Bagi Anda sekalian pelaku diet keto dan ingin menikmati varian hidangan tinggi lemak dari ranah Minangkabau, cancang ini patut jadi pilihan.
Hidangan ini adalah masakan khas Minangkabau. Penuh lemak, minyak seakan di mana-mana, santan kental, rasa kaya akan rempah, dan sangat nagih. Nama hidangan ini adalah cancang. Anda sekalian dapat menemukan menu ini di restoran-restoran Padang. Sedangkan foto yang saya jadikan ilustrasi adalah foto hasil jepretan saya sendiri dan mereknya adalah Cancang Sikamba.
Dulu saat saya belum mengenal diet keto, makan masakan Padang dengan nasi bisa nambah terus nasinya. Hal sama berlaku saat saya memakan Cancang Sikamba. Sekarang sih nasi sedapat mungkin saya jauhi. Jadi kalau makan Cancang Sikamba, saya memakan semangkuk Cancang Sikamba dengan sayuran sebagai pengganti nasi.
Cancang Sikamba aslinya adalah masakan Padang yang terdiri dari daging cincang yang diracik dengan bumbu khas Minang. Selama ini, saya selalu memesan Cancang Sikamba kepada Uda Hamdi Hudaya. Namun saat saya mulai mencoba diet keto, saya meminta Uda Hamdi Hudaya untuk memasak Cancang Sikamba dengan dua persyaratan simpel sebagai berikut:
- Penuh dengan potongan lemak atau banyak sandung lamur,
- Tidak memakai gula meski hanya satu sendok teh.
Uda Hamdi sepertinya langsung memahami yang saya minta dan menanyakan, “Buat diet keto ya?”
Hahaha, langsung deh saya nanya balik, “Kok Uda tahu?”
Uda Hamdi menjawab, “Soalnya sudah beberapa kali menerima permintaan serupa dan semuanya buat diet keto. Tapi belum selalu bisa memenuhi karena supaya bisa untung, harus memasak minimal empat porsi.”
Ya! Itulah intinya sodara-sodara! Itulah alasan kenapa saya membuat tulisan ini! Saya mencari teman-teman sesama pelaku diet tinggi lemak untuk memesan beramai-ramai Cancang Sikamba penuh dengan potongan lemak dan tanpa gula agar Uda Hamdi Hudaya mau menyediakan kepada kita.
Secara umum, berikut informasi Cancang Sikamba untuk diketahui bersama:
- Satu porsi Cancang Sikamba bisa untuk santapan >= empat orang. Kalau semakin rakus, satu porsi bisa habis sendirian.
- Harga satu porsi Rp 130.000,00.
- Ongkos kirim Rp 25.000,00 (khusus kirim, masih terbatas wilayah Jakarta Barat, Ciputat, dan Depok.
Untuk informasi lebih detail, silahkan tanyakan langsung ke Uda Hamdi Hudaya / Cancang Sikamba di 0812-1934-8393.
Pengalaman pribadi menjalankan keto
Saya tidak akan berbicara panjang lebar mengenai apa itu keto, penjelasan gaya hidup keto atau diet keto. Bagi Anda yang belum mengetahui, silahkan telusuri informasi mengenai ketogenic atau keto-fastosis di internet dan media sosial seperti Facebook. Informasi yang tersedia sudah cukup lengkap kok. Jadi harusnya mudah untuk mendapatkan informasi awal mengenai keto.
Pada awalnya, saya sempat sangat skeptis dengan keto karena kok makanan yang perlu dimakan sangat erat dengan lemak. Namun pada akhirnya, saya memilih mengambil risiko alias mencoba cara yang belum saya kenal baik. Saya memutuskan menjalankan keto setelah merasakan kelebihan berat badan secara sangat berlebihan.
Saya obesitas! Berat badan semakin mendekati 100 kg, celana semakin terasa sesak, paha sangat besar, lingkar pinggang terus melar, pinggang & pinggul terasa gatal karena kulit terus meregang bin melebar. Saya sangat muak dengan keadaan ini, apalagi saya pelit untuk urusan beli celana dan baju.
Setelah mulai menjalankan keto secara ketat, termasuk One Meal A Day (OMAD) yang dibarengi olahraga, saya berhasil menurunkan berat badan hingga ke angka 77 kg dengan tinggi badan 170 cm dalam tiga bulan.
Sembari menjalankan keto, saya tetap rajin mencari data-data empiris mengenai diet rendah karbohidrat, diet tinggi lemak, dan diet rendah gula. Saya pun menemukan tulisan-tulisan dan video dr. Jason Fung, Thomas DeLauer, hingga penelitian terbaru di jurnal Lancet 2017 yang melibatkan 135 ribu subyek penelitian di 18 negara dan terlihat bahwa diet tinggi karbohidrat berhubungan dengan tingginya kematian. Sedangkan diet tinggi lemak… silahkan cek sendiri laporan Associations of fats and carbohydrate intake with cardiovascular disease and mortality in 18 countries from five continents (PURE): a prospective cohort study. Tabik!