Ekonomi digital membuat usang banyak profesi, sekaligus menciptakan banyak profesi baru. Salah satu profesi baru tersebut adalah tokoh di dunia internet.

Anya Geraldine (atau Nur Amalina Hayati?) dan Karin Novilda (Awkarin) – sumber: Instagram.com/anyageraldine
Berapa banyak tokoh-tokoh berpengaruh di dunia internet yang kita ketahui? Ada kemungkinan di antara tokoh-tokoh yang kita ketahui, mereka sebenarnya teman atau saudara kita sendiri. Mereka yang di dunia nyata kita anggap biasa saja, ternyata memiliki banyak pengikut di Instagram melalui unggahan-unggahan mengenai makanan, memiliki views yang tinggi di blog, atau mendapatkan banyak penonton di YouTube.
(Baca: Vlogger pesohor era digital)
Karya-karya mereka tidak sekedar dinikmati, tetapi juga memberikan pengaruh. Bagi yang hobi mengunggah foto makanan membuat banyak orang ingin ikut mencicipi makanan di foto. Bagi yang rajin membuat tulisan manajemen di blog membuat dirinya mendapatkan citra terpelajar. Sedangkan bagi yang hobi membuat video blog alias vlog, berhasil membuat banyak penonton ingin mengikuti gaya hidupnya.
Perlu diketahui jika Quora (2017) menemukan bahwa pertumbuhan tokoh-tokoh internet yang memiliki pengaruh dalam marketing (influencer marketing), lebih tinggi daripada pertumbuhan iklan digital.
Namun seperti layaknya persaingan, tidak semua mampu benar-benar memberikan pengaruh. Sangat mayoritas hanya sekedar penggembira. Sebagai contoh dalam konteks Indonesia, menjadi blogger dengan views organik harian 100 pun sudah sangat di atas rata-rata.
Meski persaingan sangat ketat, banyak orang tetap ingin menjadi tokoh di dunia internet atau setidaknya, karyanya mampu memberikan pengaruh kuat dalam dunia internet. Tentu saja dengan harapan untuk memenuhi keinginan aktualisasi diri atau sekedar menjadi manfaat finansial.
Lantas, bagaimana caranya menjadi tokoh internet berpengaruh? Bagaimana cara agar kita mampu menonjol terlihat saat setiap harinya ada 2.7 juta unggahan blog terpublikasi dan 432,000 jam video terunggah ke YouTube? Semua angka-angka tersebut belum termasuk video Facebook, unggahan gambar Instagram, cuitan Twitter, dan konten-konten digital lainnya yang dibuat, diunggah, dan dibagikan setiap hari.
Susah bukan berarti tidak mungkin. Berdasarkan penelusuran dan pembelajaran yang dilakukan para tokoh berpengaruh di internet, inilah lima langkah yang mereka lakukan:
Pertama, ciptakan komunitas. Dalam dunia utra kompetitif, menciptakan komunitas dalam dunia internet menjadi kewajiban. Tidak peduli berapa banyak konten yang kita buat dan kita bagikan, jika kita tidak memiliki komunitas, konten kita tidak akan pernah dilihat orang. Jika ada yang melihat, mungkin mereka adalah kita sendiri dan orang-orang dekat yang kita minta untuk melihat.
Jika kita sulit menciptakan komunitas, maka ingat baik-baik dasar ilmu marketing. Terapkan segmentasi, target, dan posisi kita. Pilih juga kanal-kanal tempat segmen konsumen yang kita tuju berada, berkomunikasi, dan mencari informasi.
Jangan sekedar mengandalkan pertumbuhan audiens secara organik, kecuali jika kita sudah terkenal atau konten kita menarik dan berbasis search engine optimization (SEO). Ciptakan atau temukan komunitas yang kita yakin mampu memasok konten-konten yang mereka cari, mampu berhubungan dengan mereka, dan memang kita ingin menjadi tokoh berpengaruh di bidang tersebut dengan perantaraan internet.
Untuk belajar tahap awal, kita bisa belajar dari seleb Instagram. Ikuti akunnya, pelajari gaya unggahannya, perhatikan pilihan kata yang dipakai, dan ketahui bagaimana profil para pengikutnya, baik yang positif maupun negatif. Jika kita benar-benar mampu memberikan warna serupa dan saling mendukung dengan si seleb Instagram, mereka bisa balik mengikuti kita. Hal sama berlaku di LinkedIn, Twitter, dan Facebook.
