Catatan Blogger Akhir Pekan: Otobiografi Bung Hatta

Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi Mohammad Hatta

Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi Mohammad Hatta

Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi segera menarik perhatianku saat sedang berkunjung ke salah satu jaringan toko buku terbesar di Indonesia pada 11 Agustus 2016, tepat sehari sebelum peringatan hari kelahiran Mohammad Hatta alias Bung Hatta. Namun sayangnya, meski saya sudah membeli buku-buku tersebut lebih dari tiga bulan lalu, saya baru mulai membacanya pada akhir November 2016. Hehehe…

Bagi Anda yang belum mengetahui Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, memoir tersebut adalah karya alm. Mohammad Hatta yang ditulis secara bertahap selama beberapa tahun, sedikitnya dari tahun 1968 sampai menjelang akhir hayat beliau. Melalui buku-buku ini, generasi baru Indonesia, khususnya yang lahir pasca wafatnya Bung Hatta dapat mengenal sosok beliau lebih dalam, antara lain asal keluarga beliau di Bukittinggi, menjadi anak yatim pada usia delapan bulan, hingga kisahnya saat menerima penyerahan kedaulatan Indonesia dari Kerajaan Belanda di Amsterdam, pada 27 Desember 1949.

Entah kenapa jika berbicara mengenai sosok pahlawan Indonesia, khususnya yang terlibat secara langsung dalam proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, saya merasa jauh lebih dekat secara batin dengan sosok Bung Hatta daripada Bung Karno. Apakah karena Bung Hatta seorang kutu buku? Tidak relevan karena Bung Karno pun kutu buku. Apakah karena Bung Hatta tidak romantis dan Bung Karno sangat flamboyan? Bukan pula karena itu.

Mohammad Hatta jelas bukan Sukarno dengan karisma dosis tinggi yang mampu memukau sangat banyak orang di seluruh dunia hingga namanya dijadikan nama jalan dari Afrika Utara hingga Eropa Tenggara. Bung Hatta menunjukkan daya tariknya melalui jalinan kata yang menunjukkan pemikiran-pemikirannya yang visioner. Tulisan-tulisan beliaulah yang menjadi salah satu faktor signifikan perubahan sosok beliau dari seorang calon mahasiswa menjadi pemimpin dengan pengaruh luas di kalangan masyarakat-bangsa yang sedang tumbuh.

Saya akhirnya menemukan secara perlahan namun pasti alasan mengapa saya merasa lebih dekat dengan sosok Bung Hatta dibandingkan dengan Bung Karno saat membaca tulisan-tulisan Bung Hatta secara langsung. Saya membaca bagaimana curahan pikiran dan perasaan Bung Hatta saat melihat bangsanya, negerinya, dan situasi global sedari beliau kecil. Kisah Bung Hatta saat pertama kali mengenal kata ‘ekonomi’, bagaimana beliau memandang agama Islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta kisah beliau yang memilih sebagai oposan terhadap sebagian pemikiran-pemikiran Bung Karno ternyata jauh lebih mengena dan melekat di pikiran saya.

Melalui Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, saya melihat kecenderungan Mohammad Hatta mengambil posisi lebih sebagai seorang cendekiawan, dengan membahas dan menjelaskan berbagai isu dari sudut pandang keilmuan dan membahas masalah-masalah disiplin keilmuan. Melalui Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi meski baru membaca sebagian buku pertama dari tiga buku, saya sudah bisa membaca dan meraba gagasan Bung Hatta mengenai demokrasi, sosialisme, ekonomi, nasionalisme, dan lain sebagainya.

Maka melalui tulisan ini, saya sangat merekomendasikan kita sebagai generasi baru Indonesia untuk memiliki Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi karya Mohammad Hatta untuk mengenal Bung Hatta secara lebih mendalam. Melalui buku ini pula, kita diajarkan Bung Hatta agar menjadi bangsa dan negara yang mampu mendesain arah pembangunannya sendiri, tidak sekedar membebek, dan memandang bangsa lain setara dengan dirinya.

Catatan penutup, total jumlah halaman dari tiga buku dalam otobiografi Mohammad Hatta sekitar 765 halaman. yaitu buku I Bukittinggi – Rotterdam Lewat Betawi sebanyak 354 halaman, buku II Berjuang dan Dibuang sebanyak 188 halaman, dan buku III Menuju Gerbang Kemerdekaan sebanyak 223 halaman.

Depok, 3 Desember 2016

Andika Priyandana

 

 

Iklan

2 thoughts on “Catatan Blogger Akhir Pekan: Otobiografi Bung Hatta

  1. Ping-balik: Catatan Blogger Akhir Pekan: Bung Hatta dalam Konflik Kemerdekaan | WebLog Andika Priyandana

  2. Ping-balik: Catatan Blogger Akhir Pekan: Anak Kita Perlu Merasakan Penolakan… Bahkan Sejak Bayi! | WebLog Andika Priyandana

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s