Ilmu yang diberikan dan etos kerja selama masa kuliah adalah pelajaran-pelajaran terbaik yang diperoleh Nabiel Makarim semasa kuliah di MIT Sloan School of Management.
Catatan khusus penulis: Merupakan sebuah kebanggaan bagi saya bisa menulis profil ringkas guru, mentor, pendidik saya yang sangat saya hormati, Bapak Nabiel Makarim. Ilmu dan pengalaman beliau yang sangat istimewa memberikan begitu banyak masukan berharga kepada saya baik secara pribadi dan profesional. Bahkan, ibu kandung saya (baca: Surat untuk Mamah) berkata agar menjaga hubungan baik dengan Pak Nabiel dan anggap beliau sebagai pengganti ayah kandung saya yang meninggal saat saya masih kecil. Ya, saya pun melakukannya sebaik mungkin sejak tahun 2013.
Tanpa berpanjang lebar, selamat membaca!
———————————————————————————————
Coba sebutkan kampus-kampus kelas dunia idaman Anda untuk belajar bisnis, ekonomi, atau kebijakan publik. Pada umumnya Harvard, MIT (Massachusetts Institute of Technology) Sloan School of Management, Princeton, dan Chicago School of Economics adalah nama-nama yang jamak disebut sebagai tempat favorit, rutin masuk dalam daftar sekolah bisnis dan ekonomi terbaik dunia dari berbagai versi, serta selalu menghasilkan tokoh-tokoh dengan reputasi papan atas bertaraf internasional.
Nah, Nabiel Makarim (Mantan Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Gotong Royong pada tahun 2001 s.d. 2004) sudah merasakan diterima sebagai mahasiswa di semua kampus mentereng tersebut dan sudah meraih gelar dari Harvard dan MIT Sloan School of Management.
Petualangan di MIT Sloan School of Management
Namun untuk artikel ini, saya akan berfokus pada pengalaman Nabiel Makarim menjadi bagian dari civitas academica MIT Sloan School of Management. Nabiel Makarim memulai petualangannya di MIT Sloan dengan tujuan utama mendapatkan ilmu manajemen perusahaan yang dapat disinergikan dengan ilmu kebijakan publik dari Harvard yang telah diperoleh sebelumnya dengan baik.
Nabiel juga mencari ilmu marketing dan strategi yang tidak sekedar teori dan dapat diaplikasikan secara riil saat kembali ke Indonesia kelak. Harapannya, ilmu yang diperoleh dapat digunakan seoptimal mungkin untuk memajukan negara Indonesia dalam hal tata kelola pemerintahan, khususnya di sektor lingkungan hidup. Kebetulan Nabiel Makarim adalah seorang pegawai pemerintah di Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup dan bekerja berdampingan secara langsung dengan Emil Salim.
Setelah berhasil memasuki MIT Sloan, Nabiel Makarim dapat merasakan dengan sangat jelas dan tegas mengenai kerasnya suasana belajar, semangat kerja keras, dan kemampuan berpikir kreatif yang dipancarkan oleh rekan-rekannya sesama mahasiswa dan mahasiswi MIT.
Bahkan, Nabiel Makarim juga menggambarkan bahwa kelas angkatannya dipenuhi macan-macan korporat perusahaan-perusahaan kelas dunia dengan kemampuan berpikir dan belajar sangat istimewa. Sebagai contoh, adalah hal yang sangat biasa dan menjadi sebuah kewajiban di MIT Sloan untuk membaca minimal 3 s.d. 4 buku teks per malam yang mana belum termasuk kewajiban membuat tulisan dan laporan.
Saking kerasnya tekanan yang dirasakan selama belajar di MIT Sloan, rekan-rekan seangkatannya sempat mengumpulkan semua staf pengajar untuk mengajukan protes terbuka bahwa kewajiban belajar, membaca buku, dan membuat laporan yang diberikan adalah hal yang mustahil untuk dikerjakan meski waktu yang tersedia lebih dari 24 jam per hari.
Namun jawaban yang diberikan oleh para staf pengajar adalah hal tersebut memang disengaja oleh mereka. Tekanan yang sangat kuat dan di luar kewajaran tersebut memang dirancang oleh pihak MIT Sloan sejak awal untuk mengajarkan mengenai realitas kehidupan dan arti penting skala prioritas dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Akhirnya rekan-rekannya menerima penjelasan staf pengajar dan menjadikan protes tersebut sebagai protes pertama sekaligus protes terakhir yang diajukan kepada pihak MIT Sloan.
Jika hambatan yang telah diceritakan sebelumnya adalah hambatan yang dirasakan secara komunal, Nabiel juga merasakan hambatan yang dirasakan secara personal. Hambatan tersebut adalah perbedaan situasi dan kondisi pembelajaran antara Indonesia dan Amerika Serikat. Di Indonesia, Nabiel melihat bahwa kemampuan menghafal jauh lebih ditekankan daripada kemampuan berpikir dan melakukan analisis berbasis data serta riset.
