—————————————————————————————————————
Ringkasan kasus penipuan: Pada hari Jumat, 7 Agustus 2015, sekitar pukul 22:00, mertua saya menerima telepon dari nomor 08565861255 langsung ke ponselnya yang menyatakan bahwa keponakannya, Didi telah dirampok di daerah Prumpung, Jakarta Timur. Penelepon tersebut memiliki suara pria dewasa dan relatif tenang saat mengancam mertua saya, meminta tebusan berjuta-juta rupiah (permintaan tebusan awal Rp 70 juta. Namun mertua saya berhasil minta diskon gila-gilaan hingga Rp 10 juta), serta mengancam membunuh Didi jika permintaannya tidak dipenuhi.
—————————————————————————————————————
Saat mertua saya memberitahu bahwa Didi dirampok, insting pertama saya mengatakan, ini penipuan. Ini salah satu modus penipuan lewat telepon. Mertua saya memberitahu saya dalam keadaan masih berkomunikasi dengan di penelepon. Mertua saya terlihat agak panik dari raut wajah dan nada suaranya karena dia sempet diperdengarkan suara Didi yang mengatakan, “Mah, Didi dirampok di daerah Prumpung!”
Saat saya mengambil alih telepon dari tangan mertua, saya meminta si penelepon untuk bisa berkomunikasi langsung dengan Didi. Namun, si penelepon menolak permintaan saya dengan menyatakan bahwa dia tidak dikendalikan oleh saya. Dia sempat pula meminta supaya turuti saja permintaannya atau Didi akan dibunuh. Penelepon juga sempat menanyakan siapa saya dan meminta agar telepon dikembalikan ke mertua saya.
Sambil tetap tenang, saya mengembalikan telepon ke mertua dan segera menuju rumah orang tua Didi dengan tiga tujuan:
- Mengabari jika ada telepon yang mengabari Didi dirampok dan meminta tebusan,
- Menanyakan kepada ibu Didi, di manakah Didi saat ini berada,
- Segera hubungi Didi jika memungkinkan.
Saya berhasil menemui ibu Didi dan setelah beberapa kali mencoba menghubungi Didi, akhirnya telepon diangkat Didi dan dia menyatakan dirinya baik-baik saja dan sedang rapat di daerah Kemang, Jakarta Selatan.
Singkatnya, telepon ke mertua saya terbukti secara sah dan meyakinkan adalah modus penipuan dengan ancaman pembunuhan terhadap anggota keluarga. Usaha penipuan via HP pun berhasil digagalkan.
Hal-hal apa yang bisa dicatat dari kejadian ini?
- Pelaku modus penipuan lewat telepon menciptakan kedekatan dan membangun rasa percaya calon korban dengan menyaru sebagai anggota keluarga,
- Untuk memperkuat kesan keterlibatan anggota keluarga, penipu menggunakan nada suara semirip mungkin dengan anggota keluarga yang dikisahkan sebagai korban perampokan, dan menggunakan faktor-faktor lainnya untuk membangun kedekatan, antara lain panggilan nama (catatan: saya masih belum mengetahui secara faktual cara penipu bisa melakukan hal ini),
- Pelaku modus penipuan lewat telepon menciptakan tekanan mental melalui ancaman waktu yang terbatas. Jika permintaan tebusan tidak segera dipenuhi, ancaman pembunuhan akan dilaksanakan,
- Tujuan tekanan mental tersebut adalah penciptaan perasaan panik pada calon korban,
- Pelaku modus penipuan lewat telepon mencoba terus menjaga monopoli komunikasi dengan calon korban (antara lain dengan menolak melanjutkan obrolan dengan saya dan menolak permintaan saya untuk berkomunikasi secara langsung dengan Didi),
- Pelaku modus penipuan lewat telepon juga mencoba meneror calon korban saat teleponnya diputus dengan menelepon ulang hingga belasan kali dalam waktu singkat dan menggunakan nomor berbeda-beda. Diketahui berbeda karena saat diangkat, orangnya itu lagi-itu lagi.
- Pelaku modus penipuan lewat telepon terlihat cukup profesional dalam melakukan aksinya, antara lain ditunjukkan dengan kemampuan komunikasi yang handal.
Maka dari tujuh catatan di atas, berikut adalah masukan saya:
- Pelihara sikap skeptis, khususnya saat menerima telepon yang “aneh bin ajaib”,
- Saat komunikasi terjadi, tujuan utamanya adalah penciptaan rasa panik dan tertekan. Pelihara sikap tenang saat berkomunikasi dengan pelaku modus penipuan lewat telepon,
- Jika pelaku penipuan melibatkan “anggota keluarga”, coba minta berkomunikasi dengan “anggota keluarga” tersebut lebih dalam. Coba tanyakan hal-hal yang hanya diketahui keluarga, misal kebiasaan di rumah, makanan kesukaan, nama hewan peliharaan, dll,
- Kalau ternyata anggota keluarga palsu, sangat sulit bagi pelaku penipuan menjawab pertanyaan-pertanyaan pribadi sambil tetap menjaga intonasi suara yang mirip dengan anggota keluarga kita,
- Segera cek silang keberadaan anggota keluarga yang dijadikan bagian dari skenario penipuan. Coba telepon ponselnya, tanya teman kantornya, pasangannya, dan orang-orang lain yang kemungkinan terakhir bersama dia,
- Laporkan polisi jika memungkinkan,
- Terakhir, bantu calon korban agar tetap tenang dan berkepala dingin saat menerima telepon dari pelaku modus penipuan lewat telepon!
Demikian pengalaman yang baru saja saya alami. Semoga berguna bagi para pembaca sekalian.
Sippp…untung kmu ga panik juga Dik…kejadiane kapan? Laporkan aja Dik…
Kan wis crito waktu kejadiane ning tulisan, To.
Hai sekedar share.
Kejadian baru saja hari ini tgl 19/9/2015
Sebenernya semingguan ini saya di telpon sama beberapa no telp asing tp satu provider. Biasanya males angkat
karna pesimis biasanya org asuransi.
Pagi ini saya iseng angkat dan yg bikin curiga harusnya kan ngucap salam entah hallo atau assalamualaikum ini malah blg “bunda aku dirampok” begitu di tanya ini siapa tetep cuma blg “aku dirampok” saya kesel saya matiin telpnya.
Eh dianya telp terus!
Karena berisik saya angkat lg telponnya. Ternyata kecurigaan saya bener. Si penelepon cuma ngulang kata-kata yg sama. Karna saya uda curiga ya saya omelin sekalian “klo emang dirampok kenapa ga lapor polisi?”
Mbak Ani, terima kasih atas kesediaannya berbagi kisah. Metode nipu zaman sekarang makin personal. Apakah anaknya memang manggil “Bunda”? Yah, yang penting bisa tetap berpikir rasional.
ini harus lebih berhati-hati lagi nih.. nice Info (y)
Sama-sama Bos.
Semoga kita dan keluarga kita bisa terhindar dari hal penipuan. Aamiin