Mendorong Transaksi Ecommerce Melalui Mobile Marketing

Demi mencapai transaksi ecommerce $20 milyar pada 2016, mampukah 65.2 juta (estimasi) pengguna smartphone turut mewujudkannya?

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara terus menunjukkan ambisinya untuk menggenjot transaksi perdagangan daring (ecommerce) di Indonesia. Pada kuartal I 2015, Rudiantara telah menyatakan pemerintah akan meningkatkan transaksi perdagangan daring pada 2016 hingga mencapai angka US$20 milyar (kominfo.go.id). Angka yang meningkat hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan nilai transaksi perdagangan daring yang mencapai US$ 12 milyar pada 2014.

Jika angka tersebut dirasa sudah sangat besar bagi sebagian pembaca, ketahuilah bahwa pada 2020, volume bisnis perdagangan daring direncanakan mencapai US$ 130 milyar dengan angka pertumbuhan per tahun rerata 50 persen.

Tetapan angka  US$ 130 milyar tentulah tidak bisa dipandang semata aktivitas jual beli barang dan jasa dengan perantaraan internet. Perlu diketahui bahwa banyak industri lain yang saling terhubung di dalamnya. Aktivitas perdagangan daring memiliki efek berganda, antara lain terhadap penyedia jasa logistik atau layan antar, penyedia jasa telekomunikasi, produsen telepon pintar, dan masih banyak lagi.

Pemerintah sebenarnya sudah menyadari hal itu. Maka melalui Berita Kementerian Kominfo (24/9), pemerintah menyatakan bahwa tengah menyiapkan peta jalan Perdagangan Daring Indonesia. Rancangan ini kini sedang dalam tahap finalisasi di tingkat kabinet. Melalui implementasi peta jalan tersebut, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

Revolusi pemasaran bernama mobile marketing

Indonesian Mobile Phone Users - pic source qzdotcom

Indonesian Mobile Phone Users – pic source qz.com

Kehadiran internet telah merevolusi cara kita menelusuri informasi dan berbelanja produk. Internet turut andil dalam transformasi berbagai industri, mulai dari transportasi hingga media, ritel hingga iklan. Kini, teknologi bergerak (mobile technology) diprediksikan memiliki dampak lebih masif dalam hal kecepatan jangkauan terhadap transaksi perdagangan daring dan strategi pemasaran di seluruh dunia.

Bahkan, telah diramalkan bahwa per akhir 2015, kampanye-kampanye pemasaran yang berjalan melalui tablet dan smartphone mengambil proporsi sekitar 50 persen dari total anggaran pemasaran digital dalam denominasi dolar Amerika (eMarketer, 24 Maret 2015).

Ramalan lembaga riset ternama tersebut mengindikasikan bahwa di semua industri dan segmen, merek-merek lokal dan multinasional menghabiskan waktu lebih banyak untuk meriset, memahami, dan mengaplikasikan strategi mobile marketing. Dari mobile advertising dan mobile wallet hingga mekanisme penjualan mobile dan reward-based mobile advertising, para eksekutif bisnis semakin menyadari manfaat perencanaan strategi mobile marketing untuk mendorong transaksi perdagangan.

Dalam konteks Indonesia, Google Indonesia bersama Elevenia telah melakukan survei di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Semarang sejak Desember 2014 s.d. Februari 2015. Hasil survei menunjukkan transaksi daring yang terus tumbuh di Indonesia meski didera pelemahan nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika. Temuan menarik dari survei tersebut adalah 78 persen responden survei melakukan belanja daring melalui perangkat mobile.

Henky Prihatna (Country Industry Head Google Indonesia) berujar, “Aktivitas shopping juga tinggi di smartphone, mungkin karena dulu smartphone kecil layarnya, dan sekarang lebih besar, orang jadi lebih nyaman. Selain itu, keamanan transaksi mobile juga dipandang lebih meningkat, orang sekarang lebih confident dan makin gampang.” (Kompascom, 3 September 2015).

Temuan riset tersebut mengindikasikan bahwa di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Serikat hingga Indonesia, telah terjadi perubahan perilaku konsumen yang sangat cepat dalam hal mengakses internet. Sebagaimana diketahui oleh para pemerhati pasar digital, hingga akhir dekade pertama abad 21, akses internet masih didominasi komputer pribadi. Namun kini, khususnya di 2015, terjadi titik balik dari komputer pribadi ke mobile technology.

Mendorong Transaksi Ecommerce Melalui Mobile Marketing - Smartphone Users and Penetration in Apac - emarketer

Mendorong Transaksi Ecommerce Melalui Mobile Marketing – Smartphone Users and Penetration in Apac – emarketer

Pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia dapat menjadi indikator kuat terjadinya titik balik tersebut. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas (sumber: eMarketer, 16 September 2015), pengguna smartphone di Indonesia pada 2014 telah mencapai 44.7 juta dan diestimasikan menyentuh 65.2 juta pengguna pada 2016. Paparan angka yang seharusnya menjadi modal kuat meraih transaksi perdagangan daring US$ 20 milyar pada 2016.

