Pencak Silat, Sistema, dan Cedera Punggung Bawah

Kalau orang lain biasa cerita manfaat latihan silat saat dalam posisi harus membela diri, maka saya memilih cerita manfaat silat saat badan sedang sakit.

Sakit ini pertama kalinya saya rasakan seumur hidup saya pada Jumat, 19 September 2014 sekitar jam 06:15. Saat itu, saya sedang berniat untuk mandi dan sepertinya saya melakukan kesalahan gerakan yang mengakibatkan rasa sakit dan nyeri yang sangat menyengat pada thoracolumbar fascia (liat panah pada gambar bawah). Rasa sakit dan nyeri ini sukses membuat saya lebih banyak tergeletak di lantai karena gerakan apa pun yang saya lakukan mengakibatkan rasa sakit dan nyeri yang amat sangat pada bagian yang cedera.

Kalau kalian ingin mengetahui seberapa sakit dan nyeri yang saya alami, silahkan bayangkan sedang tiduran di kasur, kemudian berdehem dan tiba-tiba rasa nyeri menyengat otot dalam punggung bagian bawah. Intinya, tubuh seperti lumpuh karena gerakan seminim apa pun sukses memberikan rasa nyeri yang menyengat ke sekujur tubuh. Ya, seperti itulah rasa sakit dan nyeri yang sudah saya alami.

Thoracolumbar fascia - pic source: braceabilitycom

Thoracolumbar fascia – pic source: braceability<dot>com

Apa sih thoracolumbar fascia?

Thoracolumbar fascia adalah jaringan penghubung pada punggung bagian bawah yang terdiri dari tiga lapis (anterior, tengah, dan posterior) dan merupakan kumpulan otot serta tendon. Bagian thoracolumbar fascia berperan sangat penting dalam pergerakan tubuh karena menghubungkan sangat banyak ruas dan persendian tubuh, antara lain pinggul, panggul, lumbal tulang belakang, dan tulang belakang dada.

Karenanya, tidak heran jika cedera pada thoracolumbar fascia bisa menyebabkan seseorang seperti cacat karena banyaknya gerakan tubuh yang dipengaruhi thoracolumbar fascia. Jika cedera thoracolumbar fascia tidak segera ditangani, cedera tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya dan bahkan bisa mengakibatkan tindakan operasi.

Penyebab cedera thoracolumbar fascia antara lain postur tubuh yang buruk, duduk dalam waktu yang lama dan berkelanjutan, atau kelebihan berat badan hingga lebih dari 10 kilogram. Cara pengobatannya antara lain semua bentuk terapi yang meningkatkan aliran darah di daerah cedera, mengurangi tegangan urat dan otot, serta meningkatkan mobilitas tubuh. Inilah hal yang membuat saya sangat heran, mengapa saya bisa terkena cedera thoracolumbar fascia?

Saya rutin melatih fisik dengan pencak silat, saya memiliki kelenturan tubuh yang baik, kok masih bisa terkena cedera thoracolumbar fascia? Setelah mencari sumber lain, antara lain buku Principles of Manual Sports Medicine (2005), saya menemukan salah satu kemungkinan penyebab cedera, yaitu penggunaan thoracolumbar fascia yang berlebihan alias diforsir. Kebetulan memang dua minggu terakhir, saya rutin berlatih gerakan silat yang sangat intens menggunakan thoracolumbar fascia.

Manfaat Pencak Silat Tenaga Dasar (PSTD)

Catatan: Mulai dari sini, tidak semua perilaku saya patut ditiru, sebaiknya jika mengalami cedera serupa segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli medis.

Bersama Pak Ade, Pak Mulyana, kak Sugeng, dan Kak Yayan.

Bersama Pak Ade, Pak Mulyana, kak Sugeng, dan Kak Yayan.

Oke, kembali ke cedera saya tadi. Sepanjang hari Jumat, saya lebih banyak tergeletak di lantai. Saya sungguh merasa sangat jengkel dengan cedera yang saya alami, namun saya harus menerima dan tetap mencari langkah-langkah dan cara agar dapat sembuh dari cedera saya. Salah satu langkah tersebut adalah secara refleks saya melakukan meditasi dan Pernafasan Tenaga Dasar (TD) dari Pencak Silat yang saya ikuti. Bagi kalian yang belum tahu, saya adalah pengikut Pencak Silat Tenaga Dasar (silahkan klik di sini untuk info PSTD lebih jauh) sejak tahun 2001.

Kalau masih ada yang bingung apa itu PSTD, silahkah lihat foto. Jika ada foto yang kalian rasa familiar, kalian betul. Dia adalah Kak Yayan Ruhian (terkenal sebagai Mad Dog di Serbuan Maut dan Prakoso di Berandal). Kak Yayan Ruhian adalah pelatih senior PSTD Indonesia. Kalau masih bingung dengan foto, supaya tau saja, PSTD juga dikenal sebagai silat sansak hidup.

Nah, melalui Pernafasan TD yang saya lakukan, saya mencoba meredakan rasa sakit sekaligus mempercepat penyembuhan bagian yang cedera dengan fokus pernafasan pada bagian thoralumbar fascia yang sakit. Selain itu, saya juga melakukan terapi mental dengan berpikir bahwa tubuh saya kuat dan dapat sembuh dengan segera.

