Ibu Tri Rismaharini: Wali Kota Surabaya Bermental Bonek

Sifat jujur, amanah, tabligh dan fathanah terintegrasi dalam diri Ibu Tri Rismaharini.

Foto bersama Ibu Tri Rismaharini di seminar kepemimpinan di Prasetiya Mulya.

Foto bersama Ibu Tri Rismaharini di seminar kepemimpinan Prasetiya Mulya.

 

Saya bertatap muka untuk pertama kalinya dengan Ibu Tri Rismaharini, sang Wali Kota Surabaya yang bermental bonek (bondo nekad) pertama kali dalam seminar kepemimpinan yang diadakan Prasetiya Mulya School of Business and Economics kampus Cilandak, 24 April 2014. Sebelum Anda membaca artikel ini lebih lanjut, harap diketahui dulu sejak awal bahwa seluruh isi dalam artikel ini didominasi pendapat saya pribadi.

Dalam seminar tersebut, saya melihat dan mengetahui lebih jauh mengenai sosok Bu Risma, mulai dari pembawaan dirinya, cara berpikir dan bersikap, hingga kemampuan orasinya di hadapan publik. Sedari awal sebelum bertemu Bu Risma, saya sebenarnya sudah mengagumi sosoknya, khususnya setelah muncul keputusan beliau untuk mengalihfungsikan Lokalisasi Dolly di Surabaya.

Melalui keputusan tersebut pula, saya melihat jelas sikap jujur, amanah, tabligh dan fathanah terintegrasi dengan baik dalam diri Ibu Tri Rismaharini.

Keputusan alih fungsi Gang Dolly

Bagaimana bisa sikap jujur, amanah, tabligh (menyampaikan) dan fathanah (kecerdasan) tercermin dalam keputusan alih fungsi Gang Dolly?

Jujur. Saya mengambil kesimpulan bahwa Ibu Risma memiliki sifat jujur melalui berbagai video dan tayangan TV yang menampilkan beliau secara tidak langsung dan melalui seminar kepemimpinan di Prasetiya Mulya secara langsung. Saya merasakan kejujuran dalam kehidupan Ibu Risma, baik sikap dan perilaku. Misal sikap trenyuh melalui ucapan, “Saya tidak tega” sambil berurai air mata saat mengetahui anak-anak yang berhubungan seks dengan nenek-nenek pelacur penghuni Gang Dolly.

Amanah (terpercaya). Bu Risma sangat menyadari amanah yang diembannya sebagai Wali Kota Surabaya. Beliau menyadari tanggung jawab yang harus dijalankan haruslah lintas generasi, ekonomi dan latar belakang. Atas kesadaran tersebut, Bu Risma sadar bahwa anak-anak Gang Dolly berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang sehat, jauh dari pemandangan para wanita tuna susila berpakaian seronok, orang-orang mabuk, serta pertengkaran dan pengucapan kata-kata kotor yang rutin muncul di Gang Dolly.

Tabligh (menyampaikan). Menyadari berbagai hal-hal buruk di Gang Dolly yang memiliki dampak sangat luas dalam kehidupan sosial masyarakat, Ibu Risma sangat berani untuk menyampaikan secara terbuka mengenai hal-hal buruk tersebut, tanpa takut menghadapi para penantang dan orang-orang yang melindungi Gang Dolly. Itulah sebabnya saya menyebut Ibu Risma memiliki mental bonek.

Fathanah (kecerdasan). Ibu Risma juga memiliki kecerdasan yang sangat baik dan terlihat dari keputusannya yang selalu berbasis data, bukan sekedar urat atau sumber-sumber sampah bin invalid. Beliau juga menekankan pentingnya data saat memberikan presentasi dalam seminar kepemimpinan di Prasetiya Mulya. Dari data yang bersumber dari Kemensos/DPRD Kota Surabaya, Gang Dolly memiliki 1.449 wanita tuna susila, 300 PSK tertular HIV/AIDS dan 52 wisma lokalisasi. Efek buruk yang diberikan oleh angka-angka tersebut benar-benar lintas generasi.

Hari ini, Rabu 18 Juni 2014 adalah waktu ultimatum yang ditetapkan Pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan alih fungsi Dolly. Ibu Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya sudah pasti menolak mundur dan tetap melaksanakan keputusan alih fungsi tersebut. Saya mendukung keputusan beliau, sang wali kota yang dicintai oleh rakyatnya secara lintas suku dan agama.

Ya, lintas suku dan agama karena mengetahui sendiri bahwa beliau juga memiliki pendukung-pendukung etnis China, suku Bali, agama Kristen, agama Hindu, dll. Salah satu pendukung Bu Risma menyampaikan secara langsung kepada saya saat saya mengunjungi UK Petra Surabaya untuk memberikan Pelatihan Jurnalisme Online.

Foto selfie dadakan bersama Ibu Tri Rismaharini.

Foto selfie dadakan bersama Ibu Tri Rismaharini.

Mari kita dukung Ibu Risma menjalankan keputusan alih fungsi Gang Dolly demi masa depan yang lebih baik, khususnya bagi anak-anak Gang Dolly. Secara pribadi, saya juga berkeinginan melihat Bu Risma menjadi pengganti Jokowi jika Pak Joko berhasil menjadi Presiden RI. Kalau Pak Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) menjadi menteri karena keberhasilan Pak Prabowo menjadi presiden RI, saya juga berkeinginan melihat Ibu Tri Rismaharini menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, meski keinginan saya ini bisa ditentang mayoritas rakyat Surabaya. Hehehehehe….

 

Jakarta, 18.6.2014,

Andika Priyandana

 

One thought on “Ibu Tri Rismaharini: Wali Kota Surabaya Bermental Bonek

  1. KePada Y terhormat
    IBU TRI RISMA.

    Sy dengan himbaU kan melaPor Kota Surabaya mohon di beri lampu PeNerangan berWarna Putih,kykNya lebih terang lampu Putih driPada berWarna kuning dan Pandangan lebih Jelas dan Pa lagi daerah yg raWan keJahatan terUtama kyk PenJambret,PeNodongan,,dan Perampasan tas dan kendaraan di semua daerah kyk di Wilaya Jl.KenJeran sampai totokan Jl.IndraPura dan Jl.SidotoPo Wetan dri daerah kenJeran Sampai Jl.Karang tembok,di daerah dri Jl.KerJeran maU kearah GALAXI lurus sampai maU ke Pondok Candra.3.daerah itU yg Sering di buat keJahatan/PeramPasan Segala maCam.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s