Seberapa kuat nama Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie dan Joko Widodo di jagad internet?
Apakah Anda rajin mengikuti perbincangan dan obrolan di berbagai media mengenai para calon presiden Indonesia periode 2014 s.d. 2019? Jika Anda menjawab “Ya”, tentunya Anda mengetahui nama-nama para calon presiden yang sudah beredar kencang di masyarakat. Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie dan Joko Widodo adalah tiga nama yang menjadi kandidat terkuat maju sebagai calon presiden karena partai mereka masuk dalam tiga besar partai dengan perolehan suara terbanyak versi hitung cepat dari berbagai lembaga.
Berdasarkan tabel di atas, PDIP adalah partai pemenang Pileg 9 April 2014, disusul oleh Golkar pada posisi kedua dan Gerindra di posisi ketiga. Menyadari bahwa tidak ada satu pun partai yang mendominasi perolehan suara, maka berbagai rencana koalisi telah dikumandangkan dan hingga tulisan ini dibuat, partai yang telah menyatakan berkoalisi adalah PDIP dan Nasdem serta Gerindra dan PPP.
Tentu saja tujuan utama koalisi tersebut adalah meraih potensi suara sebanyak-banyaknya dalam Pemilihan Presiden yang akan datang. Namun ada satu hal yang wajib diingat, menjadi partai pemenang pemilihan legislatif bukan berarti secara otomatis para calon yang akan diajukan dapat menjadi pemenang dalam pemilihan presiden.
Ingat bahwa dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, masyarakat saat ini jauh lebih melihat sosok figur dan bukan partai. Partai Demokrat dapat menjadi contoh nyata. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden yang diajukan Partai Demokrat mampu menjadi pemenang Pemilihan Presiden pada periode 2004 s.d. 2009 meski Partai Demokrat bukan partai pemenang dalam Pileg 2004.
Lantas, bagaimana cara mengetahui minat masyarakat mengenai calon presiden pilihannya? Sebelum kita membahas cara untuk mengetahui secara terukur minat masyarakat mengenai calon presiden pilihan mereka, perlu dilakukan segmentasi riset terlebih dahulu untuk memudahkan pengukuran.
Alasan penulis melakukan segmentasi riset dalam pengukuran minat masyarakat mengenai capres 2014 s.d. 2019 adalah keterbatasan sumber daya untuk melakukan riset dan analisis secara luas. Jadi, penulis memutuskan untuk membuat batasan-batasan segmentasi sebagai berikut:
- Pemilihan media tempat analisis memiliki hubungan kuat dengan latar belakang penulis
- Media tempat analisis mampu memberikan data-data yang dibutuhkan secara cukup lengkap
- Tidak menghabiskan biaya secara berlebihan
Berdasarkan ketiga batasan tersebut, berikut ini adalah segmentasi yang menjadi pilihan penulis:
Segmentasi media. Analisis minat masyarakat mengenai capres 2014 s.d. 2019 diputuskan untuk berfokus di media internet. Internet menjadi pilihan karena penulis memiliki profesi profesional di dunia internet sejak 2010 baik dalam tataran lokal dan internasional. Lebih jauh lagi, dunia internet juga dapat menjadi salah satu solusi untuk mengetahui minat masyarakat secara tajam dan terukur terhadap sosok para calon presiden yang ada.
Segmentasi objek riset. Karena internet telah diputuskan untuk menjadi kanal tempat pengukuran, maka secara otomatis para pengguna media internet yang memiliki ketertarikan dengan nama-nama calon presiden Indonesia periode 2014 s.d. 2019 menjadi objek riset yang dilakukan penulis.
