Gamechangers: Generasi Baru Inovator Dunia Bisnis

Hanya merek visioner yang akan bertahan hidup dan selamat dalam dunia baru.

Google Hummingbrid - pic source: jytedotcom

Google Hummingbrid – pic source: jytedotcom

 

Demikian peringatan yang disampaikan oleh Peter Fisk untuk menekankan pentingnya kemampuan berinovasi di dunia bisnis era baru. Bagi mereka yang mampu bertahan hidup, selamat dan mampu membuat konsumen turut berpartisipasi dan berdiskusi secara aktif dengan pemilik merek adalah Game changers, generasi baru inovator dalam dunia bisnis.

Game changers, di setiap daerah dan sektor, memiliki sifat disruptif dan inovatif. Game changers mampu melihat kesempatan dan momen yang menguntungkan sementara yang lainnya tidak. Saat dunia melihat sampah, game changers melihat sumber daya dan kesempatan.

Sebagai seorang pakar di bidang bisnis stratejik dan merek, ilmu marketing serta inovasi, Peter Fisk melihat bahwa dunia baru sedang bergerak dengan sangat cepat dan penuh turbulensi sehingga menciptakan situasi baru dan sangat menarik, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan perilaku konsumen. Akibatnya, tantangan sekaligus kesempatan-kesempatan yang signifikan menjadi semakin terbuka hanya bagi merek-merek dan produk-produk yang memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerti perspektif baru dunia bisnis.

Jika Anda adalah pemilik bisnis atau melakukan pekerjaan riset perilaku konsumen secara rutin, tentu akan menyetujui pendapat Peter Fisk mengenai perilaku konsumen generasi baru. Sebagai contoh di dunia digital, mungkin tidak ada yang menduga bahwa sebagian konsumen dengan segmentasi umur 18 s.d. 25 tahun memiliki kebiasaan serupa tapi tak sama dengan konsumen usia di atas 65 tahun.

Untuk usia 18 s.d. 25 tahun, berdasarkan hasil penelitian berbagai lembaga riset terkemuka, ada sebagian konsumen yang tidak pernah menggunakan desktop computer untuk terhubung dengan internet. Seumur hidup mereka, sebagian dari segmentasi usia 18 s.d. 25 tahun selalu menggunakan perangkat telepon pintar untuk terhubung dengan internet. Sebaliknya pada usia di atas 65 tahun, sebagian besar dari segmentasi usia tersebut hanya menggunakan desktop computer untuk terhubung dengan internet. Mereka tidak pernah menggunakan telepon pintar atau perangkat bergerak lainnya.

Karenanya berdasarkan hasil temuan tersebut, tentunya akan menjadi sebuah strategi digital marketing yang sangat salah jika sebuah produk atau merek menggunakan tampilan situs yang tidak mobile friendly saat berkomunikasi dengan konsumen usia 18 s.d. 25 tahun. Sedangkan di sisi lain, akan menjadi sebuah strategi digital marketing yang juga salah jika sebuah produk atau merek menafikan penggunaan desktop computer saat berkomunikasi dengan konsumen di atas usia 65 tahun.

Jadi setelah kita mengetahui keadaan dunia saat ini, kira-kira hal apa sajakah yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan masa depan? Bagaimana caranya membuat ikatan emosional yang lebih baik dengan konsumen kita? Apa yang harus dilakukan agar kita mampu berinovasi secara riil? Jadilah berani, teguh pendirian dan cerdas. Anda ingin contohnya? Silahkan lihat Lady Gaga sang fenomena musik pop. Lady Gaga provokatif sekaligus membuat orang berpikir. Dia kontroversial, memberikan sensasi namun juga berkualitas prima.

Lebih detil lagi, mari lihat cara Lady Gaga dalam berbusana panggung. Jika Anda menyadarinya, Lady Gaga tidak pernah menggunakan kostum panggung yang sama lebih dari sekali. Hal tersebut adalah pesan dan pelajaran bagi kita dalam hal mempresentasikan merek. Kualitas produk dan ukuran pabrik tidak lagi cukup agar dipandang baik di mata konsumen. Konsumen masa kini juga melihat kualitas ide yang ditawarkan kepada mereka.

Game changers: Siapkah Anda mengubah dunia?

Jika Anda memerhatikan produk-produk yang beredar saat ini, sadarkah Anda bahwa sedang terjadi perubahan tren dari merek-merek dan perusahaan yang menyasar segmentasi pasar yang masif ke arah produk-produk yang menyasar pasar-pasar yang kecil, sedang dan bersifat ceruk?

Peter Fisk beropini bahwa sebagian perusahaan saat ini masih terlalu berfokus ke pangsa pasar. Padahal tolok ukur pangsa pasar sudah kurang dapat dijadikan pegangan dan hanya benar-benar dapat berguna jika kita membuat barang-barang kita sendiri dan faktor skalabilitas ekonomi sangat esensial. Peter Fisk menegaskan bahwa volume tidak lagi valid karena nilai dari produk istimewa yang dikembangkan untuk pasar ceruk lebih berharga di mata konsumen.

Nike adalah contoh merek yang semakin mengutamakan nilai dan bukan skala atau ukuran pasar lagi. Berbasis pada intisari mereknya, Nike meluncurkan Nike+ dan menjalankan jejaring sosial Nike Grid untuk menyampaikan pesan integrasi olahraga dengan teknologi yang memampukan konsumennya berpikir bahwa mereka mampu untuk selalu berbuat lebih dalam olahraga.

Nike memberikan pesan bahwa para konsumennya mampu berlari lebih cepat, melakukan lompatan basket lebih tinggi, atau mengayunkan raket tenis lebih kuat. Seperti inilah seharusnya merek bekerja, mereka memampukan konsumennya untuk bertindak lebih. Seperti inilah seharusnya pasar bekerja di era modern. Orientasi bukan kepada perusahaan lagi, tetapi kepada konsumen.

Karenanya, mari kita ciptakan model bisnis baru yang membawa kita keluar dari pusaran ekonomi konvensional. Mari kita ciptakan ekonomi disruptif sekaligus perubahan teknologi. Mari kita kembangkan wilayah baru yang kita kuasai sendiri. Sudah saatnya kita tidak ikut memainkan atau menjadi bagian dari permainan, tetapi memutuskan untuk mengubah permainan dan membawa dunia ke arah yang lebih baik. Marilah kita menjadi bagian dari komunitas Game changers dan mengubah dunia.

 

Jakarta, 12.5.2014

(Andika Priyandana)

Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Juni 2014

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s