Pilih Painkiller atau Vitamin?

Apakah perusahaan rintisan (start-up) yang Anda dirikan memberikan solusi terhadap masalah (baca: Mencari Masalah)? Atau malah hanya sekedar suplemen? Sebelum Anda mengomunikasikan produk-produk ke pasar, ketahui terlebih dahulu jawaban dari pertanyaan esensial tersebut.

Salah satu ciri bisnis yang mampu tumbuh berlipat ganda adalah kemampuannya memberikan solusi, bukan sekedar pelengkap atau cemilan. Jika dianalogikan, produk dengan kemampuan pertumbuhan berlipat ganda yang Anda tawarkan tersebut berfungsi sebagai painkiller (pemecah masalah), bukan vitamin (pelengkap).

Untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai perbedaan painkiller dan vitamin, mari kita perhatikan penjabaran berikut:

Vitamin dapat digambarkan sebagai “dapat dikonsumsi sewaktu-waktu dan tidak harus dimiliki.” Vitamin juga dapat dideskripsikan sebagai produk yang ingin dimiliki, bukan harus dimiliki. Coba perhatikan diri Anda sendiri atau masyarakat secara umum, berapa banyak dari kita yang mengonsumsi produk-produk yang lebih bersifat sebagai pelengkap atau cemilan? Berapa banyak dari kita yang menjadikan suplemen atau produk-produk opsional tersebut sebagai kewajiban konsumsi setiap hari?

Sebagai contoh bisnis yang memberikan produk bertipe vitamin adalah perusahaan rintisan B2B (Business-to-Business) yang memberikan jasa spesifik mengunggah data-data produk ke dalam situs khusus untuk keperluan perdagangan elektronik. Mungkin usaha ini memiliki permintaan pasar, namun tidak masuk kategori massal. Bahkan, ada kemungkinan situs yang digunakan sudah memiliki plugin yang memungkinkan mengunggah data-data produk secara masif.

Tulisan ini bukan berarti mendiskreditkan produk-produk vitamin. Berbasis data, produk-produk tersebut memang dapat memiliki pangsa pasar yang menarik, namun kebutuhannya tetap tidak sebesar dan sesegera produk-produk painkiller. Contoh lain dari perusahaan non-teknologi dengan produk berkarakter vitamin adalah kedai teh jeli yang menjamur di berbagai mal di Jakarta, yang berarti menunjukkan daya tarik pasar tinggi. Namun mengonsumsi delapan gelas teh jeli sehari bukan pilihan sehat, lagipula harganya mahal. Mengonsumsi delapan gelas teh jeli sehari, atau tiga gelas dan bahkan kurang, juga dapat meroketkan konsumsi kalori kita jauh di atas batas normal.

Jadi dari penjabaran di atas diketahui bahwa penggunaan produk vitamin bisa baik dan bisa juga buruk jika kita konsumsi secara serampangan. ­Salah satu tujuan vitamin adalah mencegah hal buruk terjadi di masa depan kepada kita. Manfaat vitamin dirasakan dalam jangka panjang dan karenanya, sulit dikatakan seberapa besar manfaat mereka jika hal-hal buruk belum terjadi. Perusahaan rintisan dengan produk vitamin bisa dikatakan adalah konsep yang sulit.

Di sisi lain, painkiller secara umum membantu para pelanggan mendapatkan lebih banyak manfaat, baik dari pendapatan atau keuntungan dengan segera, melalui peningkatan efisiensi dan efektifitas bisnis. Cara meningkatkan efisiensi dan efektivitas bisnis tersebut dapat dilakukan dari sisi operasional hingga pengadaan barang. Singkatnya, painkiller adalah barang atau jasa yang memberikan solusi permasalahan bisnis.

Bayangkan jika kita sedang mengalami sakit kepala luar biasa. Kita tentu ingin mengonsumsi produk painkiller untuk sakit kepala sesegera mungkin. Produk painkiller menjadi prioritas utama bagi kita dan manfaatnya dapat dirasakan dengan segera. Inilah yang menjadikan produk painkiller sebagai analogi yang baik untuk bisnis, baik di mata perusahaan rintisan dan investor.

Lebih jauh lagi, painkiller melihat pasar dengan obsesi terhadap konsumen. Painkiller menanyakan hal-hal berikut kepada para konsumennya:

  • Apakah Anda memiliki rasa sakit?
  • Seberapa besar rasa sakit yang Anda rasakan?
  • Apakah Anda ingin mengurangi rasa sakit Anda?
  • Hal-hal apa saja yang sudah Anda lakukan untuk mengurangi rasa sakit di masa lalu?
  • Berapa besar biaya yang Anda habiskan untuk mengurangi rasa sakit tersebut?

Berdasarkan jawaban-jawaban yang didapatkan dari kumpulan pertanyaan di atas, painkiller memberikan hal-hal yang benar-benar memenuhi kebutuhan konsumen dengan tajam. Lebih baik lagi, hal-hal tersebut disediakan berbasis pos anggaran yang memang sudah ada dalam catatan keuangan perusahaan alias tidak memerlukan pos anggaran baru. Sebagaimana kita ketahui, pembuatan pos anggaran baru memerlukan waktu dan melambatkan proses bisnis.

Tag Ralali

Tag Ralali

Sebagai contoh bisnis yang memberikan produk bertipe painkiller adalah perusahaan rintisan B2B (Business-to-Business) yang memosisikan dirinya sebagai online marketplace untuk produk-produk industri MRO (Maintenance, Repair, Operational).

Sejak masih berbentuk ide mentah, B2B Online Marketplace ini memiliki tujuan memberikan solusi ke setiap bisnis di Indonesia. Bagi para distributor produk-produk MRO (Maintenance, Repair, Operational) di Indonesia pasti mengetahui kesulitan untuk menjangkau dan memasarkan produk mereka kepada para calon pelanggan. Sedangkan di sisi para pebisnis yang membutuhkan produk-produk industri, khususnya MRO, mengalami masalah dalam hal pengadaan barang-barang industri secara efektif dan efisien.

Mengetahui masalah tersebut, B2B Online Marketplace memberikan solusi berupa solusi produk painkiller satu pintu berbentuk platform teknologi yang menyediakan barang-barang industri MRO dari berbagai merek. Hal ini sejalan dengan visi B2B Online Marketplace tersebut untuk merevolusi infrastruktur perdagangan melalui inovasi dan teknologi.

Mungkin saja model bisnis ini dipandang tidak terlalu spesial. Namun model bisnis yang biasa ini mampu meraih pertumbuhan bisnis dengan cepat dan telah meraih minat pemodal ventura untuk membenamkan dana senilai jutaan dolar.

Maka, milikilah pandangan kritis terhadap bisnis yang kita jalani berdasar perspektif para calon pelanggan kita. Cari tahu apa masalah mereka, kebutuhan mendesak mereka hari ini, dan bantu atasi masalah mereka dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Dengan pendekatan bisnis ini, perusahaan rintisan yang kita jalankan akan lebih menarik di mata pelanggan dan investor prospektif. Dengan potensi pasar yang luas dan kemungkinan pendapatan semakin meningkat, perusahaan rintisan kita menjadi lebih menarik.

Sekarang bagi Anda semua yang sedang menjalankan bisnis atau berencana memulai usaha, apa pilihan karakter produk Anda? Entah sebagai painkiller atau menjadi vitamin, keputusan ada di tangan Anda.

Jakarta, 11 Februari 2016

Andika Priyandana

NB: Artikel tersunting telah dimuat di Koran Kontan, 20 Februari 2016, dan Kontan Online, 22 Februari 2016.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s