Sedangkan mengenai alat yang digunakan untuk mengukur minat para pengguna internet, penulis memutuskan memakai Google Trends. Google Trends menjadi alat yang digunakan penulis karena alasan-alasan berikut:
- Dapat melakukan perbandingan kata kunci
- Dapat mengetahui tingkat pencarian kata kunci tertentu berbasis wilayah dan berita yang beredar di internet
- Pemberian informasi penelurusan kata kunci dalam jangka waktu yang panjang (sejak tahun 2004)
- Dapat menjadi alat untuk mengetahui popularitas kata kunci tertentu yang banyak diketik dengan mediasi Google
- Dapat mengetahui hal-hal yang dicari para pengguna internet
- Cara yang paling simpel dan sangat efektif untuk mengetahui tren serta statistik di dunia internet
Sekarang pertanyaannya adalah, “Seberapa terpercayakah Google Trends untuk menentukan minat para pengguna internet terhadap para capres Indonesia 2014 – 2019? Lebih jauh lagi, dapatkah Google Trends dijadikan alat prediksi hasil pemilihan Presiden Indonesia?”
Google Trends sebelumnya sudah pernah digunakan untuk mengetahui minat rakyat AS terhadap calon presiden AS dan kemungkinan hubungannya dengan hasil Pilpres di Amerika Serikat. Anggap saja hal ini sebagai murni rasa penasaran. Rasa penasaran dan ketertarikan terhadap minat rakyat AS di dunia internet. Berikut ini adalah hasilnya.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2004: Bush vs Kerry
Seperti yang dapat Anda perhatikan pada grafik di atas, terlihat bahwa Bush mampu memimpin ketertarikan dan minat rakyat AS pada dirinya secara cukup konsisten sejak awal 2004. Minat masyarakat AS terhadap Bush relatif terjaga sepanjang tahun 2004 dan hasil Pilpres?
George W Bush menjadi Presiden Amerika Serikat.
Mungkin ada sebagian di antara Anda yang berpandangan bahwa temuan Google Trends mengenai Bush vs Kerry kebetulan semata. Tentu saja opini tersebut sangat sah. Penulis sendiri sebagai manusia skeptis akan bertanya-tanya dengan hasil tersebut. Maka untuk menegaskan, penulis memasukkan hasil Google Trends mengenai pemilihan Presiden Amerika Serikat periode berikutnya.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2008: Obama vs McCain
Mari kita lihat bersama grafik Google Trends pada periode 2008 mengenai minat masyarakat terhadap dua calon Presiden AS pada masa tersebut, yaitu Obama dan McCain. Hasil Google Trends menunjukkan bahwa Obama menunjukkan kepemimpinan atas minat masyarakat terhadap dirinya sepanjang tahun 2008. Satu-satunya kesempatan untuk sekedar bisa menyamai popularitas Obama di jagad internet hanya bisa diraih McCain pada periode September 2008.
Bagaimana dengan hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2008?
Barrack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat sekaligus Presiden dengan latar belakang kulit hitam yang pertama di Amerika Serikat.
Sebelum melanjutkan penulisan, penulis ingin menyampaikan terlebih dahulu bahwa Google Trends digunakan murni hanya untuk mengukur tingkat ketertarikan dan minat pengguna internet terhadap suatu topik. Jadi, jika dalam konteks tulisan ini ada yang menganggap ada hubungan korelasi yang kuat antara minat pengguna internet dengan hasil pemilihan kontestan politik, tentu saja masih sangat memerlukan pembuktian dan penelitian lebih lanjut.
Kini, penulis akan melanjutkan penggunaan Google Trends untuk menunjukkan popularitas calon Presiden Amerika Serikat pada tahun 2012.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2012: Obama vs Romney
Sekali lagi dunia internet dengan perwakilan Google Trends menunjukkan kekuatannya. Kekuatan dalam hal data dan masifnya informasi yang dapat diberikan sehubungan dengan minat dan ketertarikan masyarakat terhadap suatu topik kembali ditampilkan di sini.
Obama tidak lagi sekuat tahun 2008, namun secara keseluruhan masih memimpin minat dan ketertarikan masyarakat pengguna internet pada dirinya dibandingkan dengan lawannya, Mitt Romney. Meski Romney sempat mengungguli Obama pada periode September dan Oktober 2012, Obama dapat kembali mengambil tampuk kepemimpinan pada bulan-bulan berikutnya.
Bagaimana dengan hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2012? Presiden Barrack Obama terpilih untuk kali kedua.
Kita sudah melihat tiga contoh penggunaan Google Trends nun jauh di Amerika Serikat. Sekarang, mari kita mencoba menggunakan Google Trends untuk mengukur ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap para calon presiden.
