Dendang Dangdut Membuai Bisnis

Ada jenis musik yang tetap hidup dan menjadi favorit di benak rakyat Indonesia meski industri musik di Indonesia sedang stagnan. Jenis musik tersebut bernama dangdut.

Musik dangdut kerap mendapat cap sebagai musik kampungan, musik norak, musik orang miskin, musik rakyat jelata, dan berbagai stigma lain yang dianggap tidak layak menjadi konsumsi masyarakat golongan menengah atas. Jika ada individu yang masuk golongan ekonomi atas Indonesia diketahui sedang mendengar musik dangdut, bisa jadi dia langsung ditertawakan rekan-rekan sejawatnya.

Seandainya gerombolan yang menertawakan dan meremehkan musik dangdut mengetahui bahwa ada para penyanyi dangdut dan pencipta musik dangdut masuk dalam jejeran orang terkaya di Republik Indonesia, bisa jadi mulut-mulut sinis tersebut akan menganga.

 

Inul Daratista - sumber Sidomidotcom

Inul Daratista – sumber Sidomidotcom

Apalagi jika mengetahui bahwa bayaran sekali manggung para penyanyi dangdut bisa mencapai puluhan dan bahkan ratusan juta rupiah. Jumlah rezeki yang sangat besar dan bahkan bisa digunakan untuk membeli rumah mewah bernilai milyaran di Pondok Indah.

Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa di lapangan juga ada para musisi dan pelaku industri musik dangdut yang hidup miskin dan prihatin. Dari berbagai penelusuran mengenai penyebab kesulitan ekonomi yang mereka alami, ternyata salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman cara promosi dan pemasaran musik dangdut secara profesional.

Sebuah penyebab yang dapat dicari solusinya demi mengangkat kesejahteraan pelaku industri musik dangdut, sekaligus gengsi musik dangdut.

Dangdut: Budaya populer rakyat Indonesia

Dangdut adalah genre musik tradisional populer di benak rakyat Indonesia, bahkan jauh sebelum berdirinya negara Indonesia. Musik dangdut memiliki akar kuat pada musik-musik Melayu, Persia, Arab, dan Hindustan. Unsur Arab dan Hindustan berasal dari interaksi nenek moyang bangsa Indonesia dengan para pedagang dan penyebar agama yang berasal dari Gujarat, Persia, dan Arab.

Unsur tabuhan kendang yang berasal dari Hindustan dan diiringi cengkok penyanyi serta harmonisasi irama padang pasir menjadi awal mutasi irama musik melayu ke dangdut (pusbangkol.perpusnas.go.id). Seiring waktu berlalu, interaksi modern dalam wujud film-film Bollywood yang dibumbui musik-musik India memulai musik dangdut pada bentuk yang umum dikenal sekarang pada tahun 1968 (portalsejarah.com).

Camelia Malik - sumber Mediadangdut

Camelia Malik – sumber Mediadangdut

Sebutan dangdut muncul karena bunyi alat musik table, atau biasa disebut gendang/kendang, didominasi suara “dang” dan “dut”. Pada awal 1970an, muncullah para seniman dan musisi dangdut, antara lain Ellya Kadam, Munif Bahaswan, Husein Bawafie, Ida Laila, Mukhsin Alatas, Camelia Malik, Mansyur S, A Rafiq, Raden Haji Oma Irama (dikenal dengan nama Rhoma Irama), dan Elvy Sukaesih.

Nini Carlina - sumber Harianterbit

Nini Carlina – sumber Harianterbit

Musik dangdut terus berkembang dan meraih popularitas yang semakin tinggi di Indonesia karena dianggap sebagai cerminan aspirasi masyarakat kelas menengah bawah yang memiliki ciri khas lugas dan sederhana. Tokoh dan musisi dangdut generasi baru pun terus bermunculan, antara lain Cici Paramida, Itje Tresnawati, Ikke Nurjanah, Iis Dahlia, Vetty Vera, Hamdan ATT, Evie Tamala, Kristina, Nini Carlina, Dewi Perssik, dan Inul Daratista.

Dewi Perssik

Dewi Perssik

Kenapa dangdut sangat populer?

Dangdut bisa dikatakan adalah musik dengan tingkat popularitas tertinggi di Indonesia. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengetahui musik dangdut beserta variasinya yang disesuaikan dengan selera lokal, misalnya dangdut koplo yang sangat digemari di sepanjang Pantai Utara (Pantura) Jawa. Penyebab dangdut memiliki pasar yang kuat di Indonesia antara lain:

Dangdut adalah musik yang merakyat. Akar sejarah musik dangdut yang berusia ratusan tahun memberikan pijakan kokoh dalam budaya bangsa Indonesia. Selain itu, kesederhaan dan kelugasan musik dangdut yang tercermin dari lirik lagu membuat masyarakat merasa terwakili. Sebagai contoh, perhatikan lirik lagu Begadang, Kawin Lagi, atau Iwak Peyek.

