Beradaptasi dengan Ekonomi Era Digital

Pagi ini, saya menerima panggilan telepon dari Mamah saya. Beliau mengatakan, “Tong, kamu hati-hati ya kalau keluar rumah. Kalau bisa ditahan dulu. Barusan mobilnya temen Mamah diserempet dan sengaja ditabrak sama angkutan umum. Tindakannya sudah anarkis sekali.”

Sudah bisa diduga, yang diperingatkan Mamah saya dan yang dialami oleh temannya adalah lanjutan dari demonstrasi sopir taksi pada Senin, 14 Maret 2016. Hanya saja, demonstrasi hari ini skalanya terlihat lebih besar dan melibatkan sikap anarki di berbagai titik.

Pemblokiran jalan oleh sopir taksi saat demonstrasi

Pemblokiran jalan oleh sopir taksi saat demonstrasi

Demonstrasi para pengemudi angkutan ini bagaikan ironi bagi saya. Karena saya pasca subuh baru saja melihat video Ted oleh Travis Kalanick, pendiri Uber, mengenai impian dan visinya menjadikan Uber berperan serta mengurangi kemacetan kota, mengurangi polusi dan jejak karbon, serta membuat semakin banyak orang mengurangi penggunaan mobil pribadi dan semakin banyak menggunakan fasilitas nebeng. Sebuah tindakan yang sebenarnya sudah diinisiasi di Indonesia lewat nebengers.com.

Ironi itu semakin berasa karena siang ini saya harus menghadiri pertemuan dengan Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif di gedung di wilayah salah satu pusat demonstrasi. Tujuan pertemuan kami adalah membicarakan pembangunan ekonomi Indonesia dan pemecahan solusi dari permasalahan bangsa dengan cara-cara kreatif, antara lain dengan pemberdayaan teknologi.

Sembari memikirkan cara teraman dan terbaik menuju gedung tersebut, saya mencoba menuangkan tulisan ini sembari melihat video-video tindakan anarkis yang sudah berseliweran di dalam aplikasi WhatsApp yang saya gunakan. Dalam sebuah video, terlihat di sebuah jalan besar, seperti jalan protokol, segerombolan orang dengan seragam supir taksi menghentikan sesama mobil taksi yang masih beroperasi mengangkut penumpang. Kemudian, salah satu pelaku demonstrasi menaiki mobil taksi yang berhenti di tengah jalan dan menginjak kaca pengemudi hingga pecah.

Dalam video lain, saya melihat segerombolan demonstran dengan seragam supir taksi yang menghentikan taksi-taksi lain yang masih beroperasi, kemudian menggelandang para pengemudinya keluar taksi layaknya seorang kriminal.

Jika ilustrasi video-video yang saya sampaikan di atas masih kurang, silahkan juga cek gambar-gambar demonstrasi supir taksi dan angkutan kota di bawah ini yang sudah berseliweran dengan bebas di berbagai aplikasi komunikasi.

Blog Andika Priyandana - Pemblokiran jalan saat demonstrasi

Pemblokiran jalan saat demonstrasi

Blog Andika Priyandana - Informasi pemblokiran jalan oleh TMC Polda Metro Jaya

Informasi pemblokiran jalan oleh TMC Polda Metro Jaya

Blog Andika Priyandana - Penghentian dan perusakan taksi yang sedang beroperasi saat demonstrasi sopir taksi dan angkutan umum

Penghentian dan perusakan taksi yang sedang beroperasi saat demonstrasi sopir taksi dan angkutan umum

Blog Andika Priyandana - Pemblokiran jalan tol dari Soekarno Hatta arah Jakarta

Pemblokiran jalan tol dari Soekarno Hatta arah Jakarta

Blog Andika Priyandana - Perusakan salah satu taksi saat demonstrasi taksi dan angkutan umum

Perusakan salah satu taksi saat demonstrasi taksi dan angkutan umum

Blog Andika Priyandana - berita demonstrasi taksi di media sosial

berita demonstrasi taksi di media sosial

Blog Andika Priyandana - Perusakan taksi yang sedang beroperasi

Perusakan taksi yang sedang beroperasi

Demonstrasi sopir taksi dan angkot merah di Sudirman arah Semanggi

Demonstrasi sopir taksi dan angkot merah di Sudirman arah Semanggi

Melihat amarah dalam demonstrasi para pengemudi taksi dan angkutan kota tersebut, saya bisa memahami. Kejengkelan dan amarah mereka sudah meluap melebihi rasa takut mereka untuk berbuat anarkis. Dalam sebagian kasus, mungkin, sekali lagi mungkin, tindakan kekerasan diperlukan. Sebagai contoh kisah legendaris mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin yang terkenal dengan tindakannya menggampar para pelanggar hukum atau yang terbaru, Walikota Bandung Ridwan Kamil yang konon menggampar pengemudi omprengan plat hitam, meski kemudian dibantah beliau.

Namun, kembali ke demonstrasi para supir taksi dan angkutan kota, tindakan mereka jelas kelewat anarkis. Mereka tidak memiliki otoritas untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut. Dan satu hal pasti, tindakan mereka menimbulkan antipati semakin dalam terhadap angkutan konvensional berupa taksi dan angkutan kota.

Menelusuri permasalahan ini dan mengurai benang kusut yang ada bukan perkara mudah. Mulai dari pemerintah sebagai pembuat regulasi (baca: Gojek Berapa Lama Usiamu?), para pengusaha angkutan darat (khususnya penumpang), para pengemudi angkutan darat, termasuk para pengusaha transportasi berbasis aplikasi beserta para pengemudi berbasis aplikasi, dan tentunya pengguna transportasi perlu dilibatkan dalam pencarian solusi.

Satu hal pasti, ekonomi era digital sudah datang dan sangat sulit dibendung. Ekonomi-ekonomi digital, tak dapat dipungkiri, bersifat disruptif terhadap model-model bisnis konvensional. Adaptasi dengan era digital adalah keniscayaan. Pemberdayaan teknologi harus dilakukan dengan serius. Apalagi kalau kita benar-benar ingin membangun ekonomi dan mendirikan sebuah negara yang efektif dan efisien.

Depok, 22 Maret 2016

Andika Priyandana

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s