Analisis Segmen Lansia di Indonesia, Kini dan Mendatang

Jumlah lansia di Indonesia per 2020 diperkirakan mencapai 27 juta jiwa atau sekitar 11 persen dari total jumlah penduduk tanah air (BPS, 2015). Berkah atau beban?

Warga senior tersebut sangat menikmati hidupnya pasca pensiun dari jajaran direktur sebuah perusahaan percetakan ternama. Sebagai warga lanjut usia (lansia), dia sama sekali tidak merasa kekurangan secara finansial karena pengetahuan dan kemampuan mengatur keuangan yang baik. Berkumpul berasa teman-teman, makan bersama, hingga jalan-jalan ke luar negeri rutin dilakoni. Namun pada akhirnya, sang warga senior merasa bosan.

Sang warga senior merasa bosan bukan karena kekurangan uang, bukan karena tidak bisa berkumpul dengan teman-teman sebaya, bukan karena tidak menikmati fasilitas yang diperuntukkan bagi warga lansia, dan tentunya bukan karena tidak menikmati jalan-jalan rutin ke luar negeri. Dia bosan karena tidak bekerja dan tidak memberdayakan otaknya pasca pensiun. Pucuk dicinta ulam tiba, ada perusahaan ritel daring ingin suasana baru dengan mempekerjakan warga senior sebagai tenaga kerja paro waktu. Sang warga senior yang merasa bosan mengetahui lowongan tersebut, melamar, melalui tahapan-tahapan seleksi, dan akhirnya resmi diterima.

Ilustrasi di atas diambil dari film Hollywood yang menggambarkan dengan sangat baik suasana hati dan kebutuhan warga lansia, termasuk di Indonesia. Warga lansia juga manusia yang memiliki berbagai macam kebutuhan yang tentu harus disesuaikan dengan profilnya, mulai dari urusan primer seperti sandang, pangan, papan, hingga urusan aktualisasi diri seperti kembali bekerja dan mengabdikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk masyarakat.

Warga lanjut usia di Indonesia

Nenek Indonesia – sumber Pixabay – hnijssen

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2004). Indonesia pasca krisis moneter meraih keberhasilan pembangunan yang terus tumbuh secara gradual di berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan. Akibatnya antara lain peningkatan Usia Harapan Hidup dan penurunan mortalitas (kematian) penduduk Indonesia sehingga mengubah struktur demografi penduduk secara keseluruhan.

Perubahan struktur demografi tersebut antara lain terlihat dari tren positif pertumbuhan jumlah penduduk lansia di Indonesia. Tren positif ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu peningkatan gizi, kemajuan tingkat pendidikan, kemajuan sosial ekonomi, peningkatan sanitasi, dan layanan kesehatan yang semakin baik. Tentu saja data-data ini bisa menjadi berkah maupun beban.

Segmen lansia bisa memiliki dampak positif jika penduduk lansia Indonesia dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif. Di sisi lain, segmen lansia bisa menjadi beban jika terdapat masalah penurunan kesehatan yang merembet pada naiknya biaya pelayanan kesehatan, peningkatan disabilitas, penurunan penghasilan/pendapatan, serta kurangnya dukungan sosial dan lingkungan yang kurang ramah terhadap penduduk lansia.

Struktur Umur Penduduk Indonesia 2017 (sumber Kemenkes RI 2017)

Berbasis data proyeksi penduduk, diperkirakan per 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia atau 9,03 persen dari keseluruhan penduduk di Indonesia, lalu meningkat menjadi 27,08 juta jiwa (2020), 33,69 juta jiwa (2025), 40,95 juta jiwa (2030), dan 48,19 juta jiwa (2035). Menilik data demografi penduduk, Indonesia sudah dapat berstruktur tua karena memiliki populasi lansia di atas tujuh persen. Selain itu berbasis data Kemenkes RI (2017), terlihat jika persentase penduduk 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk 5-9 tahun. Sementara persentase penduduk 10-44 tahun terbesar jika dibandingkan dengan kelompok umur lainnya.

Kebutuhan lansia di Indonesia

Segmen lansia adalah segmen potensial yang sebenarnya tetap mampu produktif dan bahkan banyak di antara mereka yang ingin memiliki kontribusi rutin kepada masyarakat, namun tentunya dengan beban fisik yang tidak seberat usia remaja dan dewasa. Data bahwa lansia tetap bisa produktif dapat dilihat dari data TNP2K (2017) yang menunjukkan ada golongan lansia yang bekerja dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan, hingga jasa pendidikan.

