Catatan Ayah #1: Airlangga Battuta Sunoko

Bagaimana rasanya menjadi ayah? Bagaimana rasanya saat memegang anakmu untuk pertama kalinya? Aih, sungguh sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata…

Airlangga tanggal 19.2.2015

Airlangga tanggal 19.2.2015

15 H – Pada hari pertama bulan pertama tahun 2566, hujan mengguyur Jakarta selatan. Ya, inilah hari yang paling penting bagi etnis China, sekaligus menjadi hari yang juga sangat penting bagiku. Kalau kalian ada yang bingung dengan tanggalnya, dalam kalender Masehi tanggalnya adalah 19 Februari 2015.

Airlangga 25.2.2015

Airlangga 25.2.2015

Pada tanggal 19 Februari 2015 pukul 08:40, anak kami lahir ke dunia melalui operasi cesar. Memang bukan bentuk kelahiran yang normal. Waktu kelahirannya pun lebih cepat tiga minggu dari perkiraan awal yang jatuh pada 11 Maret 2015. Dokter kandungan kami, Aswin Sastrowardoyo mengambil keputusan untuk segera melahirkan setelah istriku Dita Astari didiagnosa positif terkena pre-eklampsia. Namun, itu cerita lain yang akan kusampaikan melalui Catatan Calon Ayah.

Airlangga 26.2.2015

Airlangga 26.2.2015

Baik, kembali ke topik. Selepas operasi cesar selesai, sekitar jam 10:10 akhirnya aku dapat melihat anakku, buah hatiku. Ada ungkapan perasaan yang berjuta rasanya kalau kata Eyang Titiek Puspa. Aku pun segera memeluk Airlangga Battuta Sunoko dan membisikkan lafadz Adzan dan Iqomah di kedua kupingnya. Aduh, rasanya ingin nangis. Hhehehehe…

Airlangga Battuta Sunoko. Kami sudah menyiapkan nama tersebut sejak bulan keenam kehamilan. Aku dan Dita sepakat untuk memberikan nama kepada anak kami secara bersama-sama. Aku memberikan nama Airlangga, seorang pendiri Kerajaan Kahuripan. Aku memutuskan memberikan nama ini karena menginginkan nama yang khas Indonesia. Nama yang saat diucapkan di belahan dunia mana pun akan mengingatkan pemilik dan pendengar nama tersebut bahwa asalnya dari Indonesia.

Dita memberikan nama Battuta, yang diambil dari nama Abu Abdullah Muhammad bin Battutah. Dunia jauh lebih mengenalnya dengan nama Ibnu Battuta. Beliau adalah seorang penjelajah Berber yang berasal dari Maroko. Dalam buku Rihla (Perjalanan), beliau mengisahkan penjelajahan selama tiga puluh tahun mengunjungi Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan China.

Sedangkan Sunoko adalah nama almarhum Bapakku, Sunoko Sukarno Raharjo. Nama tersebut diberikan oleh Raden Mas Panji Sosrokartono, kakak kandung Raden Ajeng Kartini. Aku ingat bahwa Bapak bangga dengan nama pemberian RMP Sosrokartono tersebut hingga dia menjadikan nama Sunoko sebagai nama keluarga. Maka aku pun meneruskan pemberian nama Sunoko sebagai nama keluarga ke anakku.

Aih, sungguh emosi manusia benar-benar sulit diduga. Aku secara pribadi bukan sosok yang menyukai bayi atau anak kecil. Namun kelahiran Airlangga benar-benar mengubah diriku menjadi sosok yang suka memeluk dan mencium bayi. Nihil rasa negatif saat mendengar tangisannya. Minus amarah saat turut membersihkan kotorannya bersama istriku.

Pastinya, sejak 19 Februari 2015 pukul 08:40 aku mulai menjalani lembaran hidup baru sebagai seorang ayah.

Baca lanjutannya di Catatan Ayah #2: Tears of Happiness and Sadness.

Jakarta, 03.06.2015

Andika Priyandana

 

One thought on “Catatan Ayah #1: Airlangga Battuta Sunoko

  1. Ping-balik: Catatan Calon Ayah # 8 Preeklampsi – Rajanya Inflamasi | WebLog Andika Priyandana

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s