, saya akan membuat tulisan berikut mengenai Curhat Pemberi Kerja tentang SDM Indonesia. Tunggu saja penerbitannya di Juli 2019.