Selain Pernafasan TD, saya juga melakukan beberapa gerakan PSTD yang ternyata sudah tertanam di dalam otak yang tujuannya untuk menjaga mobilitas tubuh. Sakit? Sudah pasti. Amat sangat malah. Namun, efek biasa digebuk pas latian ternyata ada manfaatnya. Hahahahaha…

Manfaat Sistema

Selain mempraktikkan ilmu-ilmu PSTD, saya juga mempraktikkan ilmu dasar Sistema. Sistema adalah bela diri asal Rusia yang pertama kali saya kenal saat masih menjadi ekspatriat di Novosibirsk, Rusia. Ternyata latihan-latihan dasar Sistema yang sangat menekankan pada latihan tendon dan persendian juga sangat membantu menjaga mobilitas saya selama cedera thoracolumbar fascia.

Catatan khusus: Materi Sistema yang lebih mendalam saya ketahui dan pelajari dari Mas Hatma Suryoharyo pas sudah tiba di Indonesia lagi. Beliau belajar Sistema pas tholabul ilmi ke Jerman. Cuman, sepanjang yang saya ketahui, sekarang beliau lebih fokus ke Taiji. 

Gerakan-gerakan pasca cedera

Meski cedera, dalam setiap gerakan, sedapat mungkin saya menolak semua bantuan dari istri dan mertua saya. Saya ingin melatih dan harus menggerakkan tubuh saya tanpa bantuan orang lain. Efek dari sikap ngotot saya adalah istri saya mengatakan kalau saya seperti tidak mau menerima keadaan kalau sedang sakit dan terlalu memaksa agar tubuh bergerak meski sedang sakit. Yah, kebetulan Uwa saya pernah mengalami cedera serupa dan dia juga menyarankan istirahat di tempat tidur. Sayangnya, saya terlalu bandel dan nekad. Hahahahha…

Bagusnya karena kengototan ini, dalam waktu sekitar 5 jam pasca cedera, saya mampu berdiri dan berjalan ke meja makan meski dengan sangat pelan, tertatih-tatih dan bisa dikalahkan oleh nenek-nenek berusia 80 tahun dengan mudah (ini beneran!). Kemudian malam harinya atau sekitar 12 jam pasca cedera, saya kembali mampu berjalan ke meja makan, sama pelannya, sama tertatih, dan masih diiringi dengan rasa nyeri yang sangat mendera.

Fisioterapi dan Terapi Akupuntur

Esoknya, saya bersiap-siap menjalani fisioterapi atas saran Uwa mengingat saya bekerja dan jelas tidak bisa berlama-lama berdiam diri. Maka sekitar jam 10 pagi atau 28 jam pasca cedera, saya diantar istri ke Rumah Sakit untuk menjalani fisioterapi. Yang membuat saya agak terkejut adalah, ternyata saat di rumah sakit, saya sudah mampu berjalan cukup cepat meski masih kaku. Padahal dari berbagai kasus yang saya ketahui hingga kini, belum ada orang yang mampu berjalan cepat pasca cedera thoralumbar fascia dalam waktu 24 jam.

Akupuntur + setrum

Akupuntur + setrum

Seusai menjalani fisioterapi, saya memutuskan pula untuk menjalani terapi akupuntur sekaligus mencari opini kedua. Melalui penjelasan Ko Dedy, saya mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai cedera yang saya alami dan membuat saya mendapatkan gambaran awal untuk menulis weblog ini, antara lain:

  • Cedera ini murni hanya urat dan terlokalisir
  • Sama sekali tidak ada cedera tulang belakang
  • Kemungkinan karena salah gerakan (atau otot yang terlalu diforsir penggunaannya)

Ko Dedy juga menyarankan agar saya tetap melatih peregangan serta berbagai terapi lainnya yang meningkatkan aliran darah di daerah cedera. Berarti, saya kembali ke latihan PSTD dan Sistema lagi dong. Hahhaaha…

Kini, gerakan saya sudah jauh lebih baik dan lebih signifikan dalam mobilitas dibandingkan dua hari lalu, meski hari ini sama sekali tidak menjalani fisioterapi dan akupuntur (kebetulan dua-duanya sedang libur). Akumulasi penerapan materi Pencak Silat Tenaga Dasar, Sistema, Fisioterapi, Akupuntur, Prana dari Mamah, serta perawatan dan doa dari istri, mertua, dan keluarga membuat saya jauh lebih cepat sehat.

Konkritnya, jangan mudah menyerah terhadap hambatan dan tantangan dalam hidup. Manfaat bela diri yang kita pelajari juga tidak sekedar melatih otot saja, tetapi juga membantu menjaga kesehatan kita. Ingat bahwa Pendekar silat sejati baru menyerah jika sudah berkalang tanah! (Hahhaaha, ini kata-kata bikinan saya sendiri).

Saya pun teringat motto PSTD, yaitu Kesehatan, Bela Diri, Kedamaian. Emang bener banget. Salam PSTD!

 

Jakarta, 21.9.2014

Andika Priyandana

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s