Sedangkan di Amerika Serikat adalah sebaliknya sehingga Nabiel sempat merasakan suasana belajar “jungkir balik” demi menyamai ritme belajar teman-teman seangkatannya. Namun, Nabiel mampu mengasah kemampuan berpikir kreatif dengan sangat baik, mencari celah-celah yang tidak menjadi kekuatan serta kelebihan teman-temannya dan berhasil menonjol dalam hal-hal tersebut. Ilmu-ilmu inilah yang kelak menjadi pegangan yang sangat berguna saat kembali ke Indonesia.
Buah Karya di Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Setelah lulus dari MIT Sloan School of Management pada 1985, Nabiel Makarim kembali ke Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup dan mulai merumuskan program-program dengan alat-alat manajemen yang sudah dipelajari saat kuliah di Amerika Serikat. Nabiel Makarim menekankan pentingnya penggunaan alat-alat manajemen yang berbeda sesuai dengan proporsinya. Selain itu, buatlah program-program yang membumi, sesuai realitas, dan tidak njlimet agar mudah dipahami dan diterapkan rakyat dengan baik.
Kemudian lahirlah program-program yang sederhana dan kreatif dari tangan Nabiel Makarim dan tim kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang berdampak positif secara luas, antara lain Prokasih (Program Kali Bersih – Program nasional pengendalian pencemaran air) yang dimulai tahun 1989 dan PROPER (Pollution Control, Evaluation, and Rating) bagi perusahaan-perusahaan penghasil limbah yang dimulai tahun 1995.
Prokasih diinisiasi oleh Nabiel Makarim karena menyadari keterbatasan dana dan tenaga kerja KLH untuk mengawasi lingkungan, khususnya pencemaran air yang terjadi di daerah-daerah yang jauh dari pusat. Maka Prokasih dijalankan agar setiap daerah memiliki kantor lingkungannya sendiri. Keberhasilan Prokasih menyebabkan banyak negara melirik untuk mengulang kesuksesannya di negara masing-masing. Salah satu dari negara tersebut adalah Filipina yang bahkan hingga sang Ibu Negara menyempatkan diri berdiskusi langsung dengan Nabiel untuk mendapatkan ilmu Prokasih dari tangan pertama.
Keberhasilan Prokasih juga menular ke PROPER. Nabiel Makarim memulai PROPER dengan tujuan agar perusahaan-perusahaan penghasil limbah lebih memiliki kesadaran lingkungan, yang antara lain ditunjukkan dengan pengelolaan limbah yang mereka hasilkan. Selain itu, publik turut pula mengetahui kualitas pengelolaan lingkungan yang sudah diterapkan perusahaan-perusahaan tersebut. Awalnya sikap skeptis sempat muncul dari pihak perusahaan, namun Nabiel memilih maju terus dengan programnya dan kini PROPER menjadi standar evaluasi untuk polusi dan sudah dicontoh serta diterapkan hingga belasan negara lainnya dengan prinsip yang sama.
Pelajaran terbaik sekolah bisnis
Jika ditanyakan mengenai efek atau manfaat menjadi lulusan dari universitas-universitas ternama seperti Harvard dan MIT, Nabiel menyatakan bahwa manfaatnya tidak terlalu signifikan karena semua kembali pada individu yang bersangkutan. Manfaatnya mungkin paling terasa di fase-fase awal, saat kita mulai bekerja karena bagaimana pun nama-nama besar tersebut sudah membuat orang-orang memandang tinggi. Namun kualitas kerja sesudah tahap awal tersebut yang berbicara jujur.
Karenanya, adalah sebuah kesalahan jika tujuan memasuki universitas tersebut demi mencari gelar atau nama semata. Jika hal tersebut menjadi tujuan Anda, waktu yang menjadi alat bukti kemampuan kerja Anda yang sejati.
Maka, secara keseluruhan Nabiel Makarim menyampaikan bahwa pelajaran terbaik yang diperolehnya semasa kuliah di MIT Sloan School of Management adalah ilmu-ilmu yang diberikan semasa kuliah dan sikap hidup serta etos kerja yang khususnya ditunjukkan oleh rekan-rekan seangkatannya para macan korporat kelas dunia. Pelajaran inilah yang menjadi bekal kehidupan yang sangat berharga, baik secara pribadi dan profesional termasuk saat menjadi Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Gotong Royong.
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Oktober 2014.
Ini Pak Nabiel yang dulu juga sempat jadi pendiri PAN (Partai Amanat Nasional) bersama Faisal Basri? Tapi sekarang dua2nya sama-sama sudah keluar.
Iya mas, lebih tepatnya beliau deklarator PAN bersama Faisal Basri, Emil Salim, dan puluhan tokoh nasional lainnya.
Keren artikelnya, Pak. Mantab bisa memiliki seorang mentor seperti Pak Nabiel.
Terima kasih untuk komentarnya, pak. Memang kita patut bersyukur atas segala hal yang sudah kita terima 🙂