Lapangan Usaha Lansia Bekerja dalam Data Terpadu 2015 (TNP2K 2017)

Namun patut jadi catatan khususnya sektor swasta dalam memberdayakan segmen lansia. Segmen lansia adalah segmen yang istimewa di mata pemerintah, masyarakat, dan lintas budaya. Segmen lansia terdiri dari orang-orang yang sudah puluhan tahun memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan negara sehingga perlakuannya tidak bisa disamakan dengan profil usia produktif (18 s.d. 60 tahun).

Lansia seperti layaknya manusia, tentu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi, mulai dari bersosialisasi, menjaga kesehatan, hingga aktualisasi diri. Segmen swasta dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, tetapi dengan tetap berpegang pada peraturan perundangan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Selain berpegang pada aturan dan norma-norma yang berlaku, pemahaman profil lansia dalam hal segmentasi geografi, demografi, psikografi, dan perilaku tetap menjadi kewajiban.

Sebagai contoh dalam hal memenuhi kebutuhan bersosialiasi. Sektor swasta dapat memenuhi kebutuhan sosial ini dalam bentuk layanan wisata budaya. Sebuah biro jasa wisata dapat menyasar lansia setelah memahami hal-hal berikut, yaitu lansia dengan domisili utama di wilayah Jabodetabek, berusia 60 s.d. 65 tahun, berpendidikan minimal S1, SES A & B, mengutamakan pengalaman (experiencers), dan buyer sekaligus user.

Biro jasa tersebut memahami bahwa golongan lansia yang menjadi konsumen mereka mengutamakan pengalaman dan kenyamanan. Mereka juga konservatif dalam hal pilihan makanan dan fasilitas wisata. Maka, biro jasa tersebut lalu menyediakan paket menjelajahi candi-candi di Jawa Tengah, menggunakan bus premium, menginap di hotel berbintang, dan makan di restoran yang terjamin higienitas serta kualitas masakannya. Proses marketing dilakukan dengan pendekatan ke komunitas-komunitas lansia, misal ikatan alumni kampus generasi 70an, perkumpulan pensiunan perusahaan, dll.

Sedangkan contoh pemenuhan layanan kesehatan oleh swasta dapat dilakukan dengan pemahaman awal bahwa penduduk lansia secara biologis mengalami proses penuaan secara berkelanjutan yang ditandai antara lain dengan menurunnya daya tahan kesehatan. Keluhan kesehatan tidak melulu berbicara fisik, tetapi juga kejiwaan. Maka, perlu ada upaya-upaya menjaga kesehatan lansia, baik yang dilakukan oleh lansia secara mandiri atau oleh anggota keluarga yang masih sehat. Bentuk-bentuk menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan berolahraga teratur dan menjaga asupan. Jika sudah terkena penyakit, pengobatan dapat dilakukan sendiri, berobat jalan, dan rawat inap.

Dalam hal menjaga kesehatan, sektor swasta dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan menyediakan layanan kebugaran yang sudah disesuaikan khusus segmen lansia. Misalnya menyediakan paket latihan menggunakan beban, namun gerakan-gerakan yang dilakukan memberikan kemungkinan lebih minim cedera dibandingkan dengan latihan beban konvensional, misal latihan kettlebell.

Selain menjaga kebugaran dengan menggunakan kettlebell, lansia bersama komunitasnya dapat juga diberikan paket berenang secara rutin dengan instruktur yang memahami baik proses komunikasi dengan lansia.

Persentase Penduduk Lansia Berobat Jalan dan Tempat Berobat Jalan menurut Daerah

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan lansia, khususnya jika sudah terkena penyakit, swasta perlu memerhatiakn persentase penduduk lansia sakit yang berobat jalan dan tempat berobat jalan berbasis daerah. Data-data tersebut dapat diperoleh antara lain melalui Badan Pusat Statistik.

Untuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri para lansia, sektor swasta dapat melihat kembali kisah yang disampaikan di awal artikel. Selain itu, sektor swasta juga dapat memerhatikan bahwa dengan semakin besarnya segmen lansia, tentu perlu individu-individu yang bisa memahami kebutuhan dan karakter mereka sebaik mungkin. Sesama lansia dapat menjadi profil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sektor-sektor usaha yang melayani lansia.

Sebagai contoh adalah biro jasa wisata yang sudah disampaikan sebelumnya. Sebagai pemandu wisata, perusahaan dapat menggunakan jasa tenaga kerja paruh waktu sesama lansia, namun tentunya memenuhi persyaratan minimal yang diperlukan sebagai pemandu wisata, misalnya pemahaman daerah tujuan wisata hingga cara-cara mengatasi masalah selama perjalanan wisata berlangsung.

Depok, 15 Juli 2018

(Andika Priyandana)

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Agustus 2018

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s