Menjembatani generasi tua dan generasi muda melalui perantaraan teknologi. Bagaimana caranya?
Indonesia saat ini telah memasuki era bonus demografi. Bonus demografi adalah masa-masa saat besaran segmentasi penduduk usia produktif melebihi segmentasi penduduk usia non-produktif. Salah satu ciri segmentasi penduduk usia produktif ini adalah melek teknologi.
Karakter setiap generasi selalu dipengaruhi dan dibentuk oleh keluarga, lingkungan, dan tantangan-tantangan yang mereka jalani di setiap tahapan umur. Dalam konteks Generasi Melek Teknologi, mereka memiliki interaksi terhadap mainan-mainan dan peralatan yang berkorelasi dengan teknologi secara lebih intens dibandingkan dengan orang tua mereka. Bahkan bisa jadi Generasi Melek Teknologi menghabiskan waktu lebih banyak dengan teknologi dibandingkan dengan keluarga dan teman mereka secara riil.
Generasi Melek Teknologi mengalami masa kecil dan remaja dengan pengenalan terhadap karakter-karakter televisi yang menunjukkan teknologi, video atau gim komputer, musik yang didengarkan melalui piranti digital, hingga kebiasaan merambah internet yang intens dan variatif. Saat Generasi Melek Teknologi menjalani usia dewasa, mereka masih sangat dipengaruhi oleh teknologi digital.
Dari perspektif tahun kelahiran, Generasi Melek Teknologi adalah generasi yang dilahirkan pada tahun 1982 s.d. 1992. Mayoritas para periset menetapkan Generasi Melek Teknologi dengan tahun awal kelahiran pada 1982 karena pada tahun tersebut, komputer pribadi telah tercipta, telepon selular sudah eksis, televisi kabel mulai menjangkau audiens, dan gim video memiliki harga yang lebih merakyat.
Paparan teknologi turut memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku Generasi Melek Teknologi (Kathy Koch, 2016), sebagai contoh:
- Kurang sabar
- Mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu
- Berharap untuk diberikan pilihan
- Berjuang untuk fokus dan tekun
- Memerlukan masukan rutin
- Memikirkan kejadian-kejadian di sekitar dunia mereka
- Percaya bahwa tugas harus dibuat mudah dan nyaman
- Berambisi menjadi pemenang
- Percaya bahwa mereka ditakdirkan menjadi yang terbaik
Jurang Generasi
Tak ayal, sikap, perilaku, dan sudut pandang Generasi Melek Teknologi telah menimbulkan jurang generasi dengan generasi sebelum mereka dalam banyak hal, antara lain kepercayaan, politik, nilai kehidupan, hingga bisnis.
Bagi para pelaku bisnis dan pemasar, hal ini patut menjadi perhatian khususnya jika mereka menginginkan usaha mereka berjalan langgeng. Generasi senior perlu menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan terbatas dalam memahami dunia yang terus berputar di sekitar mereka.
Kalau pun generasi senior masih mampu memahami tren-tren terbaru yang menjadi nafas kehidupan generasi muda, mereka perlu berbesar hati untuk menyadari hal penting bernama regenerasi.
Kekuatan dan kekuasaan yang terlalu bertumpu pada satu generasi dapat membuat usia bisnis memendek. Menurut Family Business Institute, sebanyak 30% dari bisnis keluarga mampu bertahan di generasi kedua. Angka tersebut makin menciut menjadi 12% saat di tangan generasi ketiga, dan hanya 4% bisnis keluarga yang mampu bertahan di tangan generasi keempat dan seterusnya. Angka yang cukup membuat jeri, apalagi di mata pebisnis Asia dan Indonesia yang identik dengan bisnis keluarga.
Melakukan suksesi bisnis dengan sukses
Dalam artikel Harvard Business Review, Avoid The Traps That Can Destroy Family Businesses (2012), disebutkan bahwa salah satu hal yang dapat berujung pada kegagalan suksesi adalah kesamaan spesialisasi penguasaan aspek bisnis antargenerasi, misal generasi pertama sangat mendalam dalam memahami keuangan, generasi kedua juga berspesialisasi dalam keuangan. Contoh lainnya, generasi pertama sangat memahami urusan pemasaran, generasi kedua sama-sama memahami urusan pemasaran dengan mendalam.
Menunjuk mentor nonkeluarga dapat menjadi salah satu cara mengatasi kemungkinan kegagalan suksesi. Tujuan menunjuk mentor nonkeluarga adalah memberikan evaluasi performa objektif dan masukan kritis yang biasa diterima karyawan nonkeluarga. Agar dapat menjalankan tugas ini dengan baik, sang mentor harus ada perlindungan atau imunitas dari gangguan dan campur tangan keluarga. Sang mentor memiliki tugas memastikan bahwa generasi kedua memiliki kemampuan berbeda dan jauh lebih diperbarui dibandingkan generasi pertama.
Sebagai contoh, generasi senior hidup di era teknologi konvensional sehingga kemampuan marketing level dasar yang diracik kemampuan manajemen operasional mumpuni sangat penting memastikan keberlangsungan hidup perusahaan. Sedangkan, generasi junior hidup di era teknologi internet sehingga pengetahuan akuisisi konsumen dan mempertahankan pelanggan menjadi hal yang harus lebih dipahami dan dikuasai dibandingkan dengan era sebelumnya.
Menguasai hati pelanggan generasi internet harus dimulai dengan memahami kebutuhan mereka, mengerti minat dan perilaku mereka, tempat mereka biasa berkumpul, hingga alat-alat komunikasi yang mereka gunakan.Tak dapat dipungkiri, Generasi Melek Teknologi adalah generasi terbaik untuk memahami konsumen generasi internet karena mereka adalah bagian dari generasi tersebut dan mereka hidup dalam kelompok tersebut.
Generasi Melek Teknologi memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memahami model-model bisnis terbaru, termasuk model-model bisnis disruptif yang sangat mungkin tidak dipahami oleh orang tua mereka bagaimana cara menjalankannya dan melakukan monetisasi.
Generasi muda saat ini adalah generasi dengan kuantitas interaksi internet lebih tinggi dibandingkan interaksi dengan media cetak, televisi, dan radio. Mereka melakukan banyak hal dengan perantaraan internet, mulai dari menelusuri informasi produk hingga membuat representasi bisnis dalam wujud toko daring (online).
Ringkasnya, teknologi internet dapat menjadi perantara sangat baik antara generasi senior dan generasi junior untuk melakukan suksesi bisnis dan penguasaan pasar generasi baru. Pada tangan Generasi Melek Teknologi inilah, bisnis akan dijalankan dengan sentuhan intens internet dan pemahaman ilmu pemasaran digital, antara lain Search Engine Optimization (SEO), UX Design & Development, Conversion Rate Optimization, dan Website Development.
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Koran Kontan edisi Rabu, 27 Juli 2016 dan Kontan Online.
Infonya menarik mas, PR-nya buat generasi muda yang melek teknologi adalah menyampaikan teknologi sesederhana mungkin ke generasi dulu yang masih awam dengan teknlogi.
Dampak teknologi tentu ada baik dan buruknya. Namun seiring berkembangnya teknologi, kontrol sosial menjadi lebih susah. Semestinya ada pengembang yang memikirkan ini.
Info yg menarik min
Ini merupakan tantangan bagi kita para penerus