Berbagai data menunjukkan bahwa bangsa dan negara Indonesia masih lemah dalam hal pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan riset. Jika kita berbicara khusus mengenai riset dan kemajuan ekonomi, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat karena kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa sejatinya dilihat dari intensitas inovasi dan penelitian yang ada. Jadi, adalah hal yang kurang tepat kalau kita terlalu berfokus pada besaran skala ekonomi atau angka laju pertumbuhan semata. Sekali lagi, intensitas penelitian dan riset lebih patut menjadi tolok ukur karena melalui hal-hal tersebut dilahirkan inovasi dan kreativitas.
Melalui inovasi dan kreativitas, sebuah bangsa dapat menunjukkan jati diri yang unik saat bersanding dengan bangsa-bangsa lainnya. Karenanya dalam ESOMAR Asia Pacific 2014 di InterContinental Jakarta, kreativitas bangsa Asia, keunikan Asia dan bagaimana dunia riset dapat menginspirasi inovasi lokal untuk mendapatkan kemakmuran jangka panjang dalam dunia ekonomi menjadi tema acara.
Majalah Marketing sebagai rekan media ESOMAR Asia Pacific 2014 pun berkesempatan mewawancara beberapa tokoh utama ESOMAR dan figur dunia riset Indonesia, yaitu Dan Foreman (ESOMAR President), Ron Gailey (Programme Committee Chairperson ESOMAR), dan Harry Puspito (perwakilan ESOMAR di Indonesia). Berikut ini hasil wawancara dengan keempat tokoh tersebut.
Dan Foreman (ESOMAR President)
Dalam hal perkembangan dunia riset marketing di Indonesia, Dan Foreman melihat adanya pertumbuhan YOY (Year-on-Year) yang sangat baik. Adanya akuisisi, merger, dan munculnya perusahaan serta lembaga riset baru juga menjadi indikasi pertumbuhan dunia riset marketing di Indonesia. Namun, akan lebih baik lagi jika ada pemanfaatan riset yang lebih tinggi agar seimbang dengan PDB (produk Domestik Bruto) Indonesia dan selaras dengan lanskap pertumbuhan dunia riset marketing secara global.
Sedangkan melihat dari tren yang ada, Dan Foreman memandang terjadinya evolusi dalam dunia riset marketing, khususnya sejak kehadiran media internet. Pertumbuhan pengguna internet yang sangat tinggi di Indonesia mendorong terbukanya kesempatan yang sangat luas untuk membentuk online panel survey.
Bagaimana pun, tentu saja semua pertumbuhan dan warna-warni dunia riset marketing tersebut harus berkualitas dan tidak sekedar besar di kuantitas. Dan Foreman berharap bahwa tujuan ESOMAR untuk meningkatkan kualitas dan pelaksanaan riset semakin membaik seiring berjalannya waktu, khususnya bagi para anggota ESOMAR yang terdiri dari 5000 anggota individu dan 300 anggota korporat di seluruh dunia.
Salah satu taktik untuk meningkatkan kualitas riset marketing anggota ESOMAR adalah terus menggalakkan pelaksanaan riset marketing berskala internasional, khususnya di wilayah Asia Pasifik. Komunikasi tersebut juga sudah disampaikan dalam ESOMAR Asia Pacific 2014 yang dihadiri 33 negara dan 300 peserta.
Pada akhir wawancara, Dan Foreman berharap agar ESOMAR Asia Pacific 2014 menjadi ajang yang dimaksimalkan oleh para pesertanya untuk belajar, berbagi ilmu pengetahuan, ajang perkenalan serta mempererat persahabatan.
Ron Gailey (Programme Committee Chairperson ESOMAR)
Saat wawancara dengan Majalah Marketing, Ron Gailey membuka pembicaraannya mengenai tema Celebrating Asian Creativity dalam ESOMAR Asia Pacific 2014. Tema tersebut dipilih agar di wilayah Asia, khususnya para anggota ESOMAR di wilayah Asia Pasifik menjadi semakin berpengetahuan, menciptakan terobosan-terobosan baru dalam dunia riset marketing serta lebih kreatif dan inovatif.
Agar harapan tersebut dapat menjadi kenyataan yang berkelanjutan, acara-acara ESOMAR dengan skala besar akan terus dilakukan di masa-masa mendatang. Jadi, jumlah hubungan kerja profesional dapat lebih ditingkatkan lagi serta jumlah pekerjaan-pekerjaan riset marketing yang masuk dalam skala “hebat” dapat semakin banyak di Asia Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia.
Karena itulah, Indonesia dipilih menjadi tempat pelaksanaan acara ESOMAR Asia Pacific 2014. Indonesia dengan segala potensi yang dimiliki, mulai dari populasi terbesar keempat dunia, pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata dunia hingga adanya jaminan perkembangan ekonomi yang konstan dalam jangka panjang adalah faktor-faktor yang sangat menarik untuk menjamin keberlangsungan kebutuhan riset-riset marketing berkualitas.
Harry Puspito (Perwakilan ESOMAR di Indonesia)
Menjadi perwakilan ESOMAR untuk Indonesia memberikan tantangan tersendiri bagi Harry Puspito. Salah satunya adalah mendorong pengembangan jumlah keanggotaan ESOMAR sekaligus melakukan verifikasi dan saringan anggota yang dianggap layak dan berkualitas. Hingga tahun 2013, Indonesia sudah mewakilkan 42 anggota dalam ESOMAR global.
Tugas lain yang perlu dilakukan Harry Puspito adalah menginformasikan manfaat menjadi anggota ESOMAR kepada dunia perusahaan, antara lain pengetahuan terbaru dunia riset. Harry Puspito memberi contoh mengenai pelaksanaan riset kualitatif yang tidak lagi harus melalui FGD (Focus Group Discussion) atau tatap muka langsung antara pewawancara dan responden. Wawancara kualitatif saat ini juga sudah dapat dilakukan dengan bantuan telepon pintar dan di saat yang sama sekaligus melakukan masukan hasil wawancara untuk diolah.
Dalam konteks ESOMAR Asia Pacific 2014, Harry Puspito menyampaikan salah satu keuntungan yang didapat dengan dijadikannya Indonesia sebagai tempat pelaksanaan acara, yaitu harga keikutsertaan khusus bagi para peserta Indonesia sebesar USD 550 per orang. Harga tersebut lebih murah sekitar USD 300 s.d. 450 dibandingkan peserta dari luar Indonesia yang harus membayar sebesar USD 850 s.d. 1000.
Namun menariknya adalah, meski harus membayar biaya tinggi di luar transportasi dan akomodasi, para peserta dari luar Indonesia masih mendominasi acara. Bahkan ada juga peserta dari Amerika Serikat dan Eropa khusus datang ke Indonesia demi menghadiri ESOMAR Asia Pacific 2014.
Andika Priyandana dan Muhammad Ivan Budiman
Catatan: Versi tersunting artikel ini telah dimuat di Majalah Marketing edisi Juni 2014