Irwan Hidayat mengangkat citra produk-produk jamu tradisional sejajar dengan produk industri farmasi.
Menurut Anda, mungkinkah seseorang yang semasa SMA berpindah sekolah hingga lima kali, pemalas dalam belajar, berambut gondrong, bangun selalu kesiangan, suka mencontek, hanya memiliki satu buku tulis yang diselipkan di kantong, bukan tipe bintang pelajar, dan masa pendidikan formalnya berhenti setelah lulus SMA mampu menjadi Presiden Direktur sebuah perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), penerima 256 penghargaan, memiliki 273 produk, mempekerjakan 3453 karyawan, dan memiliki cakupan pasar internasional?
Jika informasi tersebut Anda rasa masih kurang, masih ada lagi informasi bahwa selepas orang ini lulus SMA pada tahun 1965, dia memutuskan tidak mengenyam gelar sarjana karena tidak menyukai Ospek, kemudian lamaran pekerjaannya seringkali ditolak. Saat akhirnya diterima bekerja justru gagal bertahan karena kebiasaan bangun kesiangan, dan akhirnya kepepet bekerja di perusahaan jamu keluarga sejak tahun 1970 karena sudah tidak ada lagi yang mau menerima dirinya.
Ya, orang dengan ciri-ciri seperti yang sudah disampaikan tadi benar-benar mungkin menjadi Presiden Direktur dengan deretan prestasi tersebut. Namanya adalah Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT. Sido Muncul yang sudah berdiri sejak tahun 1951.
Irwan Hidayat adalah salah satu tokoh bisnis Indonesia yang dilahirkan di Yogyakarta, 23 April 1947. Kini dalam usianya yang sudah 67 tahun, Irwan Hidayat sebagai cucu pendiri Sido Muncul, Rakhmat Sulistio, masih mengendalikan biduk perusahaan dan tetap terus mengeluarkan energi-energi kreatif yang membawa PT. Sido Muncul meraih ratusan penghargaan dan prestasi.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin seorang pemuda yang sepertinya tidak ada harapan meraih kesuksesan karir justru mampu membawa sebuah perusahaan mengangkasa?
Langkah-langkah awal di Sido Muncul
Pada saat Irwan HIdayat mulai bekerja di Sido Muncul pada tahun 1970, posisi perusahaan keluarga tersebut jauh dari kata mentereng seperti yang kini terlihat. Tampilannya sama saja dengan ribuan perusahaan jamu lain dengan beragam merek. Kemudian pada tahun 1972, Ibundanya, Desi Sulistyo Hidayat memberikan tampuk kepemimpinan kepada dirinya dan empat orang adiknya sebagai generasi ketiga pemilik Sido Muncul.
Oleh Ibundanya, Irwan diberikan posisi direktur dan sebuah perusahaan dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Utang bahan baku pada masa tersebut setara dengan 30 bulan omzet perusahaan, luas pabrik hanya seluas 600 meter persegi, dan tidak memiliki satu pun mesin.
Meski memiliki jabatan direktur, Irwan minim pengetahuan pengelolaan perusahaan, tidak memiliki ide-ide segar untuk memajukan perusahaan, datang ke kantor jam 12:00 siang, jam 14:00 main kartu, jam 16:00 pulang. Untunglah ada keempat adiknya, Sofyan Hidayat, Johan Hidayat, Sandra Linata, serta David Hidayat yang turut mengelola perusahaan.
Masa-masa pencerahan
Industri jamu tradisional selama masa 1970 hingga 1990an meski mengalami pasang surut, namun tetap dikenal sebagai produk tradisional warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Jamu di dalam hati sanubari rakyat Indonesia memiliki fungsi menjaga kesehatan serta merawat tubuh manusia. Bisa jadi ini salah satu penyebab industri jamu tetap bertahan diterpa hembusan angin zaman.
Seiring waktu, Irwan mulai menyadari bahwa banyak kesalahan yang pernah dilakukannya karena ketidak tahuan. Kemudian pada tahun 1993, tanpa terduga Irwan mendapatkan pelajaran sangat berharga dari seseorang yang mengalami gangguan jiwa. Orang sakit jiwa tersebut menyatakan bahwa jamu produksi Sido Muncul rasanya pahit dan busuk. Kemudian Irwan dan saudaranya berupaya melakukan perbaikan terhadap produk jamu mereka. Pelajaran berharga lain diperolehnya dari tukang bajaj yang mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab sosial.
Irwan kemudian berkesimpulan bahwa perusahaannya harus memiliki visi memberi lebih banyak manfaat bagi masyarakat dan tidak mengejar untung semata. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu Sido Muncul memberikan anugerah tahunan Sido Muncul Award kepada individu yang memiliki kepedulian dan kepekaan sosial.
Lalu tibalah krisis tahun 1997 dan Irwan justru nekad membangun pabrik modern untuk memproduksi jamu secara mekanis demi memenuhi visinya serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk Sido Muncul. Meski banyak kolega menganggap langkah tersebut terlalu berisiko, sikap “tidak mau tahu” Irwan malah berhasil menyelamatkan Sido Muncul meski biaya pembangunan pabrik membengkak dari Rp 15 milyar menjadi Rp 30 milyar.
Pada tahun 2000, dengan aset pabrik seluas tujuh hektar yang memenuhi standar farmasi dan laboratorium seluas 3.000 meter persegi yang berdiri di atas areal seluas 32 hektar, Sido Muncul menjadi salah satu perusahaan yang paling siap beroperasi di pasaran setelah krisis reda.
Pada tahun yang sama pula, Departemen Kesehatan memberikan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada Sido Muncul, yang mana sertifikat ini biasanya hanya diberikan kepada industri farmasi. Dengan CPOB ini pula, lisensi pembuatan jamu SIdo Muncul disejajarkan dengan lisensi produk-produk industri farmasi sehingga bisa dikatakan, Sido Muncul telah melakukan lompatan kuantum dan siap menghadapi persaingan global.
Maka naiklah gengsi jamu-jamu Sido Muncul hingga setara dengan produk-produk industri farmasi. Dengan produk-produk unggulan seperti STMJ, Tolak Angin, Kuku Bima, Kunyit Asem, Anak Sehat, dan lain-lain, Irwan semakin berani berekspansi hingga daratan Eropa.
Strategi pemasaran yang digenjot Irwan juga tidak tanggung-tanggung. Dengan menggunakan jasa-jasa figur terkemuka seperti Setiawan Djodi, Sophia Latjuba, Rhenald Kasali, Dahlan Iskan, Chris John, termasuk pula tokoh nyentrik seperti Mbah Maridjan yang terkenal dengan pekikan Rasa! Sido Muncul pun semakin terbang mengangkasa.
Tetap Membumi
Semua kesuksesan yang sudah diraih Irwan Hidayat bersama Sido Muncul tidak membuatnya lupa daratan. Ia tetap ingat dengan visi perusahaan dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berbagai kegiatan sosial yang diselenggarakan atas nama Sido Muncul maupun atas nama Irwan Hidayat rutin diadakan di berbagai wilayah.
Contoh berbagai bentuk kegiatan sosial tersebut adalah tetap mengizinkan karyawannya yang berusia 70 tahun untuk terus bekerja, sumbangan terhadap korban bencana alam, dan tentunya yang paling ikonik adalah Program Mudik Gratis bagi para pedagang jamu yang sudah diadakan secara rutin sejak tahun 1991.