Siapakah generasi Z? Bagaimana profil mereka? Apa saja kebutuhan dan keinginan mereka? Bagaimana pengaruh mereka terhadap lanskap ekonomi Indonesia?
Indonesia adalah negara dengan dominasi penduduk usia produktif yang lebih besar dari jumlah penduduk usia non-produktif dengan rasio lebih dari 50 persen (BPS, 2017). Dari segmen penduduk usia produktif tersebut, terdapat generasi Z dengan usia sekitar 10 tahun s.d. 19 tahun atau memiliki tahun kelahiran mulai akhir dekade 90 hingga jelang 2010.
Generasi Z Indonesia adalah generasi yang masih masuk kategori anak dan remaja, sebagian di antara mereka masih sekolah, sebagian lainnya sudah bersiap lulus kuliah, dan sebagian lainnya ada yang sudah menjadi generasi baru para pekerja. Sebutan lain untuk generasi Z adalah generasi milenial gelombang dua.
Saat ini, jumlah generasi Z Indonesia sekitar 68 juta (BPS, 2017) dan para pemberi kerja, pengelola merek, dan pemangku kepentingan dapat mengambil manfaat optimal dengan memahami profil generasi Z sebaik mungkin, antara lain kebutuhan dan minat mereka.
Generasi Z Indonesia, khususnya yang bertempat tinggal di wilayah kota dan berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas, adalah kumpulan individu yang tidak mengingat dunia pra internet. Mereka bukan golongan yang mendengarkan musik melalui kaset dengan pita yang dapat digulung dengan pensil, biasa melihat Dunia Dalam Berita, atau rutin menonton Si Unyil tiap Minggu pagi. Gen Z lebih terbiasa dengan Instagram, Vimeo, Path, Line, dan menganggap bahwa Facebook lebih cocok untuk kakak dan orang tua mereka.
Masih berhubungan dengan penggunaan internet, berbagai studi menemukan bahwa generasi Z Indonesia memiliki kelekatan tingkat tinggi dengan mobile internet. Bahkan, ada subsegmen generasi Z yang tidak pernah menggunakan desktop computer. Mereka menggunakan laptop, sabak, ponsel, dan piranti bergerak lainnya untuk terkoneksi dengan internet. Lebih jauh lagi, Kantar Millward Brown melalui Project Wayang (2017) mengetahui bahwa mobile sangat terintegrasi dengan keseharian generasi Z. Piranti bergerak sudah menjadi area sangat pribadi generasi Z dan menjadi kepanjangan tangan mereka.
Saat gen Z Indonesia dibandingkan dengan gen Z negara-negara lain, mereka juga menunjukkan karakter yang cukup menarik khususnya dalam hal kebahagiaan. Dalam hasil survei kepada generasi Z di 20 negara oleh Varkey Foundation (2017), yang kemudian dibuat laporan dengan judul “Generation Z: Global Citizenship Survey” ditemukan bahwa gen Z Indonesia menempati peringkat teratas sebagai generasi paling bahagia (92 persen), yang kemudian disusul Nigeria (85 persen), dan Israel (78 persen). Angka tersebut jauh di atas rata-rata dunia sebesar 68 persen.
Masih menurut riset yang sama, terdapat lima hal utama yang membuat generasi Z Indonesia merasa bahagia, yaitu kesehatan jasmani dan rohani, hubungan baik dengan keluarga, terpenuhinya target studi atau pekerjaan, hubungan baik dengan teman, dan kehidupan beragama.
AFS Intercultural Program juga menunjukkan minat melakukan riset kepada generasi Z Indonesia pada tahun 2017 dan mereka menemukan bahwa 56 persen dari pelajar Indonesia mengekspresikan motivasi belajar di luar negeri, khususnya negara-negara berbahasa Inggris, dengan tujuan pencapaian akademis. Sedangkan 44 persen mengekspresikan minat belajar di luar negeri dengan tujuan jelajah budaya.
Profil, kebutuhan, dan keinginan generasi Z Indonesia
Dari penjabaran data-data di atas, dapat diperkirakan bahwa generasi Z Indonesia memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
(1) Sangat terkoneksi internet. Generasi Z Indonesia, khususnya generasi Z yang ada dalam subsegmen usia lebih muda, tidak pernah mengetahui dunia tanpa internet dan telepon pintar. Media sosial selalu tersedia dan dianggap sangat digdaya. Mereka juga sudah menganggap Wi-Fi sebagai fasilitas yang wajib ada di setiap pusat keramaian.
Saking terhubungnya dengan internet, gen Z bisa jadi lebih sering berkomunikasi secara digital melalui media sosial dan aplikasi pesan instan. Mau bukti, cek saja pusat keramaian dan jika perlu, cek juga tempat ibadah. Bisa jadi kita menemukan segerombolan anak dan / atau remaja yang tidak saling berbicara, tapi saling mengirim teks.
