NII

Saya masih bisa mengingat tempat dan waktu saat bertemu pertama kali lebih dari 10 tahun lalu di Jakarta Barat. Penampilan si pendoktrin rapi seperti pekerja kantoran dan mengaku baru saja belajar sesuatu yang menarik di Mesir. Tampilannya tidak cingkrang, tidak jidat gosong, dan tidak berjenggot panjang.

Waktu itu, kami mengaji dengan Quran digital sambil cocoklogi tafsir. Penyampaian cocokloginya sangat profesional dan terlatih. Saya yakin dia mampu menjaring pengikut, khususnya golongan masygul galau yang jarang membaca keilmuan Islam dari berbagai perspektif.

Dalam pertemuan pertama, dia menyampaikan bahwa pertemuan kami sudah suratan takdir dan pasti punya tujuan. Lalu kajian dimulai dengan hal-hal mendasar, seperti perintah salat, cara bersuci, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Hablumminallah sebelum masuk Hablumminannas.

Saat mulai masuk Hablumminannas, berbasis cocoklogi tafsir, dia sebutkan ciri “Muslim sebenarnya” dan yang tidak. Dari dasar tersebut, Presiden SBY dibilang kafir, saya dibilang kafir, cara saya berislam salah, dan banyak orang Islam lainnya adalah kafir karena kami belum “hijrah”. Penyampaiannya halus dan implisit. Melalui cocoklogi tafsir pula, pemerintah Indonesia dikatakan sebagai pemerintah thaghut yang perlu diperangi.

Oiya, itulah saat pertama saya mendengar pemaknaan “hijrah” selain perjalanan Mekkah – Madinah. Hijrah yang dimaksud adalah berpindah dari Islam yang saya jalani sekarang ke pemahaman Islam versi aliran si pendoktrin. Jadi, dalam paham Islam versi dia, masuk Islam lebih dari sekedar syahadat.

Saya juga ingat dibilang sebagai orang yang “terlalu banyak bertanya” dan orang Islam yang baik adalah “dengarkan dan jalankan, tanpa banyak bertanya”. Argumen dia, kan enak sudah ada yang mikirin. Kita ngga perlu capek berpikir lagi dan sekedar menjalankan. Dia tidak blak-blakkan, tapi terlihat kurang suka dengan sikap saya yang banyak bertanya dan mempertanyakan.

Dia pun mengatakan orang Islam yang baik adalah yang sadar dirinya milik Allah SWT, dan karenanya wajib menjalankan semua perintahNya tanpa banyak bertanya. Yang dia maksud sebenarnya, menjalankan pemahaman Islam versi dia, tanpa banyak bertanya. Kalau ngga menjalankan? Berbagai azab dunia akhirat menanti. Mungkin kayak sinetron religi yang dikit-dikit azab.

Setelah sekitar 2,5 jam, kami selesai kajian dan tafsir. Yang hebat dan ibarat film berseri, dia mampu membuat kajian sebagai “open ending” yang mengharuskan ada pertemuan lanjutan. Dan saya termakan untuk mengikuti kajian lanjutan…

Depok, 26 Mei 2019

Andika Priyandana

NB: Bagi yang belum tahu, NII adalah Negara Islam Indonesia. Jika masih belum tahu, silahkan buka dan baca buku sejarah Indonesia yang membahas tokoh-tokoh seperti Kartosoewirjo dan Kahar Muzakkar.

5 thoughts on “NII

    • Sebenarnya mengenai banyak bertanya tinggal mengembangkan nalar kritis kok. Misal kenapa Presiden SBY dibilang kafir? Kenapa sesama Islam dibilang kafir?

      Atau, ayat ini bukannya punya tafsir demikian? Kok tafsirnya buta.

      Jadi, jangan ikut secara buta meski yang ngajak ngaku-ngaku bisa ngebimbing ke surga.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s