Bangsa Indonesia memiliki banyak mimpi, antara lain Visi Indonesia 2045. Lantas, bagaimana cara mewujudkan visi tersebut?
Foto di atas adalah foto lubang hitam pertama di dunia yang dipublikasikan 10 April 2019 dan didapatkan dari kolaborasi kerja Event Horizon Telescope. Foto tersebut menjadi topik trendi di berbagai belahan dunia, menjadi inspirasi berbagai iklan produk-produk ternama mulai dari otomotif hingga kuliner, dan muncul pula meme-meme yang menarik, misal menganalogikan dompet kosong sebagai lubang hitam.
Foto lubang hitam tersebut turut menjadi penanda kemajuan kecil peradaban manusia dalam menjelajahi ruang angkasa yang sekaligus menandai kemajuan sains.
Sains, bersama-sama dengan Technology, Engineering, dan Math (STEM) menjadi ilmu utama yang wajib dipelajari para individu yang tidak ingin tersingkir oleh Revolusi Industri 4.0. Saat kita membawa STEM dalam konteks Indonesia, kita dapat melihatnya antara lain dalam perusahaan pemula yang sudah meraih predikat decacorn, yaitu Go-jek, dan unicorn, yaitu Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.
Pemerintah Indonesia pun menyadari betapa krusialnya sains dan karenanya, membuat visi Indonesia 2045. Namun sebelum kita membahas Visi Indonesia 2045, kita perlu mengetahui terlebih dahulu masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Masalah-masalah tersebut antara lain produktivitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dan hanya 21 persen dari Amerika Serikat. Laju pertumbuhan produktivitas pun lebih lambat dibandingkan dengan sesama negara ASEAN (Asian Productivity Organization (Sept 2018)). Lalu, angkatan kerja berpendidikan SMP ke bawah dan pekerja berkeahlian rendah masih mendominasi pasar kerja 2018. Ada pula isu tingkat pengangguran terbuka lulusan pendidikan menengah lebih tinggi dibandingkan TPT nasional (Sakernas, Agustus 2018). Berbicara sektor informal, lapangan kerja informal masih dominan serta didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan terakhir SMP ke bawah.
Sekarang, mari kita kembali menilik Visi Indonesia 2045 dan di dalamnya ada empat pilar pembangunan Indonesia 2045, yaitu:
- Pengembangan manusia dan penguasaan sains dan teknologi,
- Pembangunan ekonomi berkelanjutan,
- Pembangunan yang adil,
- Memperkuat ketahanan dan pemerintahan nasional.
Lalu, mari kita fokus ke nomor satu, yaitu pengembangan manusia dan penguasaan sains dan teknologi. Jika kita melihat masalah-masalah yang sudah disampaikan sebelumnya, sudah terlihat bahwa mencapai tujuan pertama adalah pekerjaan yang sangat sulit. Pemerintah, bersama para pemangku kepentingan, harus mampu membuat bangsa Indonesia termasuk generasi tunas memandang STEM sebagai sesuatu yang keren, menarik, dan memikat hati.
Sebagai contoh, pemerintah tidak sekedar promosi soal perusahaan pemula Indonesia dan apa saja pencapaian mereka. Lebih jauh lagi, pemerintah bersama swasta menyampaikan cara menjadi unicorn dan menyediakan fasilitas menuju hasil tersebut, misal dengan pendidikan coding sejak kelas 1 SD. Agar STEM semakin menarik dan tidak menjadi momok, STEM perlu dicitrakan keren, menarik, dan asyik.
Jadikan ilmu koding, robotik, ledakan, hingga antibiotik terlihat menarik di mata generasi penerus, khususnya anak-anak.
Menjadikan sains bercitra keren di benak generasi muda dan generasi tunas
Untuk menjadikan sains bercitra keren di benak generasi muda dan generasi tunas, mari kita melihat ke sekeliling kita. Perhatikan tubuh kita dan DNA kita, kamar tidur kita, mobil kita, hingga luar angkasa. STEM ada di mana-mana. Bahkan dalam keseharian kita yang biasa menggunakan ponsel, ada STEM di dalamnya.
Contoh keren lain dalam STEM adalah evolusi. Sebuah anggapan yang sangat fatal kesalahannya adalah menganggap monyet adalah nenek moyang kita. Yang benar adalah, monyet bukan nenek moyang kita, tetapi kita berbagi sebagian unsur kita, yaitu DNA. Kenyataan yang sudah tervalidasi berulang kali adalah kita berbagi DNA kita dengan simpanse, yang menjadikan simpanse sebagai kerabat terdekat kita sebagai homo sapiens.
Jika ada anak kecil yang menanyakan pembuktian, maka pertanyaan tersebut sudah menjadi langkah awal yang sangat baik untuk membuat anak tersebut mendalami ilmu biologi dan turunannya, antara lain ilmu DNA. Karena bagaimana pun, pembuktian terbaik adalah pembuktian yang kita lakukan sendiri.
Contoh keren lain adalah lubang hitam yang fotonya sedang menjadi tren. Seberapa banyak dari generasi muda dan generasi tunas Indonesia yang mengetahui bahwa lubang hitam bukan lubang dalam arti harfiah? Lubang hitam sebenarnya adalah ruang yang terdiri dari materi dalam skala ultra masif dan termampatkan dalam satu wilayah yang sangat kecil. Untuk memudahkan analogi, pikirkan matahari kita dengan ukuran sepuluh kali lipat daripada ukuran saat ini yang kemudian dimampatkan dalam ukuran berdiameter setara DKI Jakarta. Hasilnya adalah sebuah materi dengan gravitasi luar biasa kuat yang mana cahaya pun tidak bisa lolos.
Bagi generasi muda Indonesia yang tertarik menanyakan kebenaran lubang hitam, ajak mereka mendalami fisika dan turunannya, antara lain astronomi. Seperti kasus pada biologi, biarkan mereka melakukan pembuktian secara langsung, Namun tetap didampingi oleh orang-orang yang pakar di bidang astrofisika agar generasi penerus Indonesia belajar pada jalur yang tepat.
Melalui perspektif marketing, jadikan pencitraan STEM adalah keren sebagai tahapan awal paparan (Awareness) informasi kepada generasi muda dan generasi tunas Indonesia, antara lain melalui berbagai media yang biasa mereka konsumsi. Lalu, lanjutkan ke tahapan berikut dengan tujuan menumbuhkan ketertarikan belajar STEM (Interest). Setelah mereka memiliki gairah (Desire), berarti kita bisa mulai memberikan mereka contoh ilmu-ilmu dasar. Akhirnya, setelah generasi muda dan generasi tunas benar-benar menunjukkan gairah, mereka dengan proaktif mulai memelajari STEM (Action).
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah termuat di Majalah Marketing edisi Mei 2019