(2) Lebih terdidik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Saat ada dalam rentang usia yang sama, generasi Z secara umum lebih pandai dibandingkan dengan generasi Y, Z, dan generasi lain yang lebih senior. Meski ada di antara mereka yang lahir saat Indonesia diserang krisis ekonomi, mereka besar saat Indonesia menikmati masa-masa pertumbuhan ekonomi yang baik dan berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut turut mendukung tersebarnya akses internet ke hampir seluruh penjuru negeri. Akibatnya, akses pengetahuan berbagai warna pun dapat mereka akses setiap waktu di mana pun. Pengetahuan agama manhaj tertentu hingga konten pornografi dapat mereka akses dengan mudah. Jika terkena internet sehat, info VPN Proxy gratis menyebar dengan segera dan mereka sudah menyiapkan langkah mitigasi sebelum terkena blokir kembali, yaitu unduh konten agar bisa dinikmati tanpa internet.
(3) Lebih peka bahwa dunia ini penuh masalah. Akses informasi yang terbuka lebar karena keberadaan internet, yang didukung kebebasan informasi Orde Reformasi, membuat generasi Z Indonesia dapat mengakses berita-berita sensitif yang sebelumnya sangat tabu untuk diakses.
Sebagai contoh, kini generasi Z Indonesia dapat mengetahui masalah-masalah yang mencekik pengelolaan hutan lindung di Indonesia. Contoh lainnya, generasi Z Indonesia mengetahui bahwa informasi konflik di Timur Tengah bisa sangat tendensius, misal dengan pemberitaan berlebihan mengenai efek perang Suriah, sedangkan efek perang Yaman diberitakan secara minimal.
(4) Menghargai keberagaman. Dibandingkan dengan generasi pendahulunya, generasi Z lebih menghargai keberagaman. Mereka memiliki minat yang tinggi untuk belajar ke luar negeri dengan tujuan eksplorasi budaya. Mereka juga lebih terbuka dengan keberagaman latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan di tempat-tempat umum.
Dalam konteks kehidupan yang lebih personal, kita juga lebih rutin menemui baik dalam pemberitaan maupun lingkaran pertemanan mengenai adanya perkawinan lintas etnis dan lintas agama. Dari ciri ini, gen Z sudah menunjukkan kemampuan untuk lebih berkompromi dan menghendaki perubahan sosial dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.
(5) Berorientasi target. Akses pendidikan yang lebih baik, kehidupan ekonomi yang lebih mapan, dan iklim demokrasi yang lebih terbuka membuat generasi Z memiliki pengetahuan mengenai esensialitas menetapkan target dalam kehidupan pribadi dan profesional.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, khususnya yang dewasa dan bekerja pada masa Orba, generasi Z lebih vokal dan menolak apatis terhadap kehidupan. Mereka lebih berani menentang dogma dan interpretasi tunggal, serta lebih berani menetapkan pilihan yang mungkin terdengar aneh di telinga para senior. Sebagai contoh, tidak perlu heran kalau ada generasi Z usia SMP yang bercita-cita menjadi YouTuber dan sudah rajin membuat video-video dengan ponsel untuk diunggah ke akun Google.
(6) Mengutamakan privasi. Penghargaan tinggi terhadap privasi membuat gen Z Indonesia bisa dengan mudah meninggalkan iklan yang membosankan atau tidak sesuai dengan minat mereka. Jika mereka bertemu dengan iklan-iklan yang intrusif, hampir dapat dipastikan iklan tersebut bersama dengan media tempat iklan tersebut ditayangkan mendapatkan ulasan negatif.
Bagi gen Z, peran konten yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka sangat esensial. Peran konten personal memberikan gambaran lain dari generasi Z, yaitu kebutuhan komunikasi dua arah. Jika mereka bertemu entitas yang tidak memberikan kesempatan komunikasi dua arah, cepat atau lambat, mereka akan meninggalkan entitas tersebut.
Peran generasi Z dalam lanskap ekonomi Indonesia
Saat ini, gen Z Indonesia belum memiliki peran signifikan dalam kontribusi terhadap produktivitas ekonomi negara. Namun, peran mereka dalam konteks perilaku konsumen tidak dapat diremehkan. Nielsen Consumer & Media View (kuartal II 2016) menemukan bahwa gen Z memiliki pengaruh dalam keputusan membeli dalam keluarga. Dua hal utama yang dipengaruhi gen Z adalah keputusan berlibur dan membeli produk elektronik.
Saat kita menilik lebih dalam mengenai pengaruh gen Z dalam pengambilan keputusan berlibur, kita dapat mengetahui bahwa gen Z memiliki kesamaan dengan generasi milenial, yaitu mengutamakan konsumsi produk-produk yang memberikan pengalaman pada mereka. Dengan didukung kebiasaan mengakses internet yang lebih intens, dapat diindikasikan bahwa tren produk-produk berorientasi jasa memiliki pangsa pasar yang semakin besar di Indonesia. Contoh produk-produk tersebut misalnya perhotelan, restoran, paket liburan, pergudangan, dan jasa antarbarang.
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi April 2018
Ping-balik: Berkenalan dengan Generasi Z Indonesia — WebLog Andika Priyandana – Ai Pos