Lakukan hal-hal tersebut setiap hari. Jadilah tanpa lelah saat kita sedang membangun merek sampai pertumbuhan organik mulai tercipta. Bagi para tokoh internet yang sudah memiliki pertumbuhan dan traffic organik pun tetap rajin membuat konten.
Kedua, bagikan konten yang kuat, relevan, dan sesuai dengan kebutuhan audiens. Jika Anda mendapatkan keberhasilan saat membangun konten di tahap awal, ingat itu baru langkah pertama. Mempertahankan jauh lebih sulit daripada membangun. Kita harus fokus memroduksi dan membagikan konten-konten yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan komunitas atau audiens kita, entah dalam bentuk tulisan, foto, video, atau audio.
Blog adalah cara sangat baik untuk membagi pengetahuan kita dan mengukur sejauh mana kemampuan kita menciptakan komunitas, menarik audiens, dan membangun kunjungan organik. Mungkin bagi banyak di antara kita, memperbarui blog seminggu sekali sudah melelahkan. Namun, statistik menunjukkan jika blog yang diperbarui setiap hari mampu mendapatkan kunjungan hingga lima kali lipat dibandingkan dengan blog dengan tidak diperbarui setiap hari. Semakin banyak konten yang kita buat, semakin besar pengaruh yang kita dapatkan.
Ketiga, sering-seringlah membagi.
Jika kita sudah membuat konten, jangan sekedar mengunggah dan berharap ada yang datang melihat, kecuali kita sudah sangat terkenal. Saat kita masih tahap awal, kita perlu melakukan push marketing. Tentunya bukan push marketing yang serampangan. Bagikan konten kita kepada komunitas dan audiens kita, baik lewat media sosial, aplikasi pesan instan, atau media lainnya.
Untuk keperluan otomasi, gunakan Hootsuite dan Social Jukebox untuk membagikan konten kita secara teratur. Saat kita sedang membangun komunitas, selalu ada orang-orang baru yang belum melihat konten lama kita. Jadi, bagikan juga konten-konten lama kita. Semakin sering kita berbagi konten, semakin besar jumlah orang yang melihatnya.
Keempat, gunakan pengungkit. Dalam dunia internet, menggunakan pengungkit berarti menggunakan pelantar (platform) selain yang kita biasa gunakan. Kegunaan menggunakan pelantar berbeda adalah selain tetap membangun dan mengembangkan pengaruh, kita juga mencoba mengambil manfaat dari audiens-audiens yang ada di pelantar lainnya.
Dalam dunia digital, konten adalah raja. Jika kita memiliki konten yang bagus dan reputasi yang bagus, kita selalu bisa menemukan audiens untuk konten kita. Jika perlu, ajak tokoh-tokoh berpengaruh di pelantar lain untuk menjadi bintang tamu, atau kita menjadi bintang tamu di pelantar mereka. Dengan langkah ini, visibilitas kita akan meningkat dan pengaruh kita turut meningkat.
Kelima, jaga keterlekatan dengan komunitas! Sekali lagi, mempertahankan jauh lebih sulit daripada membangun. Kembali ingat ilmu pemasaran, pelanggan yang paling menguntungkan adalah pelanggan yang melakukan konsumsi berulang, tidak sekedar sekali seumur hidup. Penikmat rutin konten kita adalah yang benar-benar memberikan kita pengaruh.
Menjalin keterlekatan adalah komunikasi dua arah. Menjaga keterlekatan, misal dengan membalas komentar dan menjawab pertanyaan, sudah mampu meningkatkan pengaruh kita. Menjalin keterlekatan adalah simbiosis mutualisme. Berikan konten sesuai kebutuhan dan keinginan mereka, jalin komunikasi dua arah, dan imbal baliknya adalah peningkatan jangkauan dan pengaruh kita.
(Andika Priyandana; dari berbagai sumber)
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Agustus 2017
keren artikelnya pak, ini memang sudah jamannya.
Terima kasih Pak
tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri………..mantap
Terima kasih Pak