Mendorong Transaksi Ecommerce Melalui Mobile Marketing - Mobile to Overtake PC Share of Web Traffic - comScore Device Essentials, Februari – Agustus 2015 Indonesia

Mendorong Transaksi Ecommerce Melalui Mobile Marketing – Mobile to Overtake PC Share of Web Traffic – comScore Device Essentials, Februari – Agustus 2015 Indonesia

Per akhir 2015, titik keseimbangan akan bergeser dan didominasi mobile untuk alasan yang sangat jelas, mayoritas konsumen menghabiskan waktu lebih banyak memandangi layar mobile daripada layar komputer pribadi (comScore Device Essentials, Februari – Agustus 2015, Indonesia). Dapat dikatakan, keadaan ini menimbulkan revolusi pemasaran dalam dunia bisnis. Revolusi tersebut hadir dalam bentuk mobile marketing.

Meski demikian, sebagai pemilik bisnis dan marketer, kita tetap harus cermat dan tidak asal melakukan simplifikasi pengaruh smartphone terhadap kampanye marketing. Ada tiga hal yang harus diperhatikan para marketer saat merencanakan strategi marketing untuk meningkatkan transaksi perdagangan daring.

Hal pertama, Indonesia dominan mobile, bukan multi-platform

The Indonesian Digital Consumer is Mobile Rather Than Multi-Platform - TNS Digital Life 2015

The Indonesian Digital Consumer is Mobile Rather Than Multi-Platform – TNS Digital Life 2015

Menurut data TNS Digital Life 2015, konsumen Indonesia lebih dominan mobile dan bukan multi-platform. Temuan tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara konsumen Indonesia dengan konsumen global. Sebagai contoh dalam tataran global, secara rerata 56 dari 100 orang memiliki laptop.

Sedangkan Indonesia menunjukkan kepemilikan lebih rendah secara signifikan dengan rata-rata kepemilikan laptop 27 dari 100 orang. Contoh lainnya adalah dalam tataran global, secara rerata 52 dari 100 orang memiliki komputer desktop. Sedangkan Indonesia, kembali menunjukkan kepemilikan lebih rendah dan bahkan lebih signifikan dengan rata-rata kepemilikan komputer desktop 8 dari 100 orang.

Berbasis data tersebut, tentunya kita dapat lebih arif dalam membuat strategi pemasaran dengan lebih fokus kepada mobile marketing. Berarti, kita dapat lebih memusatkan perhatian kepada sedikit hal daripada banyak hal demi menarik perhatian pelanggan. Kita dapat membangun konten dengan lebih terfokus, iklan yang lebih spesifik, dan tentunya alokasi anggaran yang lebih efektif dan efisien.

Hal kedua, perhatian konsumen semakin pendek

Berbagai kajian dan penelitian menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya kepopuleran smartphone, masalah inantensi (sulit berkonsentrasi dan memusatkan perhatian) semakin meningkat. Jika pada tahun 2000, secara rata-rata manusia masih bisa berkonsentrasi selama 12 detik, angka tersebut telah menurun drastis pada tahun 2013 ke angka 8 detik. Penyebab penurunan konsentrasi yang signifikan ini diduga karena kombinasi penggunaan smartphone dan semakin banyaknya konten internet yang dapat diakses (Engadget, 18 Mei 2015).

Fakta terpampang bagi para marketer, kesempatan menarik perhatian konsumen semakin kecil. Karenanya demi menarik perhatian, ketahuilah perilaku konsumen saat menggunakan gawai bergerak mereka, misal saat mengecek surel, menggunakan dompet digital, menelusuri informasi, atau menggunakan aplikasi. Ketahui saat-saat terjadi kepadatan konsumen dan jangan tergantung hanya kepada peramban.

Hal ketiga, mobile sebagai mekanisme penjualan.

Ada hal-hal yang dulu dipandang sebagai batasan, kini perlahan hilang. Contohnya adalah keengganan konsumen menyelesaikan transaksi melalui gawai mobile.

Faktor-faktor pendukung pun bertambah, antara lain langkah pemerintah mendukung peningkatan transaksi perdagangan daring melalui National Payment Gateway.

Platform mobile juga telah meningkatkan kapabilitasnya dengan menjadi alat penjualan yang efektif dengan efisiensi yang lebih tinggi, informasi real-time saat konsumen membutuhkan informasi untuk mengambil keputusan, dan keterlekatan konsumen yang lebih baik. Dapat dikatakan, dengan penerapan mobile marketing, antara lain dalam bentuk konten yang dibangun dengan tepat dan di waktu yang pas, yaitu saat pelanggan mengakses informasi secara mobile, mampu meningkatkan rasio penjualan daring dan kepuasan pelanggan.

Depok, 22 November 2015

(Andika Priyandana, dari berbagai sumber)

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Desember 2015

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s