Kebiasaan melihat jauh ke masa depan dan melakukan persiapan untuk menyambutnya ternyata telah dipraktikkan sejak ribuan tahun lalu oleh masyarakat Korea.
Saat ini budaya Korea sangat mewabah ke seantero dunia. Hampir semua orang yang pernah bersentuhan dengan media TV, cetak, internet, dan radio pasti mengetahui K-Pop. Bahkan sebagian orang Indonesia ada yang tidak sekedar tahu, tetapi juga tergila-gila. Saya ingat ada salah satu teman saya, cowok, yang sangat menggilai Korea.
Kalau main ke rumahnya, pasti dia nyetel saluran TV Korea. Saat karaoke, pasti dia milih lagu K-Pop. Waktu menelpon dia, lagu Korea sudah bisa dipastikan menjadi ringbekton. Waktu berkomunikasi lewat Instant Messenger, abjad Korea sering diselip-selipkan dengan sengaja olehnya. Waktu band cewek Korea tampil di Indonesia, dia menyempatkan waktu untuk menonton langsung. Waktu band cewek Korea tampil di Singapura, dia turut menyempatkan diri pergi ke sana. Sampai-sampai, dia pernah punya keinginan memiliki istri asal Korea. Gilee beeneeeerrr!
Saya di sini ngga tertarik membicarakan itu semua. Saya ingin melihat dan menyampaikan Korea dari sisi yang lain. Dari sisi yang lebih jelas konten pendidikannya dan tentu saja, kalau bisa diamati, tiru, dan modifikasi oleh bangsa kita, Indonesia, saya yakin hasilnya sangat bagus.
Gimjang-Kimchi untuk Menyambut Musim Dingin
Kimchi, saya yakin, banyak orang sudah mengetahuinya. Kalau kita pergi ke restoran Korea, atau makan makanan Korea, Kimchi selalu disajikan di meja. Namun, adakah yang tahu alasan Kimchi dibuat? Kenapa orang Korea membuat Kimchi yang konon sejarahnya dapat dilacak hingga masa 3000 tahun yang lalu?
Gimjang, menurut visitkorea<dot>or<dot>kr, adalah acara tradisional bangsa Korea saat membuat kimchi untuk persiapan menyambut eomdong (bulan terdingin saat musim salju – dingin). Baik, kalimat tersebut akan saya parafrase. Gimjang adalah proses tradisional persiapan dan pengawetan kimchi yang dilakukan bangsa Korea untuk menyambut bulan terdingin dari musim dingin.
Persiapan Gimjang mulai dilakukan saat musim panas dengan berbahan dasar sayuran musiman, yaitu kubis dan lobak. Selama satu bulan, dan dimulai dari bulan kesepuluh di tiap tahun, bangsa Korea menyiapkan kimchi dalam jumlah yang besar untuk menjaga ketersediaan nutrisi selama musim dingin. Kemudian saat memasuki musim dingin pada bulan November, proses Gimjang benar-benar dimulai.
Proses pengerjaan yang sangat berbasis tenaga kerja ini biasa dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga dan tetangga satu kampung. Tujuannya, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya adalah sebagai persediaan bahan pangan penuh nutrisi dalam jangka panjang untuk menyambut musim dingin.
Proses Gimjang pun terbilang kompleks. Kalau terlalu cepat, kimchi bisa rusak. Terlalu dingin, bisa membeku. Terlalu hangat, bakal terlalu terfermentasi. Kimchi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gentong-gentong besar yang dipendam dalam tanah. Hasil dari Gimjang yang baik adalah ketersediaan nutrisi hingga tahunan.
Tanpa Gimjang-Kimchi, apa jadinya?
Kalau Gimjang tidak dilakukan sejak dini, bangsa Korea tidak dapat makan sayuran di musim dingin. Itu berarti minim ketahanan pangan. Ketahanan pangan minim berarti kelaparan dapat meruyak. Kalau kelaparan sudah meruyak, tidak akan mampu berpikir dan bekerja dengan baik. Sesimpel itu.
Gimjang Kimchi: Tradisi merencanakan sesuatu untuk masa depan
Pelajaran terbaik yang saya ambil dari budaya kuliner Korea ini adalah, bangsa Korea sudah belajar dan mempraktikkan kebiasaan merencanakan sesuatu untuk masa depan sejak dahulu kala. Mereka sudah mencatat gimjang dalam budaya mereka dan diwariskan secara turun-temurun hingga kini demi keberlangsungan bangsa mereka.
Kini, bagaimana dengan bangsa kita? Kira-kira contoh budaya seperti apa yang serupa dan cukup kompleks seperti Gimjang ini? Tentu saja bukan sekedar lumbung padi yah…