“Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu.” (Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Iwan Fals Sarjana Muda 1981)
Musik adalah media budaya yang sangat efektif untuk mengambil hati rakyat lintas agama, negara, bahasa, ras, dan golongan. Berawal dari penggunaan untuk kegiatan-kegiatan ritual manusia, kini musik telah menjadi komoditas komersial dengan nilai pasar yang sangat besar. Musik sebagai alat ekonomi di Indonesia termasuk dalam budaya populer yang disiarkan berbagai media, mulai dari radio, televisi, hingga internet.
Virgiawan Listanto alias Iwan Fals adalah legenda musik Indonesia dan simbol budaya populer yang memulai kariernya dari bawah. Bagi generasi senior Indonesia yang rajin nongkrong di wilayah Blok M, tentu mengenali sosok Iwan Fals yang pada dekade 80an kerap mengamen di bus kota dan dari rumah ke rumah.
Dengan warna balada, pop rock, dan country, Iwan Fals sangat terkenal dengan lagu-lagu yang mengumandangkan kritik terhadap pemerintah Orde Baru. Lirik-liriknya menyuarakan pemberontakan terhadap tindakan pemerintah yang dipandang lekat dengan ketidakadilan, korupsi, kekerasan, dan penindasan terhadap rakyat. Lagu-lagu seperti Tante Lisa dan Wakil Rakyat yang menyuarakan kritik atas perilaku sekelompok orang, atau Lonteku dan Siang Seberang Istana yang menunjukkan empati bagi kaum marginal.
Pembawaan sederhana, jatuh bangun karier, dan tentunya lagu membuat Iwan Fals sangat diminati dan sangat dipuja golongan akar rumput. Meski konser-konsernya acap dilarang dan dicekal pemerintah, sering mendapatkan teror, dan kerap berurusan dengan aparat keamanan, popularitas Iwan Fals terus melaju.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album SWAMI pada 1989, Iwan Fals semakin melejit dengan hits Bongkar dan Bento. Jalur karier Iwan Fals pun semakin lapang saat Iwan Fals bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990
Fans, prestasi, dan perubahan corak musik
Semua raihan Iwan Fals tentu saja mengindikasikan basis fans fanatik dan penggemar yang tersebar di banyak tempat. Pada 16 Agustus 1999, basis fans tersebut menunjukkan eksistensinya melalui pendirian Yayasan Orang Indonesia atau bisa disebut OI. Kini, perwakilan OI dapat dilihat di seluruh penjuru nusantara dan bahkan mancanegara.
Dalam konteks prestasi, Iwan Fals menunjukkan performa stabil sejak menjadi Juara I Festival Musik Country 1980. Penghargaan Silver Record, Gold Record, Penyanyi Pujaan versi BASF, the best selling album, konser dengan penonton terbesar sepanjang masa (1991), AMI Award, Satyalencana Kebudayaan, Lifetime Achievement Awards, dan masih banyak lagi penghargaan lainnya sudah membuat nama Iwan Fals semakin kuat.
Fans Iwan Fals juga menunjukkan kesetiaan yang tinggi terhadap ketokohannya melebihi corak musiknya. Hal ini dibuktikan pasca runtuhnya pemerintahan Orde Baru dan meninggalnya anak pertama Iwan Fals yang sedikit banyak membawa perubahan warna musik.
Setelah sempat vakum cukup lama sepeninggal anak pertamanya, Iwan Fals kembali aktif dengan irama musik yang religius, romantis, dan lirik puitis. Dalam hal pembawaan, Iwan Fals juga tampil jauh lebih kalem baik saat di atas panggung maupun dalam kesehariannya. Bahkan ciri khas rambut gondrong dibabat menjadi rambut berpotongan pendek dan tersisir rapi. Kumis dan jenggot pun terlihat dicukur secara rutin.
Dengan segala perubahan yang dirasa cukup ekstrim tersebut ternyata tidak menurunkan rasa cinta para fans Iwan Fals. Bahkan ada indikasi bahwa segmen peminat Iwan Fals semakin luas, dari dominan akar rumput mulai merambah luas ke kalangan muda terpelajar di perkotaan.
Kekuatan pengaruh Iwan Fals ternyata benar-benar berskala internasional dan hal tersebut diakui Majalah Time Asia sebagai salah satu Asian Heroes – Pahlawan Asia pada 29 April 2002.
Merek Populer Bernama “Iwan Fals”
Iwan Fals sudah menjadi merek populer dan budaya populer bangsa Indonesia. Kekuatan merek Iwan Fals pun sudah teruji waktu puluhan tahun dan kesetiaan fans tidak pantas diragukan.
Keberadaan dan kesetiaan fans Iwan Fals ini tentunya patut menjadi ajang pembelajaran bagi pelaku dunia bisnis dan marketing mengenai cara membangun merek, menyediakan produk yang mampu menyinergikan antara idealisme dan kebutuhan pasar, menjaga kesetiaan pelanggan, memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan, dan jika perlu, belajar memberikan sentuhan emosi ke dalam merek.
Selain menjadi ajang pembelajaran, para pelaku bisnis dan marketing dapat menjadikan Iwan Fals sebagai endorser merek yang sangat baik. Salah satu perusahaan FMCG Indonesia sangat menyadari hal ini, khususnya memahami bahwa basis fans Iwan Fals memiliki kedekatan dengan segmentasi konsumen salah satu produk mereka. Maka, kerja sama tercipta dan kini kita bisa melihat sosok Iwan Fals rajin mempromosikan sebuah produk FMCG di berbagai media dan aktivitas.
Selain perusahaan FMCG tersebut, ada pula salah satu stasiun televisi yang mengetahui bahwa meski warna musik dan penampilan Iwan Fals sudah berubah dibandingkan dengan dekade-dekade awal karier, ciri khas tersebut tetap perlu ditampilkan dan difasilitasi baik secara implisit dan eksplisit.
Perencanaan konser TV segera dilakukan sematang mungkin agar benar-benar memenuhi selera fans sekaligus keinginan stasiun televisi, antara lain dari tata panggung, pilihan lagu, gerak tubuh, dan pencahayaan. Hasilnya adalah salah satu konser televisi Iwan Fals tersukses dari sisi antusiasme fans dan rating program TV.
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Maret 2016
Wohooo.. saya ngefans banget dengan musisi satu ini!
Fans berat aku.
Sekarang mulai mengusung musisi muda. Itulah kelebihan Bang Iwan, regenerasi. Musisi jaman sekarang kualitasnya jelek. Ya, meski tidak semua. Tapi jangan sekarang asal punya duit bisa bikin lagu tak tapi kualitas gak ada.