Dapatkah Broker Tradisional Bertahan di Era Digital?

Peran perantara properti terasa semakin memudar di hadapan konsumen generasi langgas dan generasi Z. Apa sebabnya? 

Gadis muda Indonesia – sumber Pixabay – aiilolo

Bagi generasi langgas, peran agen properti masih terasa lekat dalam kehidupan mereka, misal saat melihat orang tua dan kakek mereka melakukan pembelian rumah, mengontrak rumah, atau justru menjadi pihak yang menjual dan mengontrakkan rumah yang dimiliki.  

Tak dapat dipungkiri, bagi generasi Indonesia khususnya dengan tahun kelahiran sebelum 1982, apalagi generasi dengan rentang waktu kelahiran yang semakin jauh dari dekade 80, agen properti atau broker properti memiliki peran sangat penting. Dari perspektif konsumen pencari properti, para agen ini memiliki daftar berisi properti-properti yang siap dijual dan disewakan. Sedangkan dari perspektif pemilik properti, para agen properti memiliki daftar nama calon konsumen yang siap membeli atau menyewa properti. Jika ternyata para agen tersebut tidak memiliki  tipe properti yang dibutuhkan konsumen, mereka tinggal menggunakan jaringan agen yang berarti tinggal bertanya kepada sesama agen yang memiliki akses terhadap informasi yang diperlukan.  

Para agen properti, khususnya yang bernilai tambah, juga memiliki pengetahuan bahwa para konsumen properti memiliki tujuan berbeda, misal untuk keperluan pribadi atau investasi. Karenanya, mereka siap dan sigap untuk selalu memberikan informasi yang membantu para kliennya mendapatkan properti yang diinginkan, misal persentase kenaikan harga rumah tahunan, kenaikan harga tanah tahunan, dan berbagai fasilitas yang tersedia di sekitar properti yang dimaksud. 

Kekuatan informasi tersebut membuat sebagian agen properti mampu meningkatkan biaya jasa mereka setiap tahunnya. Di masa lalu, khususnya saat perpindahan informasi masih terbatas, mau tidak mau para konsumen properti menerima dan bersedia membayar jasa para agen properti bernilai tambah. Namun seiring waktu dan sejalan dengan semakin terbukanya informasi, sebagian konsumen properti mulai gerah karena ulah agen properti ini. Konsumen-konsumen properti yang mulai gerah tersebut ada yang memilih mulai berpikir mencari solusi dan para konsumen yang terbiasa dengan teknologi digital memilih menggunakan kanal tersebut sebagai jalan menemukan solusi. 

Generasi Y dan Generasi Z menelusuri properti 

Para konsumen yang terbiasa dengan teknologi digital tersebut secara mayoritas adalah generasi Y dan generasi Z. Para konsumen properti ini menyadari bahwa ada inovasi destruktif yang mampu merusak kemapanan para agen properti untuk urusan informasi properti. Inovasi tersebut bernama situs properti. 

Melalui situs properti, para pemilik properti dapat menjual produk mereka secara daring dan karenanya tidak memerlukan jasa agen properti. Sedangkan bagi pencari properti untuk dibeli atau disewa, situs properti dapat menjadi sumber informasi tipe-tipe properti yang mereka perlukan. Tindakan konsumen generasi Y dan generasi Z yang mengoptimalkan situs properti dapat dimengerti karena mereka membutuhkan kecepatan dan keterbukaan akses informasiSelain itu, tak dapat dipungkiri jika para konsumen properti memiliki keinginan untuk memotong peran agen properti, khususnya yang menetapkan komisi tinggi. 

Besaran biaya jasa agen properti atau komisi broker tradisional yang ada di kisaran 5% s.d. 10% dari harga jual dirasa semakin memberatkan oleh generasi Y dan generasi Z. Saat angka absolut dari persentase tersebut muncul di tengah tren kenaikan harga properti Indonesia, para konsumen properti pun menjadi berpikir ulang. Lebih baik uang komisi tersebut ditabung daripada digunakan untuk membayar komisi broker properti. 

Manfaat situs properti 

Ketersediaan teknologi internet yang semakin canggih dan semakin murah membuat transaksi properti di internet semakin mudah. Kini di Indonesia, meski masih banyak yang menggunakan jasa agen properti, tidak sedikit para konsumen properti yang sudah mulai beralih ke situs properti. Selain situs properti, para konsumen properti menggunakan jejaring sosial, iklan daring, blog, situs berbagi video, dan berbagai aplikasi jejaring internet lainnya yang didesain sebagai solusi transaksi properti. 

Salah satu contoh situs properti yang sedang menikmati popularitas tinggi adalah Airbnb. Didirikan pada bulan Agustus 2008, perusahaan yang berbasis di San Fransisco, California, Amerika Serikat ini berkembang dengan membantu orang-orang di seluruh dunia merasakan pengalaman jalan-jalan yang unik. Airbnb memungkinkan seorang pelancong menemukan akomodasi ideal mereka dengan biaya sewa yang pantas. 

Selain Airbnb, ada juga situs premhouse.com yang dimiliki oleh PT Mediapura Lintas Nusantara. Untuk Premhouse.com, PT Mediapura Lintas Nusantara membangun positioning yang unik dan berbeda, yaitu menjadikannya sebagai situs sewa-menyewa apartemen dan rumah premium. Target konsumen yang dipilih juga berfokus kaum ekspatriat saja. Langkah ini diambil Mediapura karena berdasarkan pengamatan mereka, belum ada situs yang benar-benar fokus bermain di pasar ekspatriat di Indonesia.    

Sorotan yang kuat melalui internet dan kolaborasi dengan agen properti 

Para pengembang rumah dan rusun telah mengetahui perubahan perilaku penelusuran informasi, khususnya konsumen yang berlatar belakang generasi Y dan generasi Z. Maka, para pengembang tersebut memilih bersikap selaras dengan para konsumen, antara lain dengan penyediaan informasi penjualan properti pada situs perusahaan dan berusaha agar situs yang dikelola memiliki ranking tinggi di situs penelusur.  

Selain memastikan situs properti yang dikelola memiliki ranking tinggi di Google, para pengembang properti juga menggunakan pemasaran digital, antara lain email marketingsocial media marketingdan berbagai strategi pemasaran digital lainnya yang akan membantu situs properti yang dikelola mendapatkan lebih banyak sorotan. 

Dari paparan yang sudah disampaikan, sepertinya situs properti memang mampu menyingkirkan peran agen properti. Padahal kenyataannya tidak selalu harus demikian. Tidak dapat dipungkiri, melakukan jual beli dan sewa properti dapat menjadi sebuah proses yang melelahkan. Menggunakan bantuan agen properti profesional dan berpengalaman akan membantu kita meninggalkan proses yang melelahkan tersebut. 

Karenanya, lakukanlah negosiasi terlebih dahulu mengenai biaya jasa. Melalui negosiasi tersebut, bisa jadi para penjual properti hanya perlu membayar nilai nominal tertentu. Hasil negosiasi lainnya adalah semakin tinggi hasil penjualan dan nilai properti, semakin rendah komisinya. Untuk para agen properti profesional, persentase tersebut biasanya termasuk bantuan pemasaran, administrasi, hingga tahap akad kredit. 

Jadi sekarang pilihannya kembali kepada konsumen properti dengan segala untung ruginya. Mau menjalankan proses transaksi properti hanya dengan jasa situs properti atau menggunakan jasa agen properti profesional yang mampu memberikan bantuan lebih? 

Depok 30 Maret 2019

(Andika Priyandana) 

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah terbit di Majalah Property Inn edisi April 2019

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s