Dangdut mengenakan harga yang merakyat. Para penikmat musik dangdut, meski dari golongan menengah bawah, hampir tidak pernah merasakan harga tiket atau biaya masuk konser dangdut yang memberatkan kantong. Bahkan, mereka mampu menikmati konser musik dangdut dengan gratis. Di sisi lain, hal berbeda ditunjukkan genre musik selain dangdut. Tidak jarang tiket masuk yang dikenakan untuk menikmati musik non-dangdut terasa mahal, bahkan bagi kelas menengah, meski musisi yang ditampilkan adalah musisi lokal.

Dangdut dinyanyikan dengan cengkok yang khas. Para penyanyi dangdut rutin bernyanyi dengan cengkok yang khas. Jika mereka menghilangkan cengkok khas tersebut, seakan-akan musik dangdut kehilangan ruhnya. Cengkok khas yang dimaksud adalah suara mendayu ala musik melayu. Cengkok ini mampu membuat para penikmat musik dangdut terhanyut dan akhirnya makin menggilai musik ini. Sebagai contoh, coba dengarkan lagu Laksmana Raja di Laut.

Dangdut memiliki barisan penyanyi dengan tampilan fisik menarik. Banyak para penggemar musik dangdut selain menyukai alunan melodi yang diperdengarkan, juga menyukai tampilan fisik menarik para penyanyi dangdut, khususnya para biduanita. Apalagi, menikmati dangdut tanpa berjoged, ibarat menikmati masakan tanpa garam.

Uut Permatasari

Uut Permatasari

Para penyanyi dangdut ini sangat menyadari daya tarik fisik yang mereka miliki dan karenanya, menampilkan goyangan-goyangan khas, antara lain goyang ngebor Inul Daratista, goyang ngecor Uut Permatasari, goyang gergaji Dewi Perssik, hingga goyang itik Zaskia Gotik.

Dangdut dalam bisnis dan marketing

Nielsen (2014) dalam rilis pers menyatakan dangdut merupakan jenis musik yang banyak digemari para penggemar radio, baik oleh konsumen di Jawa maupun luar Jawa. Selain radio, musik dangdut semakin menunjukkan tajinya di media terpopuler di Indonesia, yaitu televisi. Jika diperhatikan, acara pertunjukan musik dangdut di televisi, baik dalam bentuk pertunjukan dan ajang pencarian bakat, semakin jamak terlihat bahkan di jam tayang utama.

Dalam media internet, antara lain Youtube, dangdut menunjukkan tingkat popularitas luar biasa. Saat kata “dangdut” diketikkan per 21 Januari 2016, Youtube memberikan sekitar 1.620.000 hasil penelusuran.

Judul-judul video mulai dari “Kumpulan Lagu Dangdut Lawas Terpopuler”, “Best Dangdut Koplo 2015”, “Hesty – Klepek Klepek”, hingga “Dangdut mix Nostalgia (Vol. 1)” terpampang di halaman pertama. Jumlah tayangan dari video-video dangdut di Youtube juga sudah ada yang mencapai puluhan juta, antara lain Ayu Ting Ting dengan lagu Sambalado yang sudah ditonton 25.189.895 kali (21 Januari 2016).

Jika ada yang beranggapan bahwa berkecimpung dalam industri musik dangdut masih belum cukup menguntungkan dengan alasan maraknya pelanggaran hak cipta, argument tersebut sedikit demi sedikit mulai termentahkan. Keberadaan UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta mulai membuat nasib para seniman lebih sejahtera.

Berdasarkan undang-undang tersebut, Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) bekerjasama dengan Asosiasi Pencipta Lagu Dangdut Indonesia (APADI) memberikan royalti kepada sejumlah pencipta lagu dangdut tanah air. Distribusi royalti ini dilaksanakan bersama Royalti Anugrah Indonesia (RAI) sebagai badan hukum nirlaba.

Per 30 Juni 2015, jumlah royalti bagi seniman dangdut terhitung sebesar Rp 6.3 miliar. Rhoma Irama, sang raja dangdut, menjadi musisi yang mendapatkan royalti terbesar, yaitu Rp 300.000.000,-. Selain Rhoma Irama, para seniman dangdut yang turut mendapatkan royalti antara lain Leo Waldi sebesar Rp 20.000.000,-, Muchtar B sebesar Rp 20.000.000,-, dan Meggy Z sebesar Rp 5.000.000,-. Royalti tersebut dapat diperoleh antara lain karena kegigihan RAI melakukan penagihan ke tempat-tempat karaoke.

Temuan-temuan di atas menandakan bahwa musik dangdut tidak layak dipandang remeh, memiliki pasar yang kuat dan bernilai, dan sudah menjadi komoditas yang bernilai komersial. Karakteristik-karakteristik musik dangdut, antara lain cengkok khas dan goyangan menarik patut tetap dipertahankan demi menjaga perhatian konsumen.

Saat karakteristik-karakteristik tersebut mampu disandingkan dengan strategi dan taktik marketing yang tajam, tentunya musik dangdut semakin meraja di negeri sendiri dan para seniman dangdut akan semakin sejahtera.

Jakarta, 21 Januari 2016

(Andika Priyandana, dari berbagai sumber)

 

Iklan

2 thoughts on “Dendang Dangdut Membuai Bisnis

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s