Pilkada 2018 menjelang dan para calon sudah mendaftar ke KPUD. Kini, kira-kira apa yang harus dilakukan para calon agar meraih kemenangan?
Anggap kita adalah bagian dari tim kampanye pemenangan seorang kandidat cawalkot yang sedang menghadapi situasi pelik. Kini Januari 2018 dan masa kampanye berlangsung mulai 15 Februari 2018 s.d. 23 Juni 2018. Sedangkan pemungutan suara berlangsung pada Pilkada Serentak berlangsung pada 27 Juni 2018.
Kang Koswara (tokoh fiktif) sebagai salah satu calon walikota Bandung sedang pusing berat. Secara popularitas, Kang Koswara sudah menjadi # 1. Namun secara elektabilitas, Kang Koswara masih ada di # 3. Kang Koswara sudah terdaftar sebagai kandidat dari Partai Cinta Indonesia (PCI). PCI adalah partai dengan penguasaan kursi 30 persen sehingga memungkinkan mengajukan calon tanpa perlu berkolaborasi dengan partai lainnya.
Meski demikian, politik penuh persaingan, bisa tak berujung dan ketidakpastian selalu menghampiri. Terdapat dua kandidat cawalkot lainnya sehingga persaingan menjadi intens karena masing-masing kandidat menguasai sekitar 30 – 40 persen kursi, yang sekaligus menggambarkan keterwakilan kota Bandung. Meski demikian, signifikan di DPRD belum tentu signifikan saat pemilihan langsung. Kang Koswara sangat memahami hal ini.
Kang Koswara mengetahui bahwa demi meraih elektabilitas # 1 dan menjadi pemenang Pilkada Kota Bandung, dia harus merencanakan dan mengeksekusi komunikasi pemasaran terintegrasi yang tajam dan terukur dalam waktu relatif pendek. Sekali lagi, sekedar memiliki popularitas # 1 masih kurang. Kira-kira, strategi apa saja yang harus dilakukan?
Tim kampanye pemenangan Kang Koswara harus inovatif dan memiliki manajemen waktu yang tajam dan selaras dengan pengambilan keputusan serta eksekusi lapangan. Melalui berbagai sumber, berikut adalah enam strategi yang perlu dieksekusi.
Enam strategi hadapi Pilkada 2018
Satu, ketahui kebutuhan dan masukan konsumen. Pemilik hak suara adalah konsumen kita. Kemudian, orang-orang yang ada di sekitar mereka, misal anggota keluarga yang masih belum cukup perlu dipertimbangkan karena bisa berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Tentu saja, ilmu marketing wajib berbasis masukan konsumen.
Riset konsumen yang pernah dilakukan Frontier Consulting dapat menjadi salah satu masukan konsumen mengenai kota Bandung. Melalui riset tersebut, kita dapat mengenai persepsi masyarakat Indonesia terhadap kota-kota di Indonesia dengan persepsi sebagai berikut:
- City branding. Variabel city branding (merek kota) adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen city image dan future intention.
- City Image. City image adalah variabel independen yang bertujuan mengetahui pandangan seseorang terhadap citra sebuah kota di Indonesia.
- Future Intention. Future intention adalah variabel independen yang bertujuan mengetahui minat seseorang untuk mengunjungi suatu kota di Indonesia di masa depan.
Lalu, dimensi dan atribut merek yang diukur untuk mengetahui persepsi merek kota-kota di Indonesia adalah:
- Adventure. Ramah, cuaca nyaman, pemandangan indah, kota indah, kota bersih.
- Citizenship. Peduli dengan lingkungan, peduli kesetaraan gender, dapat dipercaya, kebebasan beragama dan menjalankan agama.
- Cultural Influence. Memiliki pengaruh budaya yang signifikan dalam hal hiburan, busana, gembira, memiliki budaya yang berpengaruh, modern, prestisius, trendi.
- Entrepreneurship. Infrastruktur yang terbangun baik, populasi terdidik, berjiwa wirausaha, inovatif, akses mudah ke pendanaan, angkatan buruh terlatih, kepakaran teknologi, teknologi tinggi, bisnis transparan, regulasi yang memudahkan berbisnis, pasar yang menarik, populasi pekerja keras.
- Heritage. Memiliki sejarah yang kaya, memiliki makanan enak, kaya dalam warisan budaya, budaya beragam, unik, agamis, budaya olahraga yang kuat, istimewa.
- Open for Business. Tidak birokratif, biaya pembangunan murah, tidak korupsi, lingkungan pajak yang nyaman, praktik pemerintah yang transparan.
- Quality of Life. Pasar tenaga kerja yang baik, terjangkau, ekonomi stabil, ramah keluarga, kesetaraan pendapatan, politik stabil, aman, sistem pendidikan publik yang terbangun baik, sistem kesehatan publik yang terbangun baik, tempat saya ingin hidup, dinamis.
Dari hasil survei, disusun indeks lima kota terbaik di Indonesia dengan rasio responden 40% berasal dari kota tersurvei (Respondents City Index)dan responden 60% berasal dari kota lain (Other City Index). Respondents City Index adalah indeks kota menurut persepsi penduduk kota tersebut. Other City Index adalah indeks kota berdasarkan persepsi penduduk di kota lain.
Berdasarkan hasil survey, lima besar kota terbaik di Indonesia secara rerata adalah:
- Yogyakarta (56.8%),
- Bandung (56.1%),
- Surakarta (52.7%),
- Balikpapan (49.5%),
- Makassar (48.0%).