Pemilihan Presiden Indonesia 2014: Joko Widodo vs Aburizal Bakrie vs Prabowo
Khusus untuk pengukuran minat masyarakat pengguna internet Indonesia terhadap nama para calon Presiden Indonesia 2014 – 2019, penulis sengaja mengukur data dalam rentang waktu yang jauh lebih lama, yaitu sejak tahun 2004.
Hasil pengukuran data dalam rentang waktu sejak 2004 hingga kini menunjukkan bahwa secara rerata, ARB (Aburizal Bakrie) memiliki popularitas jauh di atas Jokowi (Joko Widodo) yang menduduki peringkat kedua dan Prabowo yang ada di posisi terbawah.
Jokowi yang selama ini menjadi topik favorit media baru dapat mengaambil alih tampuk kepemimpinan dari ARB dalam hal popularitas rata-rata selama satu tahun terakhir. Hal tersebut ditunjukkan khususnya dalam hal lonjakan penelusuran kata “Jokowi” secara signifikan per Maret 2014, atau setelah Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa Jokowi adalah calon presiden RI yang diajukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Sedangkan Prabowo meski dapat meraih popularitas tertinggi kedua setelah Jokowi selama April 2014, secara keseluruhan masih kalah dengan kedua kandidat lainnya.
Mengetahui hal ini, penulis tertarik untuk mengetahui hasil Google Trends jika kata kunci yang dimasukkan relatif berbeda, yaitu memasukkan nama lengkap masing-masing kandidat dan bukan sekedar singkatan. Bagaimana hasilnya?
Google Trends ternyata menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Secara rerata, Prabowo Subianto menjadi pemimpin dalam hal menarik minat masyarakat terhadap dirinya dan mengalahkan Aburizal Bakrie dan Joko Widodo.
Saat penelurusan data ditajamkan selama 12 bulan terakhir, Prabowo Subianto semakin menunjukkan kepemimpinannya atas popularitas dan minat para pengguna internet di Indonesia. Joko Widodo hanya mampu meraih posisi dua dan Aburizal Bakrie ada di urutan terbawah dalam hal menarik minat para pengguna internet Indonesia.
Apa Arti dari Pola-Pola Tersebut?
Sehubungan dengan semua data Google Trends yang sudah ditampilkan, sekali lagi penulis menegaskan bahwa terlalu jauh untuk menunjukkan korelasi positif antara data yang ditunjukkan Google Trends dengan hasil Pilpres kelak.
Data Google Trends hanya menunjukkan hal-hal yang dimiliki manusia secara alami. Jika manusia menyukai suatu hal, mereka akan mendekati dan mencari tahu. Jika manusia tidak menyukai hal tertentu, mereka akan menjauh dan menjaga jarak.
Bisa jadi penelusuran di jagad internet juga menunjukkan hal serupa, misalnya rakyat ingin mengetahui hal-hal yang dikerjakan kandidat pilihan mereka, rakyat ingin mengetahui pandangan-pandangan calon presiden pilihan mereka, rakyat ingin tahu apakah pandangan dan keyakinan mereka sejalan dengan pandangan dan keyakinan yang dipegang calon presiden pilihan mereka dan masih banyak lagi.
Mengenai apakah prediksi yang ditampilkan dalam tulisan ini akan sejalan dengan hasil Pemilihan Presiden Indonesia 2014 – 2019, hanya waktu yang bisa menjawab.
Catatan I 06.10.2014: Tulisan di atas dibuat sebelum Pilpres 2014 dan hasilnya adalah Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia 2014 – 2019 dengan kemenangan tipis atas Prabowo Subianto.
Catatan II 06.10.2014: Artikel ini adalah versi utuh dan versi ringkasnya sudah saya tayangkan di blog pada 2 Juli 2014
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah terbit di majalah Forum Manajemen Prasetiya Mulya Vol: XXVIII | 03 | 2014 yang khusus membahas Euforia Pesta Sepak Bola dan Pemilu 2014.
ane bookmark dulu gan, penting ini diketahui.
Silahkan Gan 🙂