Awan mendung muncul pasca Ashar. Lalu hujan tercurah ke bumi saat azan Isya.
Hari terakhir berpuasa, saya menikmatinya dengan jalan-jalan bersama Ibu, istri, dan anak saya sejak siang hingga menjelang sore. Semarang terasa lengang, bahkan di jalan-jalan protokol. Mungkin karena rerata para penduduk Semarang sudah bersiap untuk takbiran dan memilih untuk beristirahat di rumah.
Saat kami kembali ke rumah menjelang Ashar, langit sudah mulai mendung namun tidak terlalu gelap. Sepertinya hujan bakal turun cukup deras namun tidak berkepanjangan. Kemudian saat kami menyetel televisi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seusai sidang isbat memberikan pernyataan resmi di hadapan publik bahwa lebaran tiba pada hari Minggu, 25 Juni 2017.
Pernyataan yang diberikan beliau senada dengan keputusan yang sudah ditetapkan oleh dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nadhlatul Ulama dan Muhammadiyah. Alhamdulillah karena tidak ada perbedaan perayaan Idul Fitri. Tak lama kemudian, azan Isya berkumandang dan dalam waktu relatif bersamaan, hujan turun ke bumi.
Saya bergegas melangkahkan kaki ke masjid yang hanya berjarak sepelemparan batu dari rumah sambil diguyur hujan yang cukup deras. Suara takbir sudah bersahut-sahutan sembari menanti qomat. Kemudian seusai salat Isya berjamaah, hujan turun semakin deras.
Secara pribadi, saya menyukai kejadian ini, kejadian saat hujan tercurah ke bumi kala umat Islam Indonesia usai menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Penyebabnya karena air memiliki makna sangat penting dalam sejarah peradaban manusia sejak waktu bermula.
Air. Air adalah elemen sangat penting di planet Bumi. Air adalah sumber kehidupan dan menjalankan kehidupan. Air membersihkan dan menyucikan makhluk hidup. Air laut suci dan menyucikan. Semua peradaban manusia bermula di dekat air, baik yang terlihat di atas tanah maupun di dalam tanah. Silahkan tilik peradaban manusia baik klasik maupun modern, semuanya berada dekat dengan sumber air. Jikalau tidak ada sungai atau mata air, maka peradaban manusia akan mencari sumber-sumber air di dalam tanah dan mengangkatnya ke permukaan, seperti yang sudah dilakukan peradaban Persia dan Aztec. Tidak ada elemen di bumi selain air yang sudah sangat membentuk peradaban manusia dan bentang bumi sedemikian rupa.
Karenanya, saya melihat hujan saat malam takbiran kali ini sebagai berkah dan rahmat Allah SWT. Hujan mendatangkan kebaikan dan manfaat. Bagi saya, hujan yang turun cukup deras malam ini adalah pertanda gaib bahwa kehidupan dalam bentuk kemakmuran datang untuk kita, keluarga kita, khususnya bangsa Indonesia. Insya Allah.
Akhir kata, taqaballahu minna wa minkum, shiyaamana wa shiyamakum. Kullu’aam wa antum bikhair. Selamat hari raya Idul Fitri 1438 H. Mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.