Sedangkan berdasarkan dimensi, lima besar kota-kota terbaik di Indonesia adalah sebagai berikut:
Citizenship: Balikpapan pada peringkat #1 (65.9%), Surakarta pada peringkat #2 (62.1%), Bandung pada peringkat #3 (61.7%), Yogyakarta pada peringkat #4 (61.5%), dan Makassar pada peringkat #5 (59.1%);
Entrepreneurship: Bandung pada peringkat #1 (59.3%), Yogyakarta pada peringkat #2 (53.5%), Batam pada peringkat #3 (50.7%), Surakarta pada peringkat #4 (50.6%), dan Jakarta pada peringkat #5 (49.1%).
Quality of life: Yogyakarta pada peringkat #1 (60.0%), Surakarta pada peringkat #2 (57.1%), Bandung pada peringkat #3 (55.0%), Balikpapan pada peringkat #4 (51.8%), Makassar pada peringkat #5 (49.6%);
Cultural influence: Bandung pada peringkat #1 (55.9%), Denpasar pada peringkat #2 (54.1%), Yogyakarta pada peringkat #3 (51.1%), Jakarta pada peringkat #4 (49.1%), dan Makassar pada peringkat #5 (45.1%);
Open for Business: Yogyakarta pada peringkat #1 (49.8%), Surakarta pada peringkat #2 (47.8%), Bandung pada peringkat #3 (42.0%), Semarang pada peringkat #4 (39.2%), dan Padang pada peringkat #5 (37.2%);
Adventure: Bandung pada peringkat #1 (69.5%), Yogyakarta pada peringkat #2 (66.9%), Malang pada peringkat #3 (64.9%), Denpasar pada peringkat #4 (62.4%), dan Padang pada peringkat #5 (57.8%);
Heritage: Yogyakarta pada peringkat #1 (68.0%), Denpasar pada peringkat #2 (57.7%), Surakarta pada peringkat #3 (56.2%), Bandung pada peringkat #4 (53.2%), dan Makassar pada peringkat #5 (53.1%).
Melalui pengamatan ringkas, Kang Koswara dapat memasukkan variabel perbaikan citizenship, quality of life, open for business, dan heritage dalam kampanye politik yang akan dilakukan.
Dua, masukkan individu terbaik dalam tim. Kota Bandung sudah dikenal sebagai kota yang melahirkan banyak intelektual-intelektual sekaligus pemimpin negara. Sekedar pepesan kosong dalam kampanye kosong dapat menjadi bumerang dan memberikan efek negatif bahkan pasca Pilkada 2018.
Maka, masukkan individu-individu terbaik dalam tim kampanye pemenangan. Pastikan individu-individu tersebut memahami hal-hal yang mungkin menjadi kebutuhan warga kota Bandung, misal citizenship, quality of life, open for business, dan heritage. Dengan masuknya individu yang memahami hal-hal yang telah disebutkan, kampanye menjadi bernas.
Lalu, masukkan juga individu-individu dengan kemampuan dan pengalaman yang sangat baik dalam beriklan. Jadi, pemahaman terhadap kebutuhan warga kota Bandung beserta solusi yang dapat diberikan Kang Koswara dapat tersampaikan dengan baik kepada konsumen. Utamakan individu-individu yang sudah menjalankan ratusan kampanye marketing dari berbagai merek sehingga mereka memahami cara mengeksekusi iklan dengan sangat efektif.
Tiga, slogan yang menarik. Ada slogan dalam marketing. Misal Apple dengan “Think different”. Untuk slogan kota Bandung, Kang Koswara sebaiknya memasukkan unsur kedaerahan, misal Bahasa Sunda. Sebagai contoh adalah “Bandung Mencrang”. Slogan tersebut ringkas, mudah diingat, serta dipahami oleh warga Kota Bandung yang sebagian besar memahami Bahasa Sunda. Bahkan, orang non-Bandung dan non-Sunda pun dapat memahami dan mengucapkannya dengan mudah.
Empat, komunikasi pemasaran terintegrasi. Langkah ini melibatkan berbagai media, tetapi pesan yang kita sampaikan harus tunggal. Apa pun media yang digunakan, mulai dari televisi, media cetak, media luar ruang, radio, media sosial, YouTube, blog, dll, pastikan pesan yang tersampaikan ada dalam satu warna meski menyasar audiens dan segmen yang berbeda.
Gunakan televisi untuk menjangkau masyarakat secara umum. Gunakan internet untuk menjangkau generasi langgas. Turunlah ke lapangan saat menemui para audiens yang tinggal di pelosok dan terbelakang di Bandung. Tentu saja, Kang Koswara wajib memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mampu menyatukan diri dengan audiens.
Lima, getok tular. Anggap bahwa salah satu persepsi warga Bandung terhadap Kang Koswara adalah “pekerja”. Kang Koswara tidak memiliki kemampuan komunikasi yang hebat, tetapi dia bekerja. Kang Koswara lebih memilih menyesaikan pekerjaan daripada bermanis kata. Sedangkan dari hasil survei, diketahui bahwa pemerintahan sebelumnya lebih mengutamakan penampilan dan karenanya, banyak masalah-masalah Bandung yang baru selesai di tataran permukaan.
Gunakan data ini dan jadikan pengungkit citra Kang Koswara sebagai “pekerja”. Sebarkan utamanya melalui getok tular.
Enam, database marketing. Selain kantong pemilih loyalis Partai Cinta Indonesia, perhatikan kantong-kantong pemilih yang benar-benar merasakan masalah dan mencari solusi seperti yang ditawarkan Kang Koswara. Ketahui profil mereka dengan baik, mulai dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengeluaran bulanan, hal-hal yang mengendalikan psikologi dan emosi, serta informasi lain selayaknya kita mengumpulkan data konsumen dalam kegiatan pemasaran.
Pengetahuan yang terkumpul sangat berguna untuk fokus kampanye dan alokasi biaya demi kemenangan Kang Koswara.