Sudah tahukah Anda jika Indonesia adalah surga bagi setiap individu dan institusi yang ingin menciptakan terobosan-terobosan digital di dunia logistik?
Peradaban manusia terus maju dan berkembang karena adanya masalah. Bisnis bisa eksis karena ada masalah yang dihadapi pelanggan. Saat masalah sudah tidak ada, manusia sama saja dengan mati dan bisnis pun ikut mati. Keberadaan masalah adalah salah satu bagian esensial dari kehidupan manusia yang memastikan peradaban terus bergerak maju.
Keberadaan masalah seharusnya membuat otak manusia selalu berputar mencari solusi-solusi yang tepat. Itu sebabnya teori Perilaku Pembelian Konsumen selalu dimulai dari pemetaan masalah.
Saat berbicara masalah dalam dunia logistik Indonesia, negara kita bagaikan surga karena masalah ada di mana-mana dan menunggu kreativitas kita dalam mencari solusi-solusi yang optimal. Pada tahun 2015, Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia versi Castrol’s Magnatec Stop-Start.
Indeks Castrol tersebut mengukur waktu mobil berjalan dan berhenti per tahun dan Jakarta berada di posisi teratas dengan angka 33.240 kali berhenti-berjalan. Selain Jakarta, menurut Castrol’s Magnatec Stop-Start,Surabaya turut masuk dalam posisi lima besar dengan menempati urutan keempat kota paling macet di dunia.
Dalam versi lain menurut Waze Index 2016, Bogor dinobatkan sebagai kota terburuk kedua di dunia dalam konteks kepuasan mengemudi. Dalam indeks Waze, tercantum enam indikator kepuasan mengemudi, yaitu perasaan pengguna Waze, kepadatan dan keparahan lalu lintas, keselamatan perjalanan, kualitas dan infrastruktur jalan, kemudahan akses ke SPBU dan parkir, serta analisis dampak sosial ekonomi.
Selain Bogor, masih ada delapan kota di Indonesia yang mendapat predikat buruk, yaitu Semarang (peringkat 145), Malang (peringkat 146), Yogyakarta (peringkat 150), Medan (peringkat 168), Jakarta (peringkat 178), Surabaya (peringkat 181), Bandung (peringkat 182), dan Denpasar (peringkat 183).
Di sisi lain, angkutan barang di Indonesia ternyata turut dipandang buruk seperti angkutan manusia. Peringkat Logistic Performance Index (LPI) Indonesia melorot dari posisi 53 (2014) menjadi posisi 63 (2015). Turunnya nilai LPI Indonesia terjadi hampir di semua dimensi, kecuali tracking & tracing dan international shipment.
Saat kita melihat enam dimensi LPI Indonesia 2016, tiga dimensi (kompetensi dan kualitas jasa logistik,tracking & tracing, dan timeliness) mempunyai skor di atas 3, sementara tiga dimensi lainnya (customs, infrastruktur, dan pengiriman internasional) di bawah 3.
Dari seluruh dimensi tersebut, infrastruktur harus menjadi perhatian kita bersama karena mendapatkan skor terendah, yaitu 2.65. Sebagaimana diketahui para pemain distribusi dan logistik, masalah infrastruktur di Indonesia ada pada jumlah, kapasitas, dan sebaran.
Transformasi digital dunia logistik: Sebuah kesempatan
Paparan masalah di atas sebenarnya menunjukkan tambang emas bagi kita yang mampu melihatnya. Dalam konteks digital, berbagai masalah kompleks yang membelit dunia logistik Indonesia yang antara lain dikarenakan masih minimnya digitalisasi menunjukkan ruang kesempatan yang sangat luas.
Bahkan, karena masih minimnya penerapan teknologi digital, digitalisasi secara fundamental dapat meruyak dunia logistik dan di saat sama, mengurangi inefisiensi dan menciutkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Contoh menarik yang dimaksud dengan meruyak dunia logistik sekaligus mengurangi inefisiensi adalah pengiriman surat. Dalam dua dekade terakhir, revolusi internet sudah menyapu dunia dan keseharian kita semakin digital, antara lain saat mengirim surat. Jika dulu kita biasa berkirim berita antardesa, antarkota, dan antarnegara dengan menulis di atas selembar kertas yang dimasukkan ke amplop yang ditempeli perangko, kini menggantikannya dengan surel.
Surel-surel pun ada berbagai versi (pribadi dan kantor) maupun merek, antara lain Gmail, Outlook, dan Yahoo! Hal paling menarik adalah, keberadaan surel ternyata tidak mematikan kantor pos, tetapi justru menambah pendapatan dan bahkan, para pesaing.
Pengiriman surat antarpribadi yang konvensional dapat menghilang berganti surel, tetapi pengiriman paket-paket dan dokumen meningkat pesat hingga lebih dari 85 juta pesanan per hari diantarkan di seluruh dunia.
Contoh lainnya dalam di Indonesia. Proses perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain, khususnya di tempat-tempat yang disebutkan di awal artikel sebagai kota macet, adalah hal yang membuat frustasi. Waktu tempuh jarak yang berkisar 20 km dapat lebih dari dua jam saat macet menggila.
Hal ini adalah pemborosan waktu dan pemborosan bahan bakar jika kita menggunakan kendaraan pribadi roda empat. Fenomena kesuksesan Gojek adalah contoh nyata kesuksesan salah satu solusi terhadap kemacetan. Gojek, dengan segala kekurangan dan hambatan teknis maupun nonteknis, menunjukkan terobosan model bisnis yang memberikan solusi mobilitas manusia.
Masih banyak contoh pertumbuhan lain di dunia logistik saat kemajuan teknologi membuka paradigma baru bagi industri untuk memenuhi permintaan-permintaan yang ada, mulai dari angkutan udara hingga pengapalan kontainer, dari perusahaan kurir hingga pengelola pelabuhan. Banyak contoh perusahaan rintisan di Indonesia yang menyadari pertumbuhan permintaan tersebut meski ada yang masih dalam tahap bayi.
Tren pasar adalah salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan tersebut. Tren pasar tersebut dapat dibagi menjadi beberapa parameter, antara lain basis pelanggan yang meningkat, naiknya pengguna internet, perkembangan politik dan ekonomi, dan performa industri logistik pasca krisis finansial 2008.
Selain tren pasar, ada juga tren teknologi yang antara lain terdiri dari masuknya gelombang ketiga generasi internet (the Internet of Things), kemunculan pelantar digital raksasa dunia (misal Amazon, eBay, dan Alibaba) yang memungkinkan perusahaan rintisan dan UMKM beroperasi dalam pasar global bahkan sejak hari pertama berbisnis, hingga cetak 3D dan kendaraan tanpa pengemudi.
Banyak perusahaan rintisan di Indonesia, yang meski masih skala kecil dan melayani pasar yang baru tumbuh, menyadari potensi besar dalam dunia logistik Indonesia. Salah satunya adalah GudangBang.com yang memosisikan diri sebagai solusi masalah penyimpanan barang dengan layanan antara lain jasa penanganan barang (fulfilment) untuk perdagangan daring dan self-storage. Selain GudangBang, ada Westbikemessenger dan Handymantis yang sama-sama memberikan layanan kurir.
Jadi, mari bersama-sama kita cari solusi masalah dunia logistik Indonesia dan tumbuh bersama.
(Andika Priyandana; dari berbagai sumber)
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Oktober 2016
Peluang bisnis berbasis digital masih belum akrab di Indonesia. Contoh nyata saya pernah kirim surel ke seseorang, beberapa hari tidak dijawab. Ternyata sistem pengecekan surel masih seperti PO BOX yang ditengok seminggu sekali. Selain itu, harus disusul dengan SMS atau telepon.
Ini membuktikan bahwa basis digital di Indonesia bisa dibilang masih anyar. Yang mana yang tidak berbentuk/fisik sama dengan bukan produk/barang. Misal, orang tetap memilih membeli Tabloid PAUD versi cetak dibandingkan versi digital. Yang mana gawai mereka sudah mendukung Tabloid